14. Urgent!

90 6 0
                                    

Aku mengikuti langkah lelaki brewok itu dari belakang dengan jarak 2 meter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku mengikuti langkah lelaki brewok itu dari belakang dengan jarak 2 meter. Di beberapa jalan sempat banyak pengunjung yang bikin sesak jalan, Rival mengalihkan jalan yang lebih sepi—masih ada beberapa pelayan yang hilir mudik—saat itu aku tidak tahu tempat mana yang akan ia kunjungi.

"Ayo masuk." Dia menyuruhku ketika aku terdiam menatap lift. Kemana lelaki ini akan membawaku? Aku memandang ke kiri dan ke kanan, "Kitty, ayo."

Aku menghela nafas panjang, lalu mulai melangkah masuk. Di dalam lift kami bertiga, aku, Rival, dan pelayan. Aku berada di pojok kiri, sedang Rival pojok kanan. Sibuk memandang layar ponsel dan mengetik.

"Ada apa?" Ya ampun, aku ketangkap basah. Cepat-cepat ku alihkan pandanganku ke depan.

Pintu lift terbuka dan pelayan itu keluar, tinggallah kami berdua saja. Aku beristighfar sebanyak mungkin. Ku tutup mata sambil terus menunduk.

Beberapa menit kemudian.

"Kitty, hey, Kitty." Aku terkejut, ku buka mata, "Ayo keluar," dia sudah mau jalan meninggalkanku,"kamu melamun, lagi banyak pikiran?"

"Karena itulah aku mau istirahat."

"Maaf."

Aku melirik dia dari sudut mata, aku merasa sedikit bersalah, ia tertunduk seakan sudah menyiksa aku.

"Sebenarnya mau kemana sih?" Kutanya.

"Nah, itu dia."

Rival dan aku berjalan menuju kafe yang di sekeliling ruangan itu dinding kaca, seakan ruangan itu berada di atas awan. Tempatnya tidak ramai, sepi malah. Kami menuju meja yang ada seseorang berpakaian baju dan jilbab biru disana. wanita itu membelakangi kami, jadi aku tidak tahu siapa dia.

"Ayoo..." Rival lagi-lagi memintaku untuk cepat.

Rival sampai lebih dulu, lalu langsung duduk disebrangnya. Menyapa dengan senyuman yang dipenuhi brewok itu.

"Kittyyy...." Wanita itu menoleh padaku, dengan mengedipkan matanya.

"Haruni!" Mataku membulat besar, kenapa anak ini bisa disini?

***

Haruni bercerita ia hanya sebentar di sini sekedar mengunjungiku sekaligus ada ketemu klien juga.

"Dan juga ini kan jadi kebiasaanku, menjemput—"

"Haruni!" Kataku tegas.

"Baiklah, baiklah." Aku menghela nafas.

"Kamu mau jemput Kitty buat pulang?" Rival bertanya dengan wajah polosnya.

"Haha, bukan begitu Rival, ini masalah perempuan, lagian Kitty kan ada kontrak disini, masa main jemput aja, ya kan?" Dia memandang ke arahku dengan senyum jail. Aku menyengir dengan merapatkan gigi.

Waiting FoolishlyWhere stories live. Discover now