19. MENGHINDAR

14.6K 1.4K 50
                                    

Aku harus mengingatkan diriku sendiri bahwa semua ini tidak nyata.

"Akhirnya bisa juga ketemu sama kamu ...," sapa Leander kaku. Dipandanginya Ranice yang saat itu tengah berada di dalam kamarnya.

Ranice menghentikan kegiatannya, seketika tubuhnya menjadi kaku. Dia menghentikan kegiatannya yang sedang menyusun kemeja-kemeja Leander dalam lemari pakaian pria itu.

"Tiap hari juga ketemu," sahutnya mencoba terdengar santai. Dia tidak berani menatap Leander yang berdiri bersandar di pintu kamar dengan kedua tangan terselip di saku celana, memandang tajam pada dirinya.

"Oh ya? Seingat aku, udah hampir dua bulan ini aku jarang lihat kamu, Rae. Kamu selalu berangkat pagi-pagi, bahkan sebelum aku bangun. Cuma meninggalkan sarapan buat aku. Kalau aku pulang, kamu selalu udah ada di kamar." Leander mulai berjalan mendekat ke arah Ranice, membuat Ranice tidak tahu harus melakukan apa.

"Kamu kan tahu sendiri aku lagi persiapan materi buat album kedua, Lee. Banyak yang harus aku siapin, dan aku butuh banyak waktu untuk sendiri," kilahnya. Dia kembali melanjutkan kegiatannya untuk menutupi kegugupannya. "Kenapa kamu udah pulang, ini kan masih siang?" Ranice tidak dapat menahan rasa penasarannya. Dia sengaja membereskan kamar Leander saat masih siang, karena pria itu tidak pernah ada di rumah saat siang hari. Tapi sial bagi Ranice, hari ini keberuntungan tidak berpihak padanya.

"Kenapa aku ngerasa kamu kayak lagi menghindari aku?" tanyanya menyelidik.

Apa yang Leander katakan memang benar. Ranice sengaja menghindarinya. Sejak mereka pulang dari Eropa, keadaan mereka kembali seperti semula. Tidak ada lagi sikap hangat seperti yang terjadi di sana. Semua yang terjadi di antara mereka rasanya hanya seperti mimpi.

"Buat apa aku menghindari kamu? Ada-ada aja ...," balas Ranice tanpa berani menatap Leander yang sudah berada dalam jarak yang sangat dekat dengannya.

"Mana aku tahu, makanya aku tanya sama kamu." Leander mengatakannya sambil tiba-tiba memeluk tubuh Ranice dari belakang. Dia tidak dapat menahan dirinya lagi. Aroma tubuh Ranice sudah menjadi candu baginya, dan memeluk wanita itu seakan menjadi sebuah kebutuhan baru baginya. Sejak kembali dari Eropa, Leander tidak dapat menghilangkan rasa tubuh Ranice ketika berada dalam dekapannya.

Tubuh Ranice membeku dalam pelukan Leander, tubuhnya seketika berhenti berfungsi. Dia tidak tahu apakah harus menolak dan menjauh, ataukah harus membalas pelukan Leander dan menikmati kehangatan tubuh yang membayangi malam-malamnya akhir-akhir ini. Setengah mati Ranice berusaha menghindar dari Leander, karena dia menyadari entah sejak kapan dirinya jadi begitu lemah jika sudah berdekatan dengan pria itu.

"Aku ... Aku cuma berusaha menjaga kewarasanku, Lee."

"Maksud kamu?" Leander memutar tubuh Ranice agar berdiri berhadapan dengannya.

"Mengingatkan diriku sendiri kalau semua ini bukan hal yang nyata. Aku nggak mau sampai melibatkan perasaan yang akhirnya akan membuat aku kembali hancur."

"Apa nggak bisa kita nikmati aja apa yang saat ini bisa kita nikmati? Kita jalani tanpa perlu berpikir terlalu jauh." Leander mengangkat dagu Ranice dan memaksanya menatap matanya.

Leander mendekatkan wajahnya, mencecap bibir Ranice yang membuatnya hampir gila hanya dengan membayangkannya saja. Ketika dirasanya Ranice tidak melakukan aksi penolakan terhadapnya, bahkan dia bisa merasakan wanita itu juga sama mendambanya seperti dirinya, maka Leander berani melakukan hal yang lebih dari sekadar mencumbunya.

Ranice yang setengah mati berusaha membangun benteng untuk melindungi dirinya, menyadari bahwa hati dan tubuhnya mengkhianati logikanya sendiri. Tubuhnya bereaksi berbeda dari pikirannya, dan hatinya sama sekali tidak membantu membuat keadaan menjadi lebih baik. Ya. Dia mengingkan Leander. Dia merindukan cumbuannya, dekapannya, belaiannya, aroma tubuhnya, tatapannya, semuanya.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang