13. KENAPA BANG?

163 14 5
                                    

"Kalo gak mau, gue masuk sendiri!" Thalia dengan amarah keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam kelab. Tak peduli dengan Vita yang sedari tadi memanggil-manggil namanya.

Vita dengan perasaan kesal segera menyusul Thalia, tanpa membangunkan Adelyn terlebih dahulu. "Lo jangan gini dong Tha! Jangan macem-macem masuk sendirian! Lo baru pertama kali kesini."

Thalia menoleh ke arah Vita. Amarah nya berkurang sedikit karna sadar apa yang diucapkan Vita ada benarnya. "Bodo amat. Adelyn mana?" Thalia bertanya dengan nada kesalanya. Jujur ia masih kesal dengan Gavin tadi, belum lagi Vita juga malah menambah rasa kesalnya.

"Biarin aja tidur. Kalo udah puas molor nya pasti nyusul sendiri," Vita berjalan mendahului Thalia.

***

Kepala Thalia langsung pusing, rasa dari wine yang tadi diberikan Vita sangat asing baginya. Sekarang sudah pukul 02.30 dini hari,  Thalia, Vita, dan Adelyn belum ada niatan untuk pulang.

Thalia merasa ingin muntah karna wine tadi. Ia heran,  bagaimana kedua teman nya itu bisa tahan dan malah ingin menambah minuman itu.

Menurut Thalia tempat ini memang sedikit menakutkan, ia lebih takut lagi dengan tatapan-tatapan dari laki-laki kurang belaian yang sejak tadi memperhatikannya. Untung ia sekarang sedang bersama Vita dan Adelyn,  setidaknya ia tak akan terlalu khawatir dengan dirinya sendiri.

"Gimana Tha? Enak, kan?" tanya Adelyn dengan khas nada mabuk. Ia memang sudah bangun dari jam satu tadi.

"Pusing pala gue," balas Thalia apa adanya. Pusing dikepalanya dan perasaan ingin muntah itu masih terasa. Mungkin karena ini adalah yang pertama kalinya bagi Thalia.

"Lemah lo! Nih minum lagi!" Vita malah menyodorkan satu gelas wine lagi kepadanya.

"Anjirr lo, Vi!" Adelyn malah heboh sendiri.

Mereka bertiga meminum minuman hingga habis tiga botol. Saat waktu berjalan hampir pagi, mereka pun belum ada niatan akan pulang.

***

Thalia membuka matanya perlahan, ia tidak ingat apa yang terjadi tadi, tapi sepertinya ia sudah sangat mabuk.

Gadis itu mendudukan tubuhnya sendiri di atas kasur, ia tau, ia sedang berada di kamarnya sendiri. Entah siapa yang membawanya kemari.

Thalia menoleh ke arah jam dinding di kamar nya. Pukul 08.30 pagi.

Ia tak tau harus apa, sepertinya saat ini juga kehidupannya akan berubah.

"Mati gue," Thalia menepuk jidatnya sendiri.

Thalia yakin orang tua dan abang nya sudah tau kalau ia tadi malam mabuk. Akan ada bencana besar sekarang. Thalia belum siap menjadi seperti kedua kawan barunya itu. Badgril. Mungkin sudah bisa dicap demikian, namun Thalia benar-benar belum sanggup menghadapinya.

Ia mulai beranjak dari kasur, sebelum itu ia memegangi kepalanya yang masih sedikit terasa pening. Sebisa mungkin ia berdiri, dengan perlahan kaki nya melangkah.

Ckllekk...

Pintu kamar Thalia terbuka, menampilkan sosok tampan yang menghampiri Thalia dan membantunya ke kamar mandi untuk mencuci muka. Siapa lagi kalau bukan Angga, abangnya.

Thalia tidak tau harus bagaimana, ia merasa bersalah dan gugup sendiri. Apalagi ditambah raut muka Angga yang dingin, itu membuat Thalia menjadi semakin kikuk.

"Makasih," ucap Thalia lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya.

Setelah selesai mencuci muka dan merapikan rambut, Thalia langsung keluar kamar mandi. Ia sudah bisa berjalan sendiri, rasa pening di kepalanya juga sudah hilang.

Dilihatnya Angga sedang duduk di sofa kamar Thalia sambil bermain handpone. Apakah ia tidak berangkat sekolah?

"Lo gak berangkat sekolah?" Thalia memberanikan diri untuk bertanya.

Angga menoleh ke arah Thalia lalu meletakkan handpone yang ia genggam di meja.

"Gue disuruh Papa sama Mama jagain lo," jawab nya datar.

"Kalo lo mau berangkat, berangkat aja, gue gapapa sendirian," ucap Thalia lagi.

"Lo gila apa? Lo gak liat ini udah jam setengah sembilan?" jengkel Angga.

Thalia baru ingat,  saat ini sudah pukul setengah sembilan, gila aja anak SMA berangkat jam segitu.

"Oh iya, gue lupa," Thalia cengengesan.

"Sini, duduk samping gue," ucap Angga sambil menepuk-nepuk sofa disebelahnya.

Thalia mengangguk, ia segera duduk disamping Angga. "Ada apa?" tanya Thalia.

"Seharusnya gue yang nanya, ada apa? Kenapa tadi lo mabok?" tanya Angga serius.

Thalia diam sejenak. "Maaf Ga," sahut nya pelan.

"Minta maaf aja sama bokap-nyokap lo. Mereka tadi pagi pergi keluar negeri."

Thalia langsung membelalakan matanya lebar. "Keluar negeri? Ngapain?"

"Biar kita bisa berduaan," jawab Angga ngawur. Sepertinya dia punya kepribadian ganda, kadang galak, tegas, kadang juga malah gak pernah serius dan malah parah nya lagi mesum.

Thalia menggeleng-gelengkan kepala sendiri. "Dasar! Sama adek sendiri aja mesum!"

"Kan gak kandung," elak nya. Benar-benar sudah tidak waras. Thalia langsung memilih keluar dari kamar, tidak baik laki-laki dan perempuan berduaan di kamar.

Melihat Thalia keluar kamar, Angga langsung ikut menyusul. Hingga sampailah mereka di dapur. Thalia munuju dapur untuk mengambil makanan, Angga ikut.

"Ngapain sih, ngikutin?" kata Thalia risih.

Tak menjawab pertanyaan Thalia, Angga malah mengambil coklat yang Thalia pegang dengan paksa. Sontak Thalia langsung tak terima, ia langsung mengambil coklat nya kembali.

"Enak aja punya gue lo ambil! "

"Enak lah..." Angga mendekati Thalia lagi. Gadis itu mencoba menjauh tapi tak bisa karna dibelakangnya terdapat kulkas besar.

"Ga,  apaan sih!?" Thalia lagi-lagi dibuat risih.

"Kemarin lo di kelab juga gini, kan, sama om-om?"

Deg.

Suara Angga pelan namun seperti petir. Beraninya Angga menghinanya seperti ini.

Seketika itu juga Thalia melemparkan coklat yang ia pegang ke arah Angga. Coklat itu seberat buah apel, pasti sakit jika terkena wajah kita.

Angga memegangi pipinya yang terkena hantaman coklat.

"Maksud lo apa?! Lo nganggep gue serendah itu? Teganya lo!?" Thalia tak menyangka Angga berani mengatakan hal itu.

Angga malah tersenyum remeh. "Lo kira dalam keadaan mabuk kemarin lo gak diapa-apain sama om-om gitu?"

Kali ini bukan coklat, melainkan tangan Thalia langsung yang mendarat dengan kencang di pipi Angga. Dengan sekuat tenaga Thalia mendorong Angga menjauh darinya, saat berhasil, Thalia langsung lari menuju kamar dengan air mata yang selalu lolos.

***

Sejak tadi Thalia terus menangis di dalam kamar. Ia benar-benar tak menyangka Angga akan mengatakan hal seperti tadi.

Angga sendiri sepertinya sudah berhasil membuat Thalia sadar. Mungkin.





Thalia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang