Taruhan

169 14 8
                                    

Seketika para siswa dan siswi yang melihat secara langsung kejadian itu langsung menghampiri mereka. Bukan apa, tapi siapa yang tak terkejut melihat seorang Erik mengendong cewek di hadapan umum. Terlebih cewek itu adalah murid baru yang baru saja bergabung di sekolah mereka minggu lalu.

"Mau sampai kapan ngedrama nya?" tanya Haris sontak membuat Erik tersadar dari tatapan pada sosok gadis mungil yang ia gendong.

Bruk

"Awww" pekik Abel ketika Erik tiba-tiba menjatuhkan badannya.

"Eh, kok di lepasin sih teman gue. Sadis lo yah" pekik Dewi langsung membantu temannya berdiri.

Sedangkan Erik, ia melirik sekitarnya dengan perasaan salah tingkah. Lalu tanpa bicara ia langsung pergi dari sana. Langkah panjang Erik membawa dirinya memasuki kelas kembali. Ternyata suasana kelas sangat hening dan semua murid duduk di tempatnya masing-masing. Awalnya Erik sedikit bingung, tapi ia memilih tetap melangkah menuju kursinya. Hingga suara berat menghentikan langkahnya.

"Kamu tidak menganggap saya yang duduk disini, Erik?" suara itu sontak membuat Erik berpaling dan matanya membola sempurna. Pak Helmi, guru bahasa Inggris telah duduk di tempat guru. Mungkin karena Erik terlalu gugup atas kejadian tadi, hingga ia kurang fokus pada keadaan.

"Eh, maaf Pak Helmi. Saya kurang fokus tadi" ucap Erik menunduk.

"Mikiran apa kamu jadi kurang fokus? Dan kenapa kamu baru kembali ke kelas? Kata Rifky kamu ke toilet saat pelajaran matematika, sedangkan jam saya sudah berlangsung 15 menit. Kenapa baru datang?" tegas Pak Helmi dengan nada sedikit ketus. Beliau memang terkenal tegas dengan anak murid bahkan dengan guru lain sekalipun.

"Maaf, Pak" hanya itu kata yang mampu di lontarkan Erik kembali.

"Saya tidak bisa menerima murid yang terlambat masuk di kelas saya. Kamu bisa ambil buku latihan dan buku paket kamu. Kerjakan 50 soal sampai waktu istirahat tiba" ucap Pak Helmi menyudahi. Erik mengangguk lalu berjalan mengambil bukunya.

Rifki curi-curi pandang ke Pak Helmi sebelum ia mengajak Erik bicara.

"Yang sabar ya, bro. Gue bantu doa deh sama Aldi" bisik Rifki di barengi anggukan Aldi di sampingnya. Sedangkan Erik hanya mengangguk malas lalu berjalan menuju arah pintu berada.

Helaan napas Erik begitu sampai di pinggir lapangan tempat yang tadi ia duduk bersama haris. Erik membuka buku paket bahasa Inggris itu malas, lalu mencatat tada buku latihannya.

Selang beberapa menit membuat Erik merasa pegal. Menjadikan kursi sebagai meja dan tempat duduk, membuat bahunya tidak nyaman.

"Huh, ini semua gara-gara cewek kerdil itu. Kenapa pakai jatuh pas gue di bawahnya sih" gerutu Erik. Ia tak menyadari kalau ada seseorang yang menghampirinya.

"Siapa maksud lo cewek kerdil?" suara sedikit cempreng itu membuat Erik tersentak lalu berbalik. Tampak cewek yang ia tolong tadi berkacak pinggang menatapnya tajam.

"Kenapa lo kesini? Mau ucapin terimakasih? Gak perlu" ucap Erik sinis.

"Tadinya sih iya, tapi gak jadi. Gak nyangka aja cowok yang tolongin gue tadi judes kek lo"

"Kalo gak jadi, udah sana! Kenapa masih disini?" usir Erik. "Gara-gara lo gue jadi di hukum sama Pak Helmi. Lagian jatuh gak elit banget di pangkuan gue"

"Eh, judes! Lagian siapa yang mau jatuh di pangkuan, lo? Gue juga gak sudi tuh, kalau tahu yang sambut gue cowok modelan kayak lo" omel Abel.

"Ya udah sana! Jangan ganggu hidup gue lagi" cerca Erik lalu kembali fokus pada bukunya.

Abel mencebik kecil. Cokelat yang tadi ia simpan di sakunya, ia patah dan melempar tepat di kepala Erik. Dengan kaki yang di hentakkan, Abel pergi meninggalkan Erik yang entah mengumpat apa.

Abel merengut memasuki kelasnya kembali. Ia langsung duduk di sebelah Dewi yang lagi maskeran.

"Kenapa lo, Bel? Kapok gak deketin Erik?" tanya Dewi santai sambil merapikan maskernya. Guru lagi tak ada di kelas, jadi kelas free.

"Songong banget ya tuh, Erik. Judes banget, belum juga gue ngomong. Nyesel gue mau kasih cokelat dan ngucapin terimakasih" cerocos Abel.

"Kan sudah gue bilangin sama lo. Si Erik itu orangnya jutek banget. Tsundere banget deh. Tapi gue dengar dari sohibnya, Rifki dan Aldi. Dia orangnya baik kok"

"Ya tapi gak judes juga sama gue. Terus pake ngatain gue anak kerdil lagi"

"Ahahahah...emang Erik kalo ngomong suka pas gitu" gelak Dewi melupakan maskernya yang tertata rapi.

"Diam lo! Gue lagi kesel nih. Orang kayak gitu pasti gak akan laku. Mana ada yang mau pacaran sama cowok judes kayak dia"

"Bukan dia gak laku, tapi gak ada yang tahan sama dia. Katanya sih Erik itu gak memberi mereka kepastian apapun. Tsundere mana bisa ngomong cinta sih"

"Gue bisa kok. Buktinya aja si Rangga ketua Osis di sekolah gue yang dulu. Dia itu terkenal Tsundere banget. Dan gue dengan mudah membuat dia ucapin kata cinta ke gue" ujar Abel dengan bangganya.

"Seriusan lo? Yakin bisa luluhin Erik? Gue mah gak percaya ya" cibir Dewi membuat Abel mencebik.

"Bisa lah. Gimana kalau kita taruhan. Gue bakal jadi budak lo selama sebulan kalau gue gagal dapat kata cinta dari Erik dan jika gue berhasil, traktir gue selama sebulan di kantin. Gimana? Berani gak" tantang Abel mengulurkan tangannya.

"Oke deal" ucap Dewi berjabatangan dengan Dewi. Ia sudah dapat menebak, tak ada yang sanggup membuat Erik mengatakan kata cinta.

----------

Pulang sekolah Erik, Rifki, dan Aldi segera menuju toilet untuk berganti baju. Mereka akan melatih anggota baru yang mengikuti eskul basket. Salah satunya adalah Abel Sheila Puri. Gadis mungil itu mendapatkan tips mendekati Erik dari Dewi. Katanya Erik adalah kapten basket yang akan melatih tim basket putri yang baru di buat dua minggu yang lalu.

"Erik, lo yakin mau melatih tim basket putri lagi?" tanya Rifki yang duduk di dekat wastafel sambil memasang kaus kakinya.

"Kenapa emang?" tanya Erik merapikan rambutnya.

"Masalahnya para gadis pasti oleng lihat lo di hadapan mereka. Bukannya latihan malah ngehalu" celetuk Aldi.

"Iya, Rik. Sudah dua minggu loh, skill mereka gitu-gitu aja" sahut Rifki.

"Ya cewek emang gitu 'kan. Harus sabar lah gue. Nanti kalau mereka terbiasa melihat kegantengan gue juga gak oleng lagi" sahut Erik santai.

"Eh, ngemeng-ngemeng anak kelas IPS yang murid baru itu juga daftar tim basket kita loh. Asik kuy, gak sabar lihat Dedek mungil" ujar Rifki girang.

"Iya benar, Rif. Kalo gak salah namanya Abel. Sumpah, cantik banget waktu gue lihat dia di instagram" kata Aldi menambahkan.

"Abel? Kayak pernah dengar tuh nama" gumam Erik berpikir keras.









-Bersambung-

TSUNDERE [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ