Ketika Erik Main Basket

75 9 9
                                    

Kini Abel duduk di sofa rumah Bu Wiwit sementara Kevin mengambil uang di kamar. Tak lama Kevin muncul dan Abel langsung berdiri.

"Nih uangnya. Makasih ya sudah mau nganterin kuenya" ucap Kevin seraya menyerahkan beberapa lembar uang.

"Sama-sama, Kak. Umm...aku boleh numpang ke toilet gak, Kak? Kebelet pipis" ucap Abel sambil menahan sesuatu.

"Oh, silakan. Tuh di sebelah sana ada kamar mandi"

Abel langsung berjalan cepat menuju toilet. Sedari tadi di jalan menuju rumah Bu Wiwit pun ia menahannya. Abel meraih ganggang pintu toilet, tak bisa di buka.

"Kok gak bisa? Ada orangnya kah di dalam" gumam Abel dengan kaki berjingkit menahan hasrat buang air kecilnya.

Tiba-tiba knop pintu toilet terputar, Abel membulatkan matanya melihat siapa yang hendak keluar dari sana. Begitupun seseorang yang ada dalam toilet itu.

"Batu?"

"Kerdil?"

"Ngapain lo di rumah gue? Nguntit lo?" ketus Erik.

"Dih, nggak kayak gitu juga gue. Lagian mana tahu gue sama rumah lo"

"Terus kenapa lo jadi ada disini?"

"Gue pesan kue dari Ibunya dia" sahut Kevin yang tiba-tiba datang.

"Tuh dengerin! Minggir ah, gue kebelet" Abel menarik tangan Erik agar keluar dari toilet. Dengan cepat Abel menggantikan posisi Erik lalu menutup pintu rapat.

"Lo kenal sama Abel?" tanya Kevin dengan nada sinis.

"Satu sekolah" sahut Erik malas dan hendak pergi.

"Bukan cewek inceran lo 'kan?"

"Bukanlah. Ngapain" sahut Erik ketus.

"Bagus deh. Gue bakal maju berjuang. Selamat satu sekolah dengan gue besok lusa. Karena gue bakal pindah kesana" ujar Kevin menyeringai lalu meninggalkan Erik yang terdiam di tempat.

Lo kenapa gelisah, Rik? Ingat, lo gelisah hanya karena gak mau satu sekolah dengan Kevin. Bukan karena cewek kerdil itu.

***

Erik, Rifky, dan Aldi baru saja turun ke lapangan mengenakan baju olahraga. Pak Herman izin mendampingi klub futsal yang sedang melaksanakan pertandingan. Jadi seluruh murid kelas XI IPA bebas jam pelajaran olahraga. Haris berjalan menuju arah lapangan membawa bola basket.

"Lo gak ada kelas, Ris?" tanya Erik.

"Gak ada. Bu Selfi lagi cuti, jadi cuma di suruh catat doang. Males gue" sahut Haris.

"Kuy main. Mumpung kita lari free nih. Bisa main puas 2 jam" ujar Rifky senang.

Tim basket inti melawan tim XII IPS yang kebetulan juga jam olahraga. Sebelum pertandingan itu di mulai, para siswi sudah berjejer di pinggiran lapangan untuk menonton. Termasuk Salsa, Flow, dan Sinta. Mereka bertiga rela bolos jam pelajaran.

"ERIK! SEMANGAT" teriak Salsa girang.

"ERIK! ERIK! ERIK!" seru Flow dan Sinta serempak.

"Yang kenceng dong, girls" keluh Salsa. "ERIK! ERIK!"

Pertandingan di mulai, Tim Erik melawan Tim Bagas. Dimana Bagas adalah mantan kapten basket tahun lalu. Mereka berdua memilik aura yang sama. Kemampuan bermain basket mereka tidak di ragukan lagi. Para siswi bersorak menyaksikan skor pertama untuk Tim Erik.

TSUNDERE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang