Rahasia Sikap Tsundere

70 8 9
                                    

Abel membuka pintu ruangan Erik. Ternyata disana ada seorang pria paruh baya. Perlahan, Abel masuk ke dalam dan menutup pintu dengan rapat.

"Permisi" ujar Abel, di tangannya ada kotak bekal berwarna merah muda.

Pria itu menoleh, lalu tersenyum pada Abel. Dia ternyata Papah Erik.

"Silakan masuk, Nak" ujar Ardan.

"Makasih, Om" ujar Abel lalu berdiri di samping ranjang Erik.

"Kerdil, kenalin ini Papah gue" ujar Erik buka suara.

"Eh, namanya Kerdil?" tanya Ardan bingung.

"Bukan Om. Nama saya Abel. Kerdil itu panggilan sayang Erik ke Abel. Katanya itu lebih imut. Ehehe" sahut Abel cengengesan.

"Bohong dia, Pah" sahut Erik merengut.

"Ahahah. Kalian ini, lucu banget. Udahlah, santai aja sama Papah. Lagian, kalian cocok kok" Ardan terkekeh puas.

"Cocok dari mana coba" sahut Erik.

"Oh iya, Batu. Ini gue masakin bubur buat lo. Makan ya" ujar Abel.

"Nah, Batu panggilan sayang kamu ke Erik?" tanya Ardan.

"Ehehe. Iya Om. Soalnya dia datar, keras kepala, dan gengsian. Pas banget kalau ibarat batu" sahut Abel tanpa beban.

"Apaan sih lo, ngaco. Gue udah ada makanan rumah sakit, punya lo gue gak mau" sahut Erik.

"Jangan bohong kamu, Rik. Tadi katanya masakan rumah sakit gak enak, terus suruh Papah beli di luar. Nih Abel sudah bawain, kamu makan dong. Gak baik tolak niat baik orang. Apalagi Abel yang udah tolongin kamu kemarin. Dia ini cewek baik banget" tutur Ardan, membuat Abel tersipu.

"Ya udah, taruh ada di meja. Nanti gue makan. Lo ke sekolah aja sana, sudah jam 7 juga" sahut Erik tanpa menatap Abel.

"Di usir nih?" tanya Abel cemberut.

"Bukan begitu, Bel. Maksud Erik itu, dia gak mau kamu telat masuk ke sekolah. Nanti kamu di hukum, Erik khawatir" ujar Ardan menterjemahkan maksud anaknya.

"Apaan sih, Pah. Gak ada" elak Erik.

"Beneran gitu Om?" tanya Abel senang.

"Iya. Kamu kalau sudah kenal Erik lama, pasti bakal paham. Anak Om ini punya sikap tsundere yang udah akut banget. Tapi kalau kamu mencoba berpikir positif, itulah maksud perkataan dan sikapnya yang sesungguhnya" jelas Ardan membuka rahasia sikap anaknya.

"Gitu ya. Ehehe, berarti selama ini emang Erik itu perhatian. Udah deh, Abel pergi ke sekolah aja. Nanti telat, Erik khawatir lagi" goda Abel.

"Dih, jangan geer"

"Hati-hati di jalan" ujar Ardan.

"Iya, Om" Abel keluar dari ruangan Erik.

Ardan meraih kotak bekal dari Abel, ia membuka untuk melihat isinya. Sebuah senyum terukir di bibir Ardan.

"Wahh, dia masak bubur khusus buat kamu loh pagi-pagi. Dari baunya aja terlihat enak loh, Rik" ujar Ardan.

"Gak yakin tuh cewek bisa masak" sahut Erik cuek.

"Ck, kamu tuh masih aja gengsi. Ini Papahmu, tahu semua tentang kepribadian kamu. Jadi gak usah ada yang kamu tutupin, jangan pura-pura gak suka" ujar Ardan.

"Emang Erik gak suka dia" sahut Erik mengelak.

"Siapa bilang kamu suka dia? Yang Papah maksud itu adalah bubur ini. Hayo, kenapa kamu mikirnya kesitu" goda Ardan membuat Erik salah tingkah.

TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now