9. Kejutan

81 6 0
                                    

Begitu banyakpertanyaan    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Begitu banyakpertanyaan    



Maafkan jika ada typo yang bertebaran bagai awan di langit. Ini tulisan mentah, bikin langsung update, demi apa? Demi kamu :D.

***

Selama berada di atas awan. Aku tertidur memimpikan seorang lelaki yang meresahkan hatiku. Dulu, aku tak begini ketika dia ada. kenapa sekarang setelah dia menghilang aku seperti hancur. Wanita bodoh. Mungkin hal itu yang bisa orang-orang simpulkan padaku. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua hanya tinggal cerita. Namun, hatiku belum tenang bila belum bertemu dengannya. Dimana dia sekarang, apa yang di lakukan? Apa dia tahu bahwa aku menunggunya di pintu café dengan bodohnya karena menduga dia mengirimkan sebuah pesan?

Aku ingat kejadian ketika kami melakukan syukuran atas keberhasilan proyek kami. Saat aku berhasil meminta maaf padanya dan ia dengan senyum yang lepas berkumpul bersama rekan lainnya. Apa sebenarnya ketika dia memisahkan diri dari kami dan memandang sungai karena marah padaku? Dan sekarang kembali berkumpul karena aku sudah meminta maaf? Aku penasaran.

"Habib." Aku memberanikan diri bertanya, saat itu dia tidak jadi minum jus jeruk dan memandang ke arahku.

"Ya?"

"Apa tadi kamu marah padaku makanya menjauh?" Aku melihatnya dengan rasa khawatir.

Dia terdiam sejenak dan meletakkan gelas di meja lalu membenarkan posisi duduk.

"Aku tadi hanya melihat sungai saja, bukan apa-apa."

"Benar?"

"Tentu."

"Bukan karena aku,kan?"

"Dasar cerewet." Dia mengatakan itu dengan tawa sinisnya. Aku terperangah, apa-apaan tawa itu? dia bilang apa? Cerewet?

"Ka-kamu.." Aku menahan kesal.

"Jangan khawatir, aku tidak marah padamu, dan juga......" Dia tidak meneruskan kata-katanya, suara kembang api mengalihkan pembicaraan kami.

Rekan kerja menjadikan kembang api sebagai acara puncak. Sebenarnya, aku tidak setuju untuk bagian kembang api ini, tapi aku juga tidak bisa banyak komentar.

Mau tidak mau aku juga ikut menatap pemandangan kembang api di malam hari itu.

"Dan juga, ada yang ingin ku sampaikan padamu..." pandanganku beralih padanya.

Mata kami bertemu pandang untuk sekejap.

"Tunggu aja pesan dariku."

Entah kenapa, hal itu membuatku tertegun, tidak banyak komentar, mungkin trauma di bilang 'Dasar cerewet'.

Ingatanku tentangnya menemani perjalananku. Hingga Rival membangunkanku, pesawat kami akan mendarat.

Lalu bertemu dengan Pak Sorry, maksudku Pak Suri yang salah menulis dan menyebutkan namaku, lalu tak ketinggalan Bunda yang chubby dan wanita berkulit putih, gempal dengan rambut ikal yang dikepang dua menahan koperku.

Waiting FoolishlyWhere stories live. Discover now