25

1.7K 169 15
                                    

Restu memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa. Saat ini pikirannya kacau balau dan ia harus segera mengambil keputusan.

"BELLA... BEL..." Restu berteriak memanggil nama putri tunggalnya itu. Ia bahkan tak bisa untuk menenangkan dirinya dahulu.

"Kenapa sih pa teriak-teriak udah kayak di hutan aja." ucap Bella saat menuruni tangga.

"Ini gawat Bel... gawat." ucap Restu.

"Pa, coba deh papa tenangin diri dulu. Setelah itu baru jelasin sebenarnya ada apa." ucap Bella yang risih melihat Restu bolak balik seperti setrikaan.

Restu menarik nafas dalam untuk membuat dirinya sedikit tenang.
Setelah dirasa sedikit tenang ia pun mulai menjelaskan semua kepada Bella.

"Nah yang papa bingung, darimana dia tahu semuanya ? Dan kenapa dia sampai sepeduli itu sama hubungan Mondy dan Raya ?"

"Apa mungkin Daniel itu temennya Mondy ?" ucap Bella.

Restu berpikir sejenak dan mungkin saja apa yang dikatakan Bella benar.

"Lalu kita harus gimana ? Bella, papa gak mungkin mempertaruhkan perusahaan kita. Daniel itu bukan orang sembarangan Bel, kalau kita nekat melawan dia sama saja kita menggali kuburan kita sendiri." ucap Restu frustasi.

Bella mendelik tak suka ke arah ayahnya.
"Lalu maksud papa Bella harus merelakan Mondy dan menerima Daniel ?"

Restu terdiam. Sebenarnya ia pun tak yakin dengan keputusan yang akan diambilnya.

"Pa, papa udah janji kan bakalan terus ngedukung Bella. Tapi kenapa sekarang papa nyerah hanya karena sebuah ancaman ? Bella cinta sama Mondy pa, Bella cuma mau Mondy !" ucap Bella dengan nada suara yang mulai meninggi.

Restu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia bingung bagaimana caranya harus memberitahu putrinya yang sangat keras kepala ini.

"Percuma Bella percuma !!!! Selama ini kita sudah mencoba mulai dari mengancam keluarga Mondy sampai mencoba mencelakakan Raya. Tapi apa ? Apa semuanya berubah ? Apa Mondy berpaling dari Raya ? Enggak Bella !! Gak ada yang berubah, Mondy tetap tidak pernah melihat kamu !!" Bella seketika berkaca-kaca saat sang ayah membentaknya.

Restu sedikit menyesal telah membentak putrinya. Namun ia memang harus melakukan itu untuk menyadarkan Bella dari obsesinya kepada Mondy.
Kemudian ia memegang kedua bahu Bella yang sudah menangis dalam diam.

"Papa mohon, berhenti Bella. Berhenti menyakiti diri kamu sendiri." Restu menghapus air mata yang mengalir di pipi putih putrinya dan memeluk Bella erat.

"Semua ini tidak ada gunanya." Bella masih terdiam dan menangis dalam dekapan sang ayah.
Restu merenggangkan pelukan diantara mereka dan memegang kedua bahu Bella.

"Dengar, putri papa cantik, masih banyak laki-laki diluar sana yang menunggu kamu."

"Jadi apa Bella harus merelakan Mondy dan Raya bahagia ?" ucap Bella lirih.

Restu tersenyum tipis mendengar pertanyaan Bella.

"Dalam hidup selalu ada pengorbanan sayang. Terkadang kita harus merelakan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Kamu harus yakin, hidup kamu akan lebih baik jika kamu melepaskan Mondy." ucap Restu.

"Mungkin papa benar. Bella memang harus melepaskan Mondy." ucap Bella.
"Lalu bagaimana dengan Daniel ?" sambungnya.

Restu sedikit kaget saat Bella menanyakan perihal Daniel padanya.

"Kamu setuju ?" tanya Restu. Pasalnya tadi ia tak yakin Bella akan menerima usulannya untuk mengenal Daniel lebih dekat.
Bella menghapus sisa-sisa air matanya dan mengangguk mengiyakan.

Kisah AkuWhere stories live. Discover now