19. Sebotol Air Dingin

70 7 0
                                    

Langit pun gelap tanpa dihiasi bintang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit pun gelap tanpa dihiasi bintang. Bulan pun tertutup awan. Hawa malam ini lebih dingin dan menusuk tulang. Kenapa berakhir menjadi sebuah tanda tanya besar? Jika aku akhirnya bertemu lagi dengannya.

***

Laura melaju kencang mobilnya. Sedari tadi ia berusaha memilih kalimat dengan hati-hati. Mungkin khawatir moodku semakin memburuk.

Aku menyandarkan kepala ini ke jendela mobil. Pusing kepala semakin menjadi, ditambah beratnya perasaan.

Meski tidak memandang Laura, tapi ekor mata ini menangkapnya yang dari tadi terus melirik ke arahku.

"Jangan khawatirkan aku. Fokus saja nyetirnya."

"Baiklah, tapi kamu baik-baik aja, kan?"

Tidak, sama sekali tidak. Air mata perlahan jatuh, aku tidak berani menyekanya, bisa-bisa Laura curiga bahwa sedang menangis dan ia semakin khawatir.

Ponsel berdering. Dari Rival. Tidak aku jawab.

Sekali lagi ponsel berdering, kali ini beda.

"Halo, Maryam." Berusaha menjawab senormal mungkin.

"Kak Kitty sudah tidur?"

"Belum."

"Tapi suara kakak lemas?"

"Aku baik-baik saja, ada apa?"

Maryam pun mengatakan ingin berkunjung, ia baru saja selesai urusan tugas kelompoknya dan kebetulan dekat dengan penginapanku. Pas sekali, ada beberapa hal yang ingin ditanyakan tentang kebenaran malam ini, tapi apakah aku sudah siap?

"Boleh, Kak?" Aku masih diam sejenak, "sebenarnya....Maryam sudah di lobby hotel kakak menginap."

"Benarkah? Ya sudah gak apa-apa, tapi kakak sedang dalam perjalanan pulang, mungkin sebentar lagi sampai."

"Kakak dari mana?"

"Nanti, akan ku ceritakan."

Telpon pun berkahir dengan rasa penasaran yang mulanya menggebu lalu lesu dan penasaran kembali. Kali ini moment yang tepat, seakan kebenaran harus diketahui malam ini juga.

***

Sesampai di lobby hotel Laura sempat menyapa Maryam. Meski ekspresi penasaran Maryam lebih dulu menyergapku.

Kenapa bajuku basah? Kenapa dengan wajah yang luntur make up ini dan segala macam hal yang mengintrogasi. Untung ada Laura yang berusaha menjelaskan, meski tidak detail.

"Maaf kalau Maryam menganggu malam-malam." Sesaat setelah membuka pintu kamarku.

"Tidak apa-apa, kok."

Aku mempersilahkan Maryam duduk di kursi kecil. Lalu mengeluarkan minuman kaleng dan beberapa cemilan dari dalam lemari kecil. Menyajikannya di atas meja di samping Maryam.

Waiting FoolishlyWhere stories live. Discover now