15. BERUBAH (2)

155 6 0
                                    


Thalia dari tadi mondar-mandar tak jelas di kamarnya,  ia bingung apakah ia harus menghubungi Gavin atau tidak.

Ia ingin sekali menghubunginya, namun ia selalu teringat masalah di kelab.

Tok.. Tok.. Tokk

Seseorang mengetuk pintu kamar Thalia. Pasti Angga yang mengetuk. Siapa lagi kalau bukan dia? Dirumah hanya ada mereka berdua.

Thalia segera membukakan pintu untuk Angga.

"Ada apa?" tanya Thalia.

"Gavin nungguin kamu di bawah. Cepet temuin!"

Deg!

Baru saja difikirkan, orangnya malah dateng kerumah. Thalia bingung sendiri harus apa sekarang.

"Hey! Malah bengong? Cepet temuin! " suruh Angga lagi. Thalia segera turun ke ruang tamu.

Disana memang sudah ada Gavin yang menunggu, namun kesalnya, ia membawa Tika.

Thalia menunjukan raut muka datar dan dingin andalannya, lalu bertanya: "Ngapain kesini?"

Gavin tak menyangka Thalia akan bertanya seperti itu. Kesannya itu seperti tak suka ia datang berkunjung.
"Cuma mau main Tha.. Sekalian mau minta maaf," jawab Gavin lembut.

Thalia duduk disalah satu sofa. Angga tadi masuk ke dalam kamar, kalau mau tau.

"Minta maaf kenapa?" tanya Thalia lagi dengan raut muka datar dan dengan nada dingin.

"Soal yang tadi di kantin."

Sekarang giliran Thalia yang dibuat terkejut, ia kira Gavin akan meminta maaf soal yang waktu di kelab. Apa selama ini Gavin menyangka Thalia tak tau masalah itu? Dan Thalia juga masih bingung, sedang apa Gavin dan Tika ada di kelab waktu itu?

"Gue minta maaf, kejadian tadi siang mungkin buat lo sakit hati, atau apalah, tapi tadi Vinka pengen gue minta maaf ke lo," Thalia melirik Tika yang sedang tersenyum tipis kepadanya. "Padahal menurut gue gak ada yang perlu di minta maaf."

Perkataan Gavin memang benar, tidak ada yang perlu minta maaf. Tapi entah kenapa rasanya hati Thalia seperti di tusuk-tusuk.

"Udah sih gitu aja. Gue harus nemenin Vinka belajar soalnya," ucap Gavin lalu berdiri, diikuti Tika.

Lagi-lagi rasanya Thalia seperti ditusuk-tusuk. Dengan terpaksa Thalia juga ikut berdiri.

"Maaf ya Tha, kalo gue ada salah. Gue sama Aga pulang dulu," tambah Tika yang malah membuat Thalia emosi.

Thalia mengangguk, ia membiarkan mereka keluar dari rumahnya sendiri tanpa diantar. Ogah sekali Thalia melakukan itu. Memang terkesan tak sopan, tapi apa Thalia peduli, ia sudah terlanjur kesal.

Setelah Gavin dan Tika pulang,Thalia langsung menuju kamar Angga untuk menumpahkan segala kekesalannya.

"ANGGA!" teriak Thalia saat sudah sampai dikamar sang Abang. Angga yang tadi nya sedang asik-asik'an chatan dengan Angel sang kekasih langsung terlonjat kaget.

"Apasih? Kaget tau gak?!"

Mendengar itu bukannya takut atau diam, Thalia malah semakin kesal. Gadis itu langsung menghampiri kakak nya dan menarik kerah bajunya.

"BILANGIN YA SAMA SI-GAVIN, KALO DIA MAU MAIN-MAIN, JANGAN SAMA GUE! GUE BISA MUTILASI DIA KALO MAU!" ucap Thalia lantang dengan amarah. Angga sendiri bingung dengan apa yang dikatakan Thalia.

"Lo ngomong apasih?! Lagian juga, kalo marah nya ke Gavin, kenapa gue yang lo tarik-tarik bajunya? Lepasin!" dengan sekali usaha Angga berhasil melepaskan tangan Thalia dari kerah bajunya.

Thalia langsung terduduk ke kasur Angga dan diam.

"Kenapa sama Gavin? Ayo cerita! " Angga malah menjadi penasaran sendiri.

Melihat tak ada respon dari Thalia, Angga kembali bersuara, "Gavin nyelingkuhin lo sama Tika, atau gimana? Coba cerita."

Thalia menatap Angga. "Gavin sebenarnya cinta sama gue beneran gak sih, Ga?" Thalia malah balik nanya.

"Ya iya lah... Dia dari dulu cerita kek gitu ke gue. Gak tau sih, boong nya apa nggak," jawab Angga tak pasti.

Thalia berdecih.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi!" Angga menagih jawaban.

"Menurut gue dia gak selingkuh. Tapi di kayak berubah gitu. Sekarang dia kayak lebih cuek ke gue," Thalia menahan air matanya agar tak jatuh.

"Waktu kemaren perjalanan mau ke kelab sama Vita, gue telpon Gavin, tapi gue denger ada yang beda sama suara Gavin. Dia kayak lagi mabuk. Terus gue tanya ke dia 'lagi dimana, sama siapa?' dia jawab: lagi sama temen-temen di tempat tongkrongan, gue langsung gak percaya karna gue tau temen nya itu cuma lo, dan lo lagi dirumah saat itu. Waktu udah nyampe di kelab, bener apa dugaan gue, dia emang lagi mabok, dan lebih parahnya ada Tika disana."

Ternyata tak bisa, Thalia tak bisa menahan air mata nya agar tidak keluar. Detik itu itu juga Angga langsung menenangkan sang adik.

"Huuuuuhuuuuu," Thalia menangis dalam dekapan sang Abang.

"Sekarang terus lo maunya gimana? " tanya Angga dengan nada lembut.

"Gak tau,  hiks,  gue sendiri bingung, hiks."

"Gimana kalo besok gue ngomong ke dia? " usul Angga. Thalia mengangguk pasrah.

"Yaudah, sekarang lo tidur aja."

・・・・・・

Nanggung banget.... Tapi mau gimana lagi, pikiran dah buntu, besok up lagi deh, insya Allah chapter nya lebih panjang:-)







Thalia (END)Where stories live. Discover now