17. Malaikat?

41 6 0
                                    

Setelah hampir 15 menit menunggu makanan datang, sementara kami bertiga sibuk dengan ponsel pintar masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah hampir 15 menit menunggu makanan datang, sementara kami bertiga sibuk dengan ponsel pintar masing-masing.

Dan makanan pun datang.

Laura kaget karena menu makananku sama dengan Rival. Oh, tidak. Dia pun tersenyum jail menatap Rival dengan sesekali melirik ke arahku. Perasaan tidak enak pun muncul.

Kami pun menyantap makanan dengan santai. Maksudnya, tidak denganku. Tidak begitu suka dengan rasanya, jarang makan makanan seperti ini.

Aku harus sabar, ini makanan, tidak boleh dicela. Tidak enak, ya diam saja.

Setelah selesai makan, Rival pun memulai percakapan serius. Ini yang kutunggu-tunggu, apa maksud dia mempertemukanku dengan Laura? Ada misi apalagi?

"Laura ini akan menggantikan aku beberapa waktu kedepan untuk mendampingimu dalam proyek ini." Penjelasan inti dari Rival. Aku sedikit terkejut, ini diluar sepengetahuanku.

"Karena sementara," lanjutnya, "aku akan kembali, sampai urusan yang lain selesai." Dia tidak menyebutkan urusan apa itu, yang penting bukan urusan dan tidak menjadi tanggung jawabku. Yang jelas diriku hanya konsultan dan Laura akan menjadi manajer sementara yang akan mendampingiku dalam proyek ini.

"Mohon kerjasamanya, Kitty." Laura memberikan senyum manisnya.

"Sama-sama, Laura." Jawabku seraya membalas senyumnya.

"Rival, jangan lama-lama, ya. Kasihan Kitty, bakal kesepian tidak ada kamu." Laura tertawa jail.

Rival malah ikut tertawa lalu menoleh padaku. Aku mendengus kesal.

***

Tanpa disangka Laura juga menginap di hotel yang sama meski beda satu lantai dariku. Ia lantai 7 sedangkan aku lantai 8. Ia juga berniat ingin main-main di kamarku, katanya bisa saling mengenal lebih dalam.

"Boleh?" Tanya Laura.

"Uhm, boleh." Jawabku.

Ia ternyata perempuan yang supel. Usianya cuman beda bulan denganku. Beberapa topik yang kami obrolkan banyak yang nyambung.

Dua gelas jus tomat menemani percakapan kami. Lalu tiba-tiba.

"Kamu ada rasa gak sama Rival?" Please, jangan tanya sesuatu saat aku sedang minum, hampir saja tersedak.

"Apa?"

"Rasa." Kata Laura dengan isyarat love dijarinya. Aku memandangnya dengan mengernyitkan dahi.

"No. kan, sudah kubilang kami hanya rekan kerja." Kataku datar.

"Tapi, bagiku tidak begitu dengan Rival." Aku terkejut, apa maksud dia bilang seperti itu, "memang sih Rival itu belum pernah pacaran, ya..meski banyak cewek yang suka sama dia, tapi sikap dia netral, selalu aja sama, termasuk denganku," aku mendengarkan sambil menyeruput jus tomat yang hampir tandas,"tapi beda kalau sama kamu, Kitty."

Waiting FoolishlyWhere stories live. Discover now