PROLOG

987 28 1
                                    

Abaikan deskripsi  yang berbeda dengan cerita. Alur suka berubah-ubah.

**

Thalia hidup digaris yang sangat berkecukupan. Ayah nya mempunyai usaha dimana mana. Ibu tiri nya mempunyai toko kue yang sekarang sudah sangat terkenal. Bahkan Ibu kandung nya yang berada di Semarang sudah memiliki butik.

Di Jakarta, Thalia tinggal bersama Ayah, Ibu, dan juga kakak tiri nya. Ibu tirinya tidak pernah mempersoalkan masalah Thalia yang bukan darah daging nya. Ia sangat menyayangi Thalia.

Kakak tiri nya juga tak pernah mempersoalkan hubungan darah, ia bahkan selalu menjaga Thalia seperti adik nya sendiri.

Pagi ini Thalia berencana pergi ke sekolah lebih cepat. Pagi ini ia harus buru buru berangkat ke sekolah untuk menyelesaikan PR nya yang belum sempat selesai tadi malam.

"Kalo makan pelan pelan Lia" tegur Linda—Ibu tiri Thalia—saat Thalia melahap nasi goreng nya dengan rakus di ruang makan.

"Buru buru Ma," Thalia menyahut tanpa menatap Linda.

Keluarga nya memang selalu memanggil nya 'Lia' jadi jangan heran jika ada yang memanggilnya dengan nama itu.

"Masih pagi, mau ngapain kesekolah pagi pagi?" Angga—kakak tiri Thalia—bertanya dengan nada tak santai. Angga tau, nanti pasti Thalia akan meminta nya untuk mengantar ke sekolah. Sebelumnya memang Angga yang meminta untuk mengantar Thalia ke sekolah agar ia tidak kenapa kenapa, tapi jika harus pagi pagi seperti ini berangkat ke sekolah, jujur ia sangat malas.

"Jangan banyak tanya! Ayo berangkat!" Thalia menyambar tas nya yang berada di samping kaki nya, lalu menghampiri Mama nya untuk berpamitan. Ayah nya sedang keluar kota, jadi ia hanya berpamitan kepada Linda saja.

"Gue tunggu diluar," tambah nya lalu berjalan meninggalkan ruang makan dan segera menuju halaman depan untuk menunggu Angga.

"Iya, gue tinggal ganti baju. Gak lama" balas Angga lalu ia juga beranjak dari tempat duduk dan segera menuju kamar nya untuk hanya berganti pakaian dan mengambil barang barang yang diperlukan—karna tadi ia sudah mandi.

Linda yang melihat pemandangan tersebut hanya diam dan bisa tersenyum.

Thalia menunggu Angga di taman selama sepuluh menit, sekarang jam di handpone nya sudah menunjukan pukul 06.10.

"Lama banget sih?" protes Thalia sambil memakai helm nya.

"Yaelah, gue juga butuh waktu kali" Angga menaiki sepeda motor nya lalu diikuti Thalia.

"Udah ah, telat nih"

"Lha, bukan nya lo yang mulai?"

"Ya emang gue, tapi sekarang gue udah gak minat ngomong. Ayo jalan!" Thalia memukul punggung Angga pelan agar ia segera melajukan sepeda motor nya.

"Awhh. Sakit!"

"Bodo! Ayo jalan!"

Thalia memang dingin dan pelit bicara, tapi jika dengan keluarga nya, ia sudah bisa dibilang sebagai cewek yang cerewet, manja, dan ngeselin.

Tak mau berdebat lagi dengan wanita yang selalu benar, Angga pun segera menyalakan mesin sepeda motor dan melajukan nya di jalanan Jakarta yang tidak terlalu padat pagi ini.

                                 ●●●










Thalia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang