Misi Penyelamatan Erik

71 9 10
                                    

"Kalian ngapain?"

Sontak Abel dan Eriik menoleh ke arah Kevin, lalu menjauhkan diri satu sama lain. Keduanya benar-benar sama kikuknya.

"Gak ada" sahut Erik berusaha tetap tenang.

"Bel, kok kamu ada disini? Kapan datangnya?" tanya Kevin.

"A-aku lagi belajar bareng Erik, Kak. Baru aja datang tadi" sahut Abel berusaha menunjukkan senyumannya.

"Belajar bareng sama dia?" tunjuk Kevin pada Erik, ekspresinya sungguh meremehkan.

"Iya, Kak. Erik pinter loh pelajaran fisika. Makanya aku minta ajarin, soalnya gak bisa-bisa dari dulu" pungkas Abel. Kevin melirik Erik dengan tatapan sulit di artikan.

"Mending kita lanjut lagi deh. Jangan ngomong lagi" ujar Erik tiba-tiba. Jelas Kevin berdecih mendengar hal itu.

"Ya udah deh. Sampai sini kan ya tadi?" Abel menunjuk buku catatan. Kemudian di angguki oleh Erik. Kevin kemudian masuk kembali ke dalam rumah.

Kevin berkacak pinggang di ruang tengah, ia memikirkan bagaimana cara mengacaukan kegiatan belajar mereka. Sebuah ide cemerlang tiba-tiba saja muncul, Kevin merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang disana.

Halo, Om David. Om bisa kesini gak? Mamah tunggu tuh, sekarang ya Om.

Sudah hampir setengah jam Erik dan Abel belajar bersama. Terlihat Erik sudah mulai membuka diri dan lebih santai berbicara dengan Abel. Tiba-tiba saja suara yang amat familiar menyapa pendengaran Erik.

"Halo, Wiwit. Anakmu meneleponku untuk datang" ujar David.

"Gapapa. Ayo masuk, Kevin tadi pesan makanan di luar. Kita makan bareng" ujar Wiwit menyambut kedatangan David. David di persilakan masuk ke rumah.

Erik lantas berdiri, ia ingin segera memastikan apa dugaannya benar?. Abel yang bingung menghentikan pergerakan Erik.

"Mau kemana lo?"

"Lo tunggu disini aja. Jangan masuk dulu" sahut Erik, lalu melanjutkan langkahnya.

Ternyata benar, David dan Wiwit sedang bersama di ruang tengah. Ada Kevin juga yang menyeringai menatap kedatangan Erik.

"Keluar dari rumah gue" suara dingin dan datar milik Erik mempu membuat David dan Wiwit menoleh.

"Erik! Jangan mulai kamu, biarin Om David untuk kali ini. Lagian apa dia ganggu kamu? Enggak kan?" tegur Wiwit.

"Dia ganggu aku, Mah" sahut Erik mencoba menahan emosinya." Dan lo, cepat keluar dari rumah gue sekarang juga! Emang peringatan tempo lalu kurang? Mamah gue sudah punya suami, kalau lo lupa" ujar Erik sengit.

Di balik tirai, Abel memgintip kejadian itu. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi, namun Abel menduga kalau pria itu bukanlah Ayah Erik.

"Mas," Wiwit mengisyaratkan sesuatu dengan matanya yang menatap David. Kevin juga menangkap isyarat itu.

Dengan Kevin berjalan menjauh dari mereka. Oh tidak, lebih tepatnya Kevin berpura-pura pergi, padahal ia diam-diam mendekati Erik dari belakang.

"Kamu berani melawan saya, Erik? Baiklah, kali ini Om bakal ladenin kamu. Sini maju" ujar David tersenyum sinis.

Erik marah, ia bersiap melayangkan kepalan tangannya ke wajah David. Tapi sebelum itu terjadi, seseorang membekap mulutnya dengan saputangan. Erik meronta keras, namun akhirnya ia pingsan juga.

"Ahaha, huu. Sok jagoan sih, gini aja sudah pingsan" cibir Kevin.

"Cepat bawa dia ke gudang, Mamah benar-benar malas kalau harus berdebat dengan dia tiap hari" ujar Wiwit memerintah.

Akhirnya David dan Kevin mengangkut tubuh Erik menuju gudang. Kevin melupakan keberadaan Abel yang tengah mengintip seluruh kejadian itu. Abel gemetar, ia lekas memberekan buku-bukunya yang ada di meja.

"Gue harus bisa selamatin Erik. Tapi sebelum itu gue harus pergi supaya mereka tidak menyangka kalau gue tahu semuanya. Iya" monolog Abel lalu keluar dari rumah itu secara diam-diam.

Abel mendorong motornya keluar dari halaman rumah Erik. Ia tak mau bunyi motornya terdengar oleh penghuni rumah. Abel mendorongnya hingga cukup jauh dari rumah Erik.

"Huuhh...gue harus selamatin Erik nih. Tapi gak bisa kalau siang begini. Pasti ketahuanlah. Duh, gimana ya? Pikir dong, Abel" monolognya gelisah.

"Apa nanti malam aja ya gue balik kesini?" akhirnya Abel memutuskan malam akan kembali. Ia menunggang motornya dan pergi dari sana.

Disisi lain, David dan Kevin menghempaskan tubuh Erik di lantai gudang yang kotor. Kevin mematikan lampu sebelum keluar dari sana. Bahkan mereka mengembok pintu gudang tersebut.

"Selamat bobo sama para curut, Erik" ejek Kevin, lalu meninggalkan tempat itu.

***

Hari menjelang malam, Erik mulai tersadar dari pingsannya. Ia terkejut mendapati dirinya di ruangan gelap, sangat gelap. Dari kecil, Erik paling tak suka berada di kegelapan.

"Hah? Gue dimana sih? Aww..." Erik yang bangkit berdiri dengan spontan tersandung oleh sebuah kotak di dekat kakinya. Kondisi gudang yang gelap membuat ia tak bisa melihat apa yang ada di sekelilingnya.

"Sudah pasti ini gudang. Mereka kunci gue di gudang. Sial!"

Erik terus berjalan perlahan dengan tangan meraba udara. Dan lagi, kakinya tersandung oleh sesuatu yang keras, membuat ia tersungkur di barengi oleh beberapa benda yang jatuh tepat di atas tubuhnya. Sebuah aquarium kaca yang berukuran kecil jatuh tepat mengenai pelipis Erik.

"Aarrgh...ssttt" Erik merintih kesakitan, kepalanya berdenyut ketika di jatuhi oleh benda keras. Sesuatu yang meleleh perlahan dari pelipisnya. Itu darah.

"Ma, tolongin Erik" lirih Erik sebelum kesadarannya terenggut kembali.

Kevin yang asik menyesap kopinya, tiba-tiba teringat dengan Abel. Ia segera berlari menuju samping rumah. Hanya ada kesunyian yang disana.

"Kira-kira Abel sudah pulang belum ya, waktu kejadian tadi? Apa dia melihat semuanya?" pikir Kevin.

Abel menaruh motornya cukup jauh dari rumah Erik. Ia menyandarkan motornya di bawah pohon. Abel dengan pakaian serba hitam, siap untuk misi penyelamatannya.

"Bismillah. Semoga gak ketahuan. Semangat Abel, lo harus berani menyelamatkan pangeran Batu" ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

Abel sedikit berlari kecil menuju rumah Erik, ia mengendap takut terlihat oleh Satpam. Abel bersembunyi di balik tembok, ia mengintip Satpam sedang berjaga sambil menikmati makanannya. Abel meraih batu cukup besar, lalu melempar ke sisi kanan rumah Erik. Tentu sukses mengambil alih perhatian Satpam itu. Akhirnya Satpam yang perawakan tinggi dan besar itu berjalan keluar pagar untuk memeriksa bagian kanan. Bersamaan dengan itu, tubuh mungil Abel menyelinap masuk ke dalam halaman rumah Erik. Abel mengendap dengan kewaspadaan yang tinggi, Atensinya terfokus pada belakang rumah besar itu. Setelah memastikan aman, Abel melesat menuju belakang rumah.

Abel masih mengendap dengan hati-hati, ada sebuah pintu yang menghubungkan dengan rumah. Tapi pintu tersebut malah terkunci. Abel berjalan lagi menuju sebuah jendela. Abel menilik ke dalam lewat kaca jendela itu. Gelap, itulah yang di lihat Abel.

"Kayaknya ini gudang deh, pasti" gumam Abel lalu menguarkan sebuah obeng dari dalam saku jaketnya. Abel menyeringai.



.


-Bersambung-


TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now