11. SIAPA YANG BENAR?

151 14 0
                                    

"Tika?  Vinka? Dia mau lo kemana in? Punya nama panggilan sendiri,  ngasih berlian waktu dia ulang tahun, itu apa artinya kalo bukan cinta?!" Thalia meluapkan semua yang ingin ia katakan. Gavin diam. Ia bingung harus membalas apa. Mungkin ia harus pulang dan memikirkan alasan yang tepat untuk Thalia.

Namun Gavin sadar. Ia tak perlu memikirkan hal yang tak perlu dibuat pusing. Sedetik kemudian ia tertawa.

"Tha, lo cemburu ya?" goda Gavin. Thalia malah semakin kesal.

"Gue cuma ngomongin hal yang harus diomongin," Thalia menatap Gavin dengan kesal,  sedangkan Gavin malah cengar-cengir sendiri.

"Itu artinya cemburu, Tha! Gue sama Vin- Tika itu cuma temenan. Coba pikir deh,  kalo gue emang cinta sama Tika, kenapa gue gak nembak dia dari dulu aja, Tha? Kenapa gue harus nungguin lo yang waktu itu udah berstatus jadi pacar Adi? " Gavin mencoba meyakinkan Thalia yang sekarang sedang berfikir keras.

"Tha,  dari dulu gue suka dan cinta sama lo. Gue nungguin lo sampe sekarang karna gue yakin,  kita bisa bersama. Percaya sama gue," Gavin memegang pundak Thalia sambil tersenyum manis.

"Lo mau, kan, jadi pacar gue?" tanya Gavin. Thalia melotot.

"Gue gak mau, " tolak nya mentah-mentah. Thalia melepas tangan Gavin yang sekarang berada di pundak nya lalu meninggalkan Gavin begitu saja. Gavin membiarkan Thalia pergi. Ia merasa Thalia butuh waktu. Peka.

***

Hujan turun dari langit yang tadi nampak cerah. Membuat rencana jalan-jalan Vita,  Adelyn, dan Thalia menjadi batal.

Kini Thalia sedang berada di kamarnya. Pintu kamar nya ia kunci, telinganya ia sumpel dengan earphone sambil memejamkan mata. Jujur,  ia menangis dalam diam.

Mungkin sejak tadi seseorang menunggu di luar kamar,  Thalia tidak peduli.

Drtttt.... Drtttt... Drtttt

Thalia mengecek ponsel nya yang sepertinya mendapat panggilan.

Unknown number

Thalia mengacuhkan panggilan itu, menurutnya orang tersebut hanya iseng. Dan kalau memang penting,  Thalia juga tak peduli.

Drtttt... Drttt...

Thalia menghela nafas kasar, menerima panggilan itu dengan kesal.
"Siapa? Penting? Kalo gak langsung gue matiin!" sambar Thalia langsung.

"Bisa ketemu,  Tha? " suara disebrang sana seperti suara perempuan. Sopan dan lembut.

"Lo gak liat kalo sekarang lagi ujan deres? Lagian siapa sih lo?" ketus Thalia. Wajar,  kan, jika Thalia bersikap demikian.

"Gue Tika."

Deg.

Thalia langsung mematikan sambungan telpon. Emoji nya semakin bergejolak.

"Arrggh! " gadis itu membanting handpone nya ke lantai. Tak peduli jika rusak.

Drttt... Drttt.. 

Handpone nya masih hidup. Walaupun sedikit cedera. Thalia mengambil handpone nya. Layar nya retak,  namun masih bisa dipakai.

Thalia menggeser tombol warna hijau pada layar handpone nya. "Mau ketemu dimana? "

***

Thalia menatap Tika dingin. Gadis didepannya sepertinya kalem,  lembut,  dan pemalu. Dia yang mengajak bertemu,  namun dia juga yang malah diam.

"Gue gak ada waktu, " ucap Thalia tanpa ekspresi. Tika yang mengerti langsung menatap Thalia dan mulai mencoba berani bicara.

"Gue denger,  lo sama Gavin deket. Gue penasaran aja,  makanya gue minta no lo ke Vita. Gue-"

"Langsung ke inti aja," potong Thalia cepat.

"Gue tau gue sama dia cuma temenan. Tapi gue yakin Gavin punya perasaan lebih ke gue. Gue juga. Makanya sekarang gue minta, jauhin Gavin. Gavin milik gue. Gue sama dia udah kenal satu tahun. Jadi lo mending mundur," Thalia mengepal kan tangan nya. Pendiem tapi berani juga dia.

"Satu tahun?" Thalia menatap Tika remeh. "Lo tau gak? Gavin bilang sendiri ke gue kalo dia udah suka sama gue hampir dari dua tahun yang lalu. Sekarang siapa yang lebih dulu? " Thalia menatap Tika tajam nan dingin.

"Mungkin Gavin lebih romantis ke lo,  tapi perasaan nya ke gue lebih besar dari pada perasaan nya ke lo. Lo kira Gavin bakalan suka gitu sama lo?" Thalia sendiri tak tau kenapa ia bisa bicara demikian.

"Terus,  kalo gitu kenapa dia ngasih gue cincin berlian segala? Ngapain dia harus cium kening gue? Ngapain dia buatin gue nama panggilan sendiri,  hah?! " Tika sudah mulai berani meninggikan volume suaranya.

"Anggap aja itu cuma sedekah aja, Tik. Cuma cincin berlian itu kecil bagi dia. Kalo dia mau,  dia bisa beliin buat ibu guru di sekolah gue! Dan masalah nama panggilan sama nyium kening lo,  itu gue anggap cuma cara biar gue cemburu. Gavin pengen manas-manas'in gue. Lo gak paham?"

"Tha,  gue bicarain masalah berlian itu bukan untuk ngitung harganya. Gue ngomongin berlian itu biar lo paham. Ini masalah hubungan. Gue terima cincin itu bukan karena matre,  tapi gue tau,  itu sebuah bukti. Bukti kalo Gavin bener-bener sayang sama gue."

"Tika, kalo Gavin sayang dan cinta sama lo,  kenapa gak nembak lo dari dulu? Kenapa dia malah nungguin gue yang saat itu masih punya pacar? "

"Lo cuma mainan. "

"Gak kebalik? Kan,  gue duluan yang dia suka. "

"Tapi cinta nya ke gue lebih besar dari pada ke lo! "

"Jadi lo sadar kalo Gavin cinta sama gue?"


Thalia (END)Where stories live. Discover now