Juu Yon - Chance

46.9K 2.7K 40
                                    

Play to mulmed
Rihwa - Harukaze 🎵

🍂

🍂

🍂

Rachel masih saja mematung dan mencerna setiap kejadian yang terjadi beberapa menit lalu. Ia masih sulit menerima ini dan apa ia bisa menerima lamaran dari pria yang bahkan belum ia kenal lama?

"Rara sini, Ayah pengen bicara dulu. Kalian bertiga juga." ujar Adhi pada keempat anaknya.

Rara dan ketiga abangnya menurut dan memilih duduk di sofa panjang bekas David dan kedua orang tuanya tadi sementara Adhi dan Hana duduk di sofa seberang yang muat dua orang. Susana berubah menjadi tegang.

"Apa kamu baik-baik saja, sayang?" Hana berucap lembut melihat wajah putrinya yang berubah pucat.

Rachel menghela napas gusar. "Rara masih belum bisa menerima ini, Bun, Yah. Ini terlalu cepat bagi Rara." aku Rachel dengan jujur.

Adhi mengangguk setuju. Ia juga berpendapat sama dengan putrinya.

"Apa Ayah sudah menerima lamaran itu?" Damar bersuara sedaritadi ia diam.

"Iya, apa Ayah sudah menerimanya?" sambung Randy ikut penasaran. Daffa melihat raut wajah sang Ayah dengan cermat.

"Tidak. Ayah sudah mengatakan jika keputusan ada di tangan adik kalian, Rara. Ayah juga tak bisa asal menerima lamaran dari orang yang masih belum mengenal adik kalian dan keluarganya, begitu juga sebaliknya. Belum lagi adik kamu masih menjalani terapi penyembuhan." jelas Adhi dengan panjang lebar.

Keempat orang itu menghela napas lega mendengar penuturan sang Ayah. Sedangkan Hana tersenyum menatap lekat putri satu-satunya itu.

"Terus Dokter David bilang apa sama Ayah?" celetuk Daffa. Ia penasaran dengan dokter muda itu.

Adhi menoleh kearah Hana dan kembali menatap keempat anaknya.

"Dokter David meminta kesempatan agar Rara mau mengenalnya terlebih dahulu. Dan seperti yang kalian dengar tadi. ia akan ikut andil dalam proses penyembuhan Rara agar cepat sembuh total."

"Tapi Yah, apa dia tak terlalu tua?" sahut Daffa lagi. Sontak saja ucapannya itu mengundang gelak tawa Adhi serta Hana. Berbeda dengan Damar dan Randy ia juga baru ingat belum mengetahui berapa umur pria itu. Mereka jadi penasaran. Rachel hanya diam mendengarkan.

"Dia seumur dengan kamu, Randy." kata Hana seraya tersenyum.

Randy diam dan berpikir sejenak.

"What?" teriak Daffa heboh setelah menyadari satu hal.

"Dek kamu seriusan mau menerima om-om kayak dia?" ia melirik kearah Rachel yang menunduk seraya meremas ujung baju kaosnya. Kebiasaan saat gugup. Nampan tadi sudah ia simpan di atas meja.

"Benar yang di katakan Daffa, Bun, Yah." timpal Damar menyetujui.

"Randy juga setuju sama Abang dan Daffa, Bun, Yah." Randy menatap kearah kedua orang tuanya.

"Ayah dan Bunda tak mempermasalahkan umur. Kalian tahu jika sudah cinta umur tak akan menjadi penghalang." terang Adhi kepada semua anaknya.

"Tapi tetap saja, Rara masih kuliah baru juga semester 5. Lagian apa tu dokter nggak mikir cari yang lain?" Daffa tidak terima jika adiknya main di lamar saja. Tidak. Ia masih tidak rela adi kesayangan mereka di ambil oleh orang lain.

Bukan karena mereka tak ingin di dahului menikah, tapi karena mereka masih ingin merasakan kebersamaan mereka. Itu juga alasan Damar yang sampai sekarang belum juga mencari pendamping, sebab ia masih bertanggung jawab atas adiknya itu. Randy pun begitu ia sibuk dengan urusan kantor apalagi sebentar ia akan menggantikan sang ayah menjadi CEO di perusahaan Adhitama Group. Dan Daffa jangan tanyakan. Ia adalah pria yang hobinya php banyak gadis. Sudah banyak gadis yang menjadi korbannya. Bagi Daffa mereka semua hanya fans dan mengejar kepopuleran. Mereka tak tulus. Dan akhirnya sampai sekarang ia masih jomblo. Bagi ketiga kakak Rachel wanita itu untuk di jaga bukan di rusak. Sekalipun banyak perempuan mendekat, tapi mereka tak ingin menyakiti hati mereka. Karena jika membuat seorang wanita tersakiti sama saja ia menyakiti sang Bunda. Itu tidak ada dalam kamus mereka.

Posessive DoctorWhere stories live. Discover now