9. MENYAMBUT BADAI

13.5K 1.4K 38
                                    

Akan datang saatnya kamu akan tersenyum saat badai hidupmu sudah reda.

"Mau ketemu siapa kita?" Ranice akhirnya tidak dapat menahan rasa penasarannya lagi. Sudah hampir setengah jam mereka duduk diam di sebuah restoran siang itu, tapi Leander sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. Leander tiba-tiba menjemputnya dan mengajaknya pergi untuk bertemu seseorang. Tapi Leander tidak mengatakan akan bertemu dengan siapa dan untuk alasan apa.

"Tunggu aja. Sebentar lagi juga sampai. Mereka kena macet katanya." Leander menanggapi pertanyaan Ranice tanpa memandang gadis itu sama sekali. Leander tengah sibuk berbalas pesan dengan Becky.

Akhir-akhir ini Ranice merasakan sikap Leander yang kurang bersahabat, cenderung dingin bahkan. Bukan Ranice mengharapkan perhatian dari Leander, atau merasa cemburu dengan Becky. Sama sekali tidak. Dia hanya kesal karena lama-lama Leander seperti menjaga jarak dengannya, bahkan memusuhinya. Sangat berbeda dengan sikapnya sebelum ada perjanjian di antara mereka.

"Hai! Maaf lama," sapa sebuah suara yang mendekat ke meja mereka. Ranice melihat seorang pria bertubuh tinggi tegap tengah merangkul seorang wanita bertubuh mungil dengan perut yang sedikit membuncit.

Leander berdiri dan menyambut mereka, "Nggak apa-apa, Mas. Thanks kalian udah mau meluangkan waktu buat datang. Kenalin Mas, ini calon istri gue, Ranice."

"Hai, Ranice. Saya Reiga, dan ini istri saya, Freya." Ranice berjabat tangan dengan keduanya.

Mereka kembali duduk, kemudian memesan makanan, sambil memulai percakapan.

"Jadi, Mas Reiga ini dulu senior aku waktu kuliah bisnis di London, Rae. Mas Reiga ini punya studio design, dan aku meminta bantuan Mas Reiga untuk mendesain interior rumah kita. Karena kebetulan sekali istrinya Mas Reiga ini designer interior, Rae." Leander menjelaskan dengan sikap yang hangat. Sikapnya sangat berbeda ketika mereka hanya berdua dengan ketika ada orang lain sedang bersama mereka.

"Iya, istri saya ini sempat jadi kepala studio di sana, tapi karena sedang hamil sudah tidak mengepalai Flaming Works lagi. Tapi khusus untuk Axel, saya beri izin agar Freya yang menangani interior design untuk rumah kalian." Pria bernama Reiga itu berbicara sambil menatap istrinya penuh cinta. Ranice bisa melihat bagaimana pria itu begitu mencintai istrinya, terlihat dari sikapnya yang terkesan sangat melindungi sang istri.

"Nah Rae, sekarang kamu tinggal bilang aja semua yang kamu mau sama Freya. Mau dibuat kayak gimana rumah kita nantinya, terserah kamu aja. Aku sih ikut aja, Rae." Leander kembali melancarkan jurus andalannya. Semua-terserah-kamu-aku-ikut-aja.

Seperti biasa Leander akan melemparkan semua urusan yang berkaitan dengan pernikahan mereka ke tangan Ranice. Dia sama sekali tidak berminat untuk terlibat, bahkan sekadar untuk menunjukkan ketertarikan. Inilah yang membuat beban Ranice bertambah, dia merasa semakin tertekan dengan sikap Leander. Dia sendiri sama dengan Leander, sama-sama terjebak dalam sandiwara ini, dan tolong jangan lupakan siapa yang menyeret Ranice dalam permainan ini. Tapi sikap Leander yang seperti ini, membuat Ranice pusing dan terbeban. Pria itu sama sekali tidak berniat untuk membuat keadaan menjadi lebih mudah untuk Ranice.

***

Ranice tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan di depannya yang membuat hatinya serasa tercubit.

"Silakan menjelajah di proyek baru kamu, tapi ingat jangan terlalu lelah! Kalau sudah selesai, segera kembali ke sini. Aku dan Axel akan menunggu kalian." Reiga mengecup Freya dan melepaskan rangkulannya di pinggang wanita itu. Ranice bisa melihat betapa posesifnya Reiga terhadap istrinya itu.

Betapa beruntungnya wanita ini. Dicintai sedemikian rupa oleh suaminya. Sedangkan aku ... Apa yang akan aku dapatkan dalam pernikahanku sendiri nantinya? Hanya sebuah sandiwara.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang