6. DIA DAN WANITANYA

14.5K 1.7K 70
                                    

Hai hai... Mau curhat dulu sedikit boleh ya?

Sebenernya aku sedih lho, aku tahu aku ini masih penulis baru. Cerita juga mungkin masih jauh dari kata bagus. Tapi aku tuh berharap dapat feedback dari kalian yang baca cerita aku. Aku nggak suka maksa minta vote atau comment, nggak juga ingetin kalian buat selalu vote dan comment di setiap part yang aku publish. Karena aku tahu nggak enak juga ditagihin kayak gitu.

Tapi entah kenapa, cerita keduaku ini banyak banget para silent readersnya. Aku jadi bingung apa cerita ini menarik atau nggak? Layak diterusin atau tutup lapak aja?

Karena sebagai pembaca juga, aku selalu rajin kash vote untuk cerita yang aku baca, yang emang ceritanya aku suka. Kalau aku nggak suka ceritanya, aku milih nggak lanjut baca, daripada baca tapi nggak ngasih vote sama sekali. Aku sendiri jarang kasih comment, apalagi kalau comment-nya seputar kesalahan penulisan dll. Aku sadar setiap penulis bisa aja buat kesalahan. Aku juga nggak suka banyak protes, karena baca ceritanya aja gratis. 😂😂😂 Tapi kalo dikasih comment sama readers juga sebenernya seneng banget sih.

Yah intinya gitu lah. Aku lagi sedih mode on.

____________________________________________________________________________
When it hurts so much that you can't breathe, that's when you know you're still alive.

"Kenapa sih kita harus datang, Lee?" Ranice tidak hentinya mempertanyakan keputusan Leander mengajaknya menghadiri resepsi pernikahan Theo dan Bella malam ini. Sejak Leander menjemputnya siang tadi dan menyeretnya untuk ke butik milik Elle, Ranice sudah merasa tidak nyaman. Dan sekarang, dirinya sudah berpenampilan maksimal, berada di dalam mobil Leander untuk menuju hotel tempat resepsi.

Perasaannya saat ini sangat sulit digambarkan. Perpaduan antara rasa marah, sedih, kecewa, takut, benci, dan berbagai rasa lainnya yang membuat dadanya sesak.

"Jelas harus, Rae. Theo itu artis yang aku produseri, akan aneh kalau aku nggak datang ke acara pernikahannya."

"Tapi 'kan nggak perlu ajak aku, Lee. Kamu 'kan bisa pergi sendiri, atau sama Becky aja," balas Ranice frustasi.

"Kamu lupa? Publik itu harus mulai mencium kedekatan kita, dan mulai sekarang aku nggak boleh lagi terlihat berdua dengan Becky di depan publik. Lagian, memangnya kamu nggak mau lihat seperti apa pernikahan mereka? Tunangan dan sahabat kamu."

"Mantan, Lee!" ralatnya ketus. "Dan aku sama sekali nggak berminat buat menyaksikan pernikahan mereka."

"Kenapa? Takut nggak kuat? Takut nangis-nangis histeris lihat mereka?" tanyanya sinis.

"Lee ..., mulut kamu itu lho, jahat banget!" Mata gadis itu sontak terbelalak kesal.

"Aku bicara kenyataan, Rae. Aku kasih tahu kamu ya, ini momen yang tepat buat membalas mantanmu itu. Tenang aja, aku sendiri yang akan memastikan kamu nggak akan jatuh luruh di pernikahan mereka nanti."

"Terserah, Lee ... Terserah! Sesuka kamu aja!" Ranice membuang pandangannya ke jendela dan menyandarkan dahinya di jendela. Malas meneruskan percakapan dengan Leander yang membuatnya tambah sakit kepala.

***

Ketika menjejakkan kakinya di ballroom hotel tempat resepsi pernikahan Theo dan Bella, kepala Ranice serasa berputar. Jika Leander tidak memegang pinggangnya kuat-kuat, mungkin dia sudah terjerembap karena tidak kuat menahan tubuhnya sendiri.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang