18

1.3K 130 7
                                    

Mondy memasuki rumahnya dengan perasaan bahagia. Memang tidak sia-sia ia membawa Raya liburan ke puncak, selain untuk mendinginkan hubungan mereka yang sempat  memanas juga sebagai moment untuk mereka menghabiskan waktu bersama.

Mondy merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ingatannya kembali ke saat-saat romantis ia bersama Raya, ia tersenyum geli saat mengingat wajah menggemaskan Raya.

"Kok jadi kangen lagi ya sama dia ?" gumam Mondy.
"Ah telpon deh" Mondy mengambil handpone-nya dari saku celananya dan menghubungi Raya.

Tak lama terdengar sapaan lembut dari gadis di seberang telpon.

"Hallo bidadariku" ucap Mondy.

"Iya kenapa Mon ?"

"Aku kangen" ucap Mondy manja.
Raya terkekeh geli di seberang telpon, apa benar ini Mondy kenapa jadi manja pikirnya.

"Ya ampun kita kan baru aja habis ketemu, gimana sih. Masa' udah kangen lagi"

"Jadi aku gak boleh ni kangen sama kamu ? Ya udah kalau gitu aku kangenin yang lain aja"

"Eh, kok gitu sih. Awas aja ya kalau kamu berani macem-macem" ancam Raya.

"Hehe enggak kok sayang. Aku bercanda aja. Btw, kamu lagi ngapain ?"

"Aku baru selesai mandi, kamu pasti belum mandi ya ?"

"Kok kamu tahu sih ?"

"Ya taulah baunya aja sampe kesini hahaha"

"Ye kamu mah ngarang aja"

"Iya, ya udah mandi dulu sana" ucap Raya.

"Iya, bye sayang" ucap Mondy dan mengakhiri sambungan telponnya sebelum Raya menjawab ucapannya yang membuat Raya menggerutu kesal disana.

*

Mondy menuruni tangga rumahnya dan menuju ke meja makan setelah tadi ibunya memanggilnya untuk makan malam.

"Malam ma, pa" sapa Mondy dan duduk berhadapan dengan ibunya. Mondy membalikkan piring kosong di hadapannya dan mengisinya dengan nasi dan beberapa lauk. Kemudian Mondy dan keluarganya memulai makan malam mereka dengan tenang.

"Gimana liburan kamu sama Raya ? Sukses gak surprisenya ?" tanya ibu Mondy. Mondy memang memberitahu keluarganya bahwa ia akan mengajak Raya ke villa untuk memberikan surprise ulang tahun  Raya.

"Sukses kok ma, Raya seneng banget Mondy ajakin kesana malah gak mau pulang tadi dia" jawab Mondy disela-sela acara makannya.

"Oooo" Ibu Fatma menganggukkan kepalanya mengerti.

"Mondy" ucap Hamzah dingin membuat Mondy mendongak menatap sang ayah.

"Gimana kalau kamu tunangan ?"
Mondy tak jadi memasukkan sendok berisi makanan ke mulutnya saat mendengar perkataan ayahnya. Ia tak menyangka, ayahnya sudah memikirkan masalah pertunangannya yang bahkan ia sendiri pun belum memikirkannya karena memang hubungannya dan Raya baru seumur jagung. Walaupun sebenarnya ia sangat ingin bertunangan dengan kekasihnya itu, tapi ia rasa terlalu dini untuk hubungan mereka yang baru berjalan beberapa bulan.

"Mondy belum kepikiran kesitu sih sebenarnya, tapi kayaknya boleh deh. Mondy akan bicarain masalah ini sama Raya nanti" jawab Mondy tersenyum melirik ibunya yang juga tengah tersenyum ke arahnya. Tentu saja ibu mana yang tak bahagia jika melihat anaknya bahagia.

Hamzah berdehem sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Maksud papa bukan dengan Raya, tapi___ Bella"

"HAH !!!" Senyum yang terpatri di wajah tampan Mondy mendadak hilang digantikan dengan keterkejutan.
Sedangkan Fatma yang juga kaget pun menatap suaminya meminta penjelasan.

"Papa apaan sih hah ?! Mondy akan tunangan sama Raya, pacar Mondy itu Raya, bukan Bella ! Mondy bukan anak kecil, Mondy udah dewasa dan Mondy ber-hak nentuin siapa yang akan jadi pasangan Mondy" suara Mondy yang mulai meninggi menggema di ruang makan itu. Aura kebahagiaan yang tadinya terpancar dari wajah Mondy kini lenyap sudah digantikan dengan tatapan tajam dan kemarahan. Sedangkan Hamzah hanya menatap Mondy datar.

"Iya pa, papa kenapa sih ? Bukannya dari awal juga papa udah setuju kalau Mondy sama Raya, kenapa sekarang malah mau jodohin Mondy sama Bella sih ?" tanya ibu Mondy yang juga terlihat kesal kepada suaminya.

"Papa udah mengambil keputusan, dan kamu harus menerimanya" ucap Hamzah dingin.

Wajah Mondy merah padam menahan amarah dan emosi. Tangannya mengepal kuat. Tak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya, bukankah ia tahu Mondy sudah memiliki Raya dan sangat mencintai Raya.

Dengan kasar Mondy mendorong kursi yang di dudukinya sehingga menimbulkan bunyi nyaring kemudian ia berlalu meninggalkan kedua orangtuanya menuju kamarnya. Sedangkan Hamzah menatap Mondy sendu.

Braakkkssss

Suara pintu dibanting membuat Fatma memejamkan matanya. Ia tahu Mondy sangat marah sekarang.

**

Mondy Pov

Aku duduk di tepi ranjang tidurku dengan perasaan tak menentu. Apa yang sebenarnya terjadi ? Aku tak habis pikir kenapa ayah sampai berniat menjodohkan aku dan Bella. Bukankan dulu ia sangat senang dengan hubunganku dan Raya.

Di tengah lamunanku, aku mendengar suara pintu kamarku dibuka. Aku sempat melirik dengan ekor mataku melihat siapa yang datang, dan ternyata itu ayahku.
Aku masih memandang lurus ke depan, enggan menoleh ayahku yang sekarang sudah berdiri di sampingku.

Tiba-tiba tangannya menyentuh bahuku dan langsung ku tepis, kemudian aku menjauhkan diriku darinya.

"Ini yang terbaik Mon"

Aku menatap ayahku tajam. Terbaik katanya, terbaik untuknya atau untuk keluarga Bella ? Yang pasti ini bukan yang terbaik untuk aku, untuk Raya.

"Papa mohon, sekali ini saja" ucapnya lagi. Aku mengepalkan tanganku kuat mencoba menahan segala emosi yang rasanya ingin meledak.

"Apa yang sebenarnya papa pikirkan ?" tanyaku. Ia menghela nafas beratnya dan duduk di sampingku. Aku tak menolak, mungkin ia akan menjelaskan sesuatu.

"Untuk alasannya nanti ada saatnya kamu akan tahu Mon, yang terpenting kamu lakukan apa yang papa bilang. Ini demi Raya, dan demi keluarga kita"

Aku mengerutkan dahiku. Apa lagi ini ? Demi Raya ? Bahkan aku tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya dia jika mengetahui ini.

"Mondy gak bisa pa !" ucapku tegas.
"Gimana dengan Raya ? Apa papa gak mikirin perasaannya ? Gimana Mondy harus menjelaskannya ke Raya ?" sambungku.

"Ini hanya sementara Mon, dan kamu gak perlu menjelaskan apapun sama Raya. Kita akan melakukannya secara sembunyi-sembunyi"

Aku terdiam. Tidak tahu harus mengatakan apa. Walaupun muncul banyak pertanyaan dalam benakku.

"Papa mohon Mon, lakukan demi keluarga kita" ayah menepuk bahuku dan berlalu meninggalkan kamarku. Aku hanya diam, perasaanku campur aduk. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi disini.

***

Pagi harinya terlihat Hamzah dan Fatma tengah menyantap sarapan mereka. Sebenarnya Fatma masih setengah kesal pada Hamzah tapi ia tidak mungkin bersikap tak baik pada suaminya itu. Ia juga yakin Mondy pasti bisa mengatasi masalahnya.

"Mondy berangkat. Assalammualaikum" Mondy melewati meja makan tanpa mencium tangan kedua orang tuanya seperti biasa. Bukan ia kurangajar, hanya saja perasaannya masih kesal dan kacau sekarang.

"Mondy gak sarapan dulu ?" tanya Fatma yang akan beranjak menyusul Mondy.
Namun tangannya ditahan oleh Hamzah. Hamzah menggeleng mengisyaratkan Fatma untuk tidak mengejar Mondy.

"Biarkan, dia butuh waktu. Mungkin dia masih marah sama papa" ucap Hamzah lirih.

Fatma hanya diam. Ia menatap tajam suaminya itu. Sedang yang ditatap hanya menampilkan wajah datarnya.

"Dasar egois" tentu saja Fatma hanya berani mengumpat suaminya itu di dalam hati.













Terimakasih yang sudah vote dan comment ☺

Kisah AkuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant