San Juu San - Kiss

45.1K 1.8K 56
                                    

Play to mulmed
Heaven - Afgan, Isyana dan Randy Pandugo 🎵

🍂

🍂

🍂

Matahari belum tampak sepenuhnya saat ia terbangun dari tidur lelap nya. Rachel membuka mata, menyerah lu ngerjap berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina-nya. Merenggangkan otot badan, David menoleh kearah Bimo yang masih lelap dalam tidurnya. Dengkuran dari bibirnya membuat David mendengkus dan beranjak dari tempat tidur.

Ia bergegas ke kamar mandi mencuci muka dan gosok gigi. Tak lama ia pun keluar dan membuka lemari yang berada di sudut ruangan. Mengganti kaos polos berwarna hitam dan celana traning senada.

Sekali lagi ia melirik kearah Bimo yang saat ini memeluk guling dengan sangat erat. Menggeleng, akhirnya David membuka handle pintu.

Sepi.

Sepertinya semua orang belum bangun. Akhirnya David berjalan menuju ruang tamu dan langkahnya terhenti saat melihat gadisnya sedang mengikat rambut. Pakaian yang digunakan juga sama seperti David. Rachel menggunakan kaos lengan panjang berwarna pink dan celana traning abu-abu.

"Kamu kok udah bangun?" tanya David mengagetkan Rachel yang tak menyadari kehadirannya. Saat menoleh ia mendapati David berdiri beberapa meter darinya.

"Akh iya, Dok, aku mau lari pagi." balas Rachel menampilkan senyum.

"Kalau gitu kita pergi bareng."

"Tapi Dok, aku tak sendiri."

Alis David menyergit bingung. Tak lama suara langkah kaki membuat mereka menoleh. Adel dan Randy juga seperti ingin lari pagi. Terbukti dengan pakaian yang mereka kenakan tak berbeda jauh yang ia dan Rachel gunakan.

"Pagi Dokter Dave." sapa Adel menyunggingkan senyum ceria.

"Pagi." jawab David membalas tersenyum. "Kalian juga akan lari pagi?" sambungnya.

Adel mengangguk semangat. "Iya, Dokter mau ikut?"

"Iya aku baru aja ajak Jani. Jadi gimana kalau sekalian saja kita lari pagi sama-sama, biar rame."

"Boleh-boleh! Wahh kapan lagi bisa lihat dokter tampan lebih lama!" seru Adel antusias. Ia bahkan bertepuk tangan membuat Randy yang hanya diam se dari tadi merintis malu melihat tingkah sahabatnya.

"Kita jalan sekarang?" tanya David menoleh kearah Rachel.

Rachel mengangguk dan berjalan duluan. David ikut menyusul bersama Adel dan juga Randy di belakang.

Udara di pagi hari sangat sengar. Rachel menghirup rakus udara pagi yang menyebarkannya. Di Jakarta sangat jarang ia dapat udara alami seperti ini. Hanya ada polusi dari kendaraan.

"Kamu suka di sini?" tanya David sudah berlari pelan menyusul gadisnya hingga mereka sejajar.

Rachel menoleh dan mengangguk. "Iya, soalnya kalau di Jakarta udaranya nggak sesegar di sini."

"Iya beda banget sama di Jerman." balas David mengingat saat ia tinggal beberapa tahun di sana untuk menempuh sekolah spesialis nya juga untuk melupakan Sania tentu saja.

"Dokter pasti senang tinggal di sana." kata Rachel.

"Em, nggak juga sih. Soalnya aku kadang kangen masakan Mommy. Beruntung aku bisa sedikit memasak, jadi kalau aku ingin makan makanan rumahan, masak sendiri."

"Dokter bisa masak?" Rachel agak kaget bahwa dokter muda di sampingnya ini, tunangannya sendiri bisa masak.

David mengangguk membenarkan. "Iya kan selama di sana aku tinggal sendiri di apartemen. Jadi otomatis aku harus bisa masak. Nggak baik kalau makan fast food terus, nggak sehat." terang David lagi.

Posessive DoctorWhere stories live. Discover now