27. STRATEGI

13.5K 1.4K 48
                                    

Menang dan kalahnya kita dalam sebuah permainan, hal itu tentang strategi dan pengalaman. Karena itu, jadilah tenang dan bermainlah dengan cantik.

Sejak pembicaraan siang itu dengan Reiga, Leander terus memikirkan tentang perasaannya. Tetapi dia tetap belum menemukan jawabannya. Hanya satu hal yang berhasil dia simpulkan, dia peduli pada Ranice.

"Rae, bangun ... Aku nggak bisa menjalani semua ini kalau nggak ada kamu. Udah cukup ya jalan-jalannya, pulang yuk!" bujuk Leander.

Pintu ruang perawatan Ranice terbuka dan seorang perawat masuk dengan mendorong sebuah tempat tidur kecil.

"Permisi, Pak!" sapa sang perawat

"Silakan masuk, Suster!" balas Leander sopan.

Sudah dua hari ini, perawat dari ruang bayi secara rutin membawa Camilo ke ruang perawatan Ranice. Perawat akan membaringkan Camilo di atas dada Ranice, dan membiarkan mereka seperti itu selama beberapa waktu. Hal ini dilakukan agar Camilo dapat merasakan kehangatan sang ibu dan Ranice dapat merasakan kehadiran bayinya. Mungkin dengan begitu Ranice akan termotivasi untuk segera bangun.

"Sus, apa ada gunanya melakukan hal ini?" tanya Leander ketika melihat perawat telah membaringkan Camilo di atas tubuh Ranice. Dia merasa sangsi, karena sampai hari ini masih belum ada perubahan.

"Tentu ada, Pak. Sudah dua hari ini, bayi Anda lebih bersemangat meminum susunya. Takaran susu yang kami berikan mampu dihabiskannya. Padahal sebelumnya bayi Anda sangat malas menyusu."

"Tapi apa ada pengaruhnya untuk istri saya?" Leander tetap pesimis.

"Bapak harus percaya, harus optimis! Bapak tidak tahu bagaimana kuatnya ikatan batin antara seorang ibu dengan anaknya." Sang perawat berusaha membesarkan hati Leander. Dia sendiri sudah banyak menyaksikan kejadian-kejadian yang mungkin secara medis tidak masuk akal. Banyak keajaiban terjadi setiap harinya yang mungkin tidak dapat diterima dengan nalar kita.

Perawat tersebut berlalu, memberikan kesempatan pada Leander untuk menikmati kebersamaan dengan istri dan bayinya. Dipandanginya Camilo yang tengah terlelap di atas tubuh Ranice, terlihat sangat nyaman mendengarkan detak jantung Ranice. Tanpa Leander sadari, detak jantung Ranice perlahan semakin menguat. Cukup lama Leander terdiam memandangi keduanya. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatinya.

"Rae ... Ada Milo di sini. Kamu nggak mau lihat dia? Kamu nggak kasihan sama Milo? Milo pasti mau digendong sama kamu, Rae." Leander membelai lembut punggung Camilo yang sedang tertidur pulas.

Hampir tiga puluh menit ketiganya merasakan momen kebersamaan mereka, hingga sang perawat kembali untuk menjemput Camilo. Camilo masih membutuhkan perawatan khusus karena dia terlahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.

Tidak lama setelah Camilo meninggalkan ruang perawatan Ranice, Leander jatuh tertidur karena kelelahan. Dia tertidur dengan kepala tertelungkup di atas ranjang perawatan, dekat dengan tangan Ranice.

Tidurnya terganggu ketika Leander merasakan sebuah tangan membelai kepalanya. Leander terkejut dan segera menegakkan posisi duduknya, dilihatnya mata Ranice tengah memandanginya. Ada perasaan lega yang membuncah dalam hatinya. Leander segera bergerak mencondongkan tubuhnya, sebelah tangannya menggenggam tangan Ranice, dan tangannya yang lain terulur untuk membelai pipinya.

"Hei, Sleeping Beauty! Akhirnya kamu bangun juga," sapa Leander sambil terus membelai pipi Ranice.

Ranice memandang Leander dengan tatapan bingung. Mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya.

"Lee ...," panggilnya lirih.

"Hmm."

"Aku ... Lift itu ... Bayinya ..." Ranice berbicara terputus-putus. Dia masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, sepertinya tidur yang cukup panjang membuat kerja otaknya sedikit kacau.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang