Gudang

70 11 16
                                    

Abel berjalan keluar dari kelasnya, tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengenai punggungnya. Abel menoleh, ia menjumpai segumpal kertas tepat di bawah kakinya. Abel menduga benda ringan itu yang barusan mengenainya. Abel mengambil gumpalan kertas itu lantas membukanya.

Temui gue di gudang. Kalau lo gak datang, siap-siap bakal gue ganggu setiap hari.

Abel mengernyitkan keningnya. Isi surat itu jelas tertuju padanya. Tidak mungkin kertas itu mengenainya kalau memang bukan di lempar secara sengaja.

"Gue temuin gak ya? Tapi gimana itu cowok? Terus gue jadi korban pelecehan usia dini. Hih, gak deh. Tapi gue gak mau di ganggu tiap hari" Abel bimbang. Ia berjalan mondar-mandir mempertimbangkan permintaan sura itu.

"Oke. Bismillah. Gue harus temuin nih orang. Orang baik selalu dalam perlindungan Sang Pencipta!" ucap Abel mantap lalu berjalan menuju gudang.

Abel berjalan pelan saat ia hampir menyentuh pintu gudang. Pintu gudang perlahan Abel buka. Abel menengok ke dalam gudang sambil menelisik.

"Gak ada orang" gumam Abel bingung. Tiba-tiba saja ada yang mendorong tubuhnya hingga Abel masuk secara paksa dalam gudang. Abel terjerembab secara tidak elit di lantai gudang yang kotor.

"Awwws" ringis Abel.

"Gimana? Sakit gak?" suara itu sontak membuat Abel menoleh ke belakangnya, tepat di depan pintu gudang yang telah tertutup rapat.

"Siapa lo? Kenapa lo juga ada disini? Apa jangan-jangan elo yang lemparin kertas itu ke gue?"Abel berdiri membersihkan roknya. Ia menatap tajam cewek berambut sebahu di hadapannya. Di samping kirinya ada cewek berambut blonde dan sebelah kanan cewek tomboy dengan mengikat rambutnya menjadi satu.

"Gue Salsa. Siswi terpopuler di sekolah ini. Masa lo gak tau? Segitu kurang update kah lo jadi gak kenal gue?"

"Bukan gue kurang update. Cuma lo aja gak gak penting buat di cari tau. Minggir, gue mau keluar" sarkas Abel seraya ingin melewati ketiganya. Tetapi langsung di cegah oleh Salsa.

"Dengerin gue dulu dong, pendek. Gue cuma mau ngingetin kalau Erik itu incaran gue dari dulu. Jadi jangan sok kecakepan PDKT sama Erik. Karena yang berhak atas itu hanya gue. Ngerti lo!"

"Emang lo siapanya Erik bisa larang gue? Bukan pacarnya 'kan? Jadi gak usah ngarep. Minggir lo" sahut Abel dengan ketus, Salsa geram di buatnya.

"Sinta, lo beresin nih curut" ucap Salsa kesal.

Sinta langsung mendorong Abel hingga tubuh mungil itu kembali jatuh di lantai. Rahang mungil Abel gemeletuk saking kesalnya.

"Lo pikir gue takut?" Abel tersenyum menyeringai.

Sedangakan tak jauh dari gudang, Erik sedang membawa dua bola basket yang kempis. Ia berniat untuk menaruhnya di dalam gudang. Erik menajamkan pendengarannya begiitu sampai di depan gudang. Ia mendengar suara rusuu disana. Tanpa pikir panjang, Erik membuka pintu gudang. Tampaklah pemandangan dua orang cewek sedang melakukan aksi jambak-menjambak.

"Lo pikir gue takut? Kagak! Cewek setengah laki" ucap Abel lantang sambil memperkuat jambakan rambutnya pada Sinta. Begitupun Sinta yang turut menjambak rambut panjang Abel. Sedangkan Salsa dan Sinta hanya menonton dengan takut. Secara rambut mereka di salon setiap hari.

Erik maju melerai keduanya. Salsa teekejut begitu menyadari kedatangan Erik. Sontak Salsa meraih tangan Flow dan membawanya pergi dari gudang. Menyisakan Abel, Sinta, dan Erik.

"Bisa gak kalian berantem gak di lingkungan sekolah?" bentak Erik membuat keduanya terdiam.

"Dia duluan, Batu. Gue mah di suruh tadi kesini lewat surat kaleng" ujar Abel mengadu.

"Gue gak tanya" ketus Erik membuat Abel mencebik kesal.

"Makanya jadi cewek gak usah keganjenan!" ujar Sinta lalu pergi dari sana.

"Huuu...takut bilang ya!" cibir Abel. Rambut Abel benar-benar berantakan kesana-kemari. Di tambah ada luka kacar kecil di pipinya.

"Lo pasti kesini karena khawatir sama gue 'kan, Batu? Ngaku deh" goda Abel sambil terkikik.

Erik tak menyahut, ia meraih bola basket yang tadi ia lempar sembarang.

"Gue mau taruh basket bekas" ujar Erik lalu berjalan melewati Abel untuk menaruh basket dekat lemari.

"Iyain aja kek biat gue yang teraniaya ini senang"

Erik tak menyahut, ia berjalan keluar dari gudang. Abel mengejarnya lalu berjalan sejajar dengan Erik tanpa merapikan rambutnya yang berantakan.

***

Kevin berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa. Disana juga ada Wiwit yang sedang menghitung pendapatan Resto miliknya.

"Mah, ada punya kontak penjual kue bolu cokelat tempo lalu 'kan? Bagi dong, Kevin mau pesen buat teman-teman Kevin yang datang nanti malam" ujar Kevin dengan nada memohon.

"Ada kok. Kamu kenapa jadi mau pesan bolu Bu Bunga? Atau jangan-jangan kamu suka yang antar kuenya lagi" tebak Wiwit terkekeh kecil.

"Jangan kepo deh, Mah. Ayolah bagi nomor Hpnya"

"Nih, cari kontak Bu Bunga. Itu nama Ibu yang kemarin nganter kue" Wiwit menyerahkan ponselnya pada Kevin. Dengan semangat Kevin langsung menyambar ponsel itu. Ia mengirimkan pesan pada Ibu Abel untuk memesan kue.

"Beres deh, tinggal tunggu nanti sore. Ehehe"

***

Abel mengirimkan pesan di DM Instagram milik Erik. Sembari menunggu balasan, Abel mengubah posisinya menjadi telentang di atas kasur. Hampir 30 menit belum ada balasan, padahal akun Erik sedang aktif. Hingga suara notif yang masuk membuat Abel kembali tengkurap untuk memeriksa ponselnya.

Abel_Sheila_Puri

Mana nomor Hp lo? Sudah janji loh kasih ke gue kalau terima tantangan lo tadi di sekolah. Ingat ya, kalau bohong gue sebarin foto lo di seluruh akun sosial media gue. Malu lo!

Erik_ArlandoF

08536388****

Abel berbinar melihat balasan dari Erik. Cewek mungil itu meloncat-loncat kegirangan di atas kasur.

"Yeay! Dapat nomor Batu!"

"ABEL! KEMARI, NAK. MAMA MINTA TOLONG"

Suara teriakan Bunga, membuat Abel dengan segera melesat keluar dari kamarnya. Abel berjalan cepat menuju dapur. Tampak Mamanya sedang menyusun kue bolu dalam kotak.

"Iya, Ma"

"Mama minta tolong anterin pesanan pelanggan. Kamu masih ingat rumah Bu Wiwit 'kan? Mereka kembali memesan beberapa kotak kue bolu Mama"

"Oh, masih ingat kok. Mau diantar kapan? Sekarang?"

"Iya sekarang. Kamu siap-siap gih. Pakai jaket kamu, harinya mulai mendung"

"Iya, Mah" Abel kembali menuju kamarny untuk mengambil jaket dan kunci motor kesayangannya.

Abel mengendarai motornya menuju rumah pelanggan setia Mamanya. Hari ini pelanggannya itu memesan 5 kotak kue bolu buatan Bunga. Kurang lebih 20 mebit, Abel tiba di depan rumah Bu Wiwit. Satpam yang sudah mengenali Abel langsung membuka gerbang untuknya.

Abel berjalan menunu pintu utama. Saat itu juga Kevin membuka pintu. Semburat senyum manis Kevin menyapa kehadiran Abel.

"Kurir cantik sudah datang"










-Bersambung-






TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now