20. KEANEHAN

14.5K 1.4K 32
                                    

Unplanned does not mean unwanted or unloved. It just means life knew what I needed before even I did.

Leander berdiri ragu di depan pintu kamar Ranice. Ini sudah kesekian kalinya dalam satu bulan terakhir, Leander mendapati Ranice bangun terlambat, padahal biasanya wanita itu tidak pernah bangun lebih siang dari pada dirinya.

Leander mencoba membuka pintu kamar dan ternyata tidak terkunci. Dia melangkah masuk dan tertegun di depan kamar mandi. Leander menyaksikan dengan keheranan Ranice yang saat itu tengah terduduk di lantai dekat closet, terlihat pucat dan lemas. Ketika dia hendak mendekati Ranice, wanita itu tiba-tiba terbangun dan membungkuk di atas closet, memuntahkan isi perutnya yang sepertinya hanya berupa cairan bening saja.

Leander mencoba mencerna apa yang sedang terjadi, pikirannya kembali mengingat keanehan-keanehan yang akhir-akhir ini sering terjadi pada Ranice.

Pagi itu, Leander menarik kursi untuk bergabung di meja makan. Dia menatap dengan heran Ranice yang sedang menikmati sepotong burger penuh lemak, dengan potongan daging sapi yang tebal dan meneteskan minyak, serta keju yang meleleh ketika digigit.

"Kamu nggak mau makan?" tanya Ranice heran ketika menyadari Leander hanya duduk diam menatapnya keheranan, seolah melihat Rina Nose tiba-tiba berhidung mancung dalam sekejap mata.

"Mau." Leander bergerak kaku mengambil pisau dan mulai mengiris burger di piringnya. Tatapannya tetap tidak lepas dari Ranice.

"Ada angin apa kamu tiba-tiba makan beginian juga, Rae?" Leander masih menatap horor ke arah Ranice yang kini tengah menjilati jari jempol dan telunjuknya yang terkena lelehan saus tomat.

"Nggak kenapa-napa. Memangnya nggak boleh?" tanya Ranice malu-malu. Ekspresi Leander mengingatkannya akan wajah Tante Mayang saat memergoki dirinya dan Juro mencuri kue pesanan beliau ketika mereka masih kecil.

"Cuma aneh aja, Rae. Kamu kan nggak pernah mau makan makanan berlemak tinggi kayak gini." Leander menjawab sambil meringis.

"Tadinya memang gitu, tapi waktu lagi masak tiba-tiba jadi pengin," ujarnya sambil tersenyum malu.

Leander menyimpan dahulu kecurigaannya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membantu Ranice.

"Kamu kenapa?" Leander berjongkok di depan Ranice.

Wanita itu sedikit terkejut melihat Leander tiba-tiba ada di kamarnya, tapi dia terlalu lemah untuk bertanya.

"Nggak tahu, Lee. Tadi aku bangun kayak biasa, terus mau siap-siap masak. Tapi waktu aku lagi marinate salmon buat kamu, tiba-tiba aku pusing. Bau salmonnya bikin aku mual, Lee." Ranice terlihat jijik ketika mengingat aroma salmon yang menyebabkan dia terkapar di kamar mandi seperti ini.

"Kamu nggak kuat bau amis?" Leander mencoba mencari tahu.

"Nggak kok, Lee. Biasa juga nggak masalah. Mungkin aku masuk angin, akhir-akhir ini aku lumayan capek. Lagi ada project bareng buat mengisi soundtrack film." Ranice memejamkan matanya lelah.

Satu lagi hal yang menambah kecurigaannya. "Kalau gitu, kamu istirahat aja." Leander memapah Ranice dan menuntunnya ke tempat tidur. "Kamu tiduran dulu ya. Aku buatkan teh hangat." Entah mengapa Leander tidak tega melihat Ranice kepayahan seperti ini.

"Maaf buat kamu jadi repot," ucapnya penuh sesal.

"..." Leander menggeleng, mengusap puncak kepala Ranice sekilas sambil tersenyum.

Leander bergegas ke lantai bawah dan membuatkan teh hangat untuk Ranice. Tapi pikirannya kembali melayang pada kejadian-kejadian lalu yang terasa janggal baginya.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang