14. RUTINITAS BARU

14K 1.4K 39
                                    

If you're brave to say goodbye, life will reward you with a new hello.

Paulo Coelho

Ranice menyesap tehnya sambil menatap keluar jendela, menikmati paginya yang indah dan tenang. Saat-saat seperti ini adalah waktu yang paling menyenangkan baginya. Menikmati kesendiriannya, jauh dari segala keriuhan dunia musik yang kini mulai membesarkan namanya.

 Menikmati kesendiriannya, jauh dari segala keriuhan dunia musik yang kini mulai membesarkan namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leander terbukti menepati perkataannya pada Ranice. Sudah sepuluh bulan berlalu sejak hari pernikahan mereka, dan sampai saat ini semuanya berjalan dengan baik. Mereka hidup dengan tenang tanpa saling mencampuri urusan masing-masing. Bahkan keduanya jarang bertemu karena kesibukan mereka.

"Pulang jam berapa semalam?" Suara Leander mengejutkannya.

Ketenangannya sedikit terusik dengan kehadiran Leander, pria itu sudah ikut bergabung di meja makan. "Aku baru sampai jam 2 pagi, Lee. Pesawatnya delay."

"Kalau gitu ngapain jam segini udah bangun?" Leander mengerutkan dahinya tidak suka.

Ranice mengangkat sebelah alisnya. "Kalau aku nggak bangun, kamu sarapan apa pagi ini? Nanti habis kamu berangkat aku bisa tidur lagi."

"Di kulkas masih ada stock makanan yang kamu siapin sebelum berangkat ke Manado." "Kalau ada aku di sini, ngapain juga kamu makan makanan beku." Ranice kembali menyesap tehnya, sambil diam-diam memandangi Leander dari balik cangkirnya. Sepuluh bulan hidup bersama, Ranice mulai terbiasa dengan kehadiran pria ini dalam hidupnya.

"Thanks anyway. Memang lebih enak kalau kamu sendiri yang masakin langsung, Rae." Leander manggut-manggut senang. Dia memang sudah jatuh cinta pada masakan Ranice. "Biar pun aku masih tetap nggak ngerti ngapain kamu harus masak banyak-banyak gini tiap pagi, padahal kamunya sendiri cuma minum teh hijau sama makan cookies."

"Ya itu sih karena aku tahu kamu makannya banyak." Ranice mengangkat bahunya tak acuh.

"Bisa gendut lama-lama aku kalau begini terus," gerutu Leander sambil tetap menyantap makanannya dengan lahap yang pagi itu terdiri atas telur mata sapi, sosis, bacon dan roti gandum.

"Nggak mungkin, kamu bakal gendut kalau nanti tiap hari dimasakin sama orang yang kamu cinta," balas Ranice menertawakan Leander.

"Hahaha ... Kalau maksud kamu sama Becky, nggak mungkin, Rae. Dia nggak akan mau repot-repot buang waktu di dapur. Dia bahkan nggak tahu bedanya bacon sama ham. By the way, memang kamu nggak ke mana-mana hari ini?" tanyanya heran. Setahunya, jadwal Ranice dua bulan ini sangat padat.

"Aku off hari ini, udah bilang sama Mbak Fika. Nanti sore mau ke acara ulang tahun Gia. Kamu datang?" Ranice tiba-tiba teringat bahwa dia tidak tahu apakah Leander akan ikut atau tidak.

"Aku belum tahu, Rae. Tapi aku usahain, nggak enak sama Mas Reiga. Nanti aku kabari ya. Kalau aku jadi datang, kita ketemu di sana aja ya." Leander sudah selesai makan dan mulai menyesap kopinya.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang