23. Alquran dan Manusia

694 62 10
                                    

Semangat yang selaras antara mentari dan manusia tampak jelas di bawah langit Yayasan Al-Hidayah Sukabumi. Para pasien terlihat bersemangat menikmati asupan vitamin D yang dikirimkan langsung dari atap bumi.

Di bawah arahan Mas Irfan, instruktur senam langganan yayasan, para pasien begitu bersuka cita. Beberapa orang ada yang mampu mengikuti setiap gerakan dengan persisi dan semangat yang tinggi, ada pula yang terlihat asal-asalan. Mey sendiri termasuk di antara mereka yang mampu melakukan setiap gerakan secara persisi, meskipun tidak dengan cara yang begitu lincah. Ya, tentu saja. Pada dasarnya Mey tetaplah anak yang cerdas, seperti apa pun kondisinya saat ini.

Sekitar empat puluh menit senam berlangsung, para pasien kemudian dibiarkan berkeliaran di lapangan berpagarkan besi setinggi dua meter. Tempat itu tidak sepenuhnya tertutup dari dunia luar. Beberapa pasien bahkan terlihat berinteraksi dengan warga sekitar yang memberi mereka makanan.

Sementara itu, Mey hanya terduduk memandangi mereka dari pelataran sambil mengelus-elus punggung Zen di pangkuannya.Di hari-hari pertama, nyaris semua jatah makanannya ia berikan kepada Zen, sebelum akhirnya ia mulai terbiasa dengan jenis makanan yang berbeda dengan yang biasa ia makan di rumah. Bahkan dalam dua hari terakhir, ia sama sekali tidak memakan telur mata sapi karena memang tidak disediakan. Semoga saja Zura tidak akan mengikutiku sampai sejauh ini, pikirnya.

“Apa yang kaupikirkan, Mey?” Agus yang tiba-tiba sudah berada di samping Mey mengacaukan lamunannya.

“Ah, tidak, Kang.” Mey terlihat tidak siap menjawab pertanyaan.

“Kamu sudah empat hari di sini, ya? Bagaimana? Mulai kerasan?” Agus membuka percakapan.

“Lumayan,” jawab Mey singkat.

Agus hanya menyunggingkan senyum.

“Kang?”

“Ya?”

“Apa yang membuat Akang dan Mak Nining mau berkorban sedemikian banyak untuk orang-orang seperti kami?”

“Allah yang suruh kami.” Agus kembali tersenyum. “Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Allah, Tuhan kami, berfirman bahwa sebagian orang beriman merupakan penolong dari sebagian yang lain.(3) Kami rasa, setiap manusia berhak mengambil peran dalam membantu kehidupan manusia lain.”

Mey mengangguk-angguk mencoba mencerna yang dimaksud oleh Agus. “Apa yang membuat kalian begitu mempercayai Tuhan kalian? Bukankah kalian sendiri tak pernah melihat-Nya?”

“Lihat sekelillingmu, Mey. Tak semua yang ada di dunia ini bisa berinteraksi secara langsung dengan indera manusia. Mata hanya bertugas untuk melihat. Ia tak akan mampu mendengar. Sebaliknya, telinga juga tak memiliki kemampuan untuk melihat. Semua yang ada pada diri manusia ini memiliki batasannya. Mereka hanya bisa merasakan hal yang memiliki sifat fisik. Apa kamu berpikir Tuhan Yang Menciptakan seluruh alam semesta ini harus memiliki sifat fisik juga? Jika begitu, apa bedanya Pencipta dengan yang diciptakan? Bukankah sebuah patung juga tidak bisa melihat keberadaan pembuatnya? Tapi kita bisa merasakannya.”

Mey semakin mengernyitkan dahi. Rasanya aku pernah ingat kalimat seperti ini.

“Kamu sudah mulai belajar baca Alquran?”

“Sepertinya belum ada di buku catatanku.”

“Semoga nanti sore kamu bisa mulai, ya. Aku sudah menghubungi Ustadzah Nurul.”

“Baik, Kang.”

Dari arah pintu, terdengar suara dentingan lonceng pertanda sudah waktunya para pasien untuk melaksanakan sarapan pagi. Para petugas, termasuk Agus membantu menertibkan pasien, sementara Zen yang dari tadi tertidur di pangkuan Mey segera beringsut mengejar jatah sarapan. Mey menghela napas panjang, kemudian mengikuti langkah teman kecilnya.

(3) Q.S. Attaubah : 71

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Alhamdulillaah, bisa update lagi.

Semoga para pembaca yang budiman berkenan memaafkan makhluk fana yang tidak bertanggung jawab atas karyanya ini. 😢

Semua ini tidak terlepas dari motivasi sang istri usi_supinar, achiye udah punya istri. 😅

Juga tidak lupa motivasi dari sahabat-sahabat di 30 Days Writing Challenge yang berhasil membangkitkan semangat nulis saya lagi. 😃

FYI, terselenggaranya update part ini tidak terlepas dalam rangka memenuhi hutang setoran kelas menulis yang keren, 30DWC. 😁

Okay, jangan lupa ninggalin jejak, ya.

See ya on next part. 😀

#30DWC
#30DWCJILID23
#DAY24

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Does God Really Exist?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang