Kerdil dan Batu

125 8 5
                                    

Abel duduk dengan anggun di kursi menunggu gilirannya untuk tambil di karpet merah yang memanjang itu. Dari sisi karpet merah tersebut ada para penonton dan beberapa fotografer yang bertugas memotret para peserta. Abel cukup gelisah ketika Harto belum juga muncul, padahal gilirannya sebentar lagi.

"Bel, mana pasangan kamu? Setelah ini giliran kamu loh yang tampil" tanya Bu Lastri, wali kelas Abel.

"Gak tau juga, Bu. Tadi di kelas sudah siap dianya. Eh sekarang gak ada, gimana dong, Bu? Masa saya sendiri sih jalan di karpet itu. Malu ah" sahut Abel cemberut.

"Astaga, kalian kenapa gak dicari dari tadi" gerutu Bu Lastri pada dua orang yang merapikan rambut Abel yang sedikit tak rapi.

"Saya sudah cari, Bu. Masalahnya Harto gak ada di kelas, kantin, ataupun toilet. Gak tau deh hilang kemana" ujar cewek berambut bergelombang.

"Terus gimana dong? Sebentar lagi--"

"Selanjutnya, pasangan Abel dan Hartono di persilakan" seru MC dengan lantang. Membuat Abel semakin panik.

"Bu, gimana dong? Saya gak mau jomblo" rengek Abel risau.

"Sama gue aja" suara berat itu membuat Abel maupun Bu Lastri menoleh. Abel mengangga lebar ketika mengetahui Erik yang mengajaknya tadi.

"Erik, emang kamu gak ada Kartini ya? Bukannya kamu sama Desi?" tanya Bu Lastri.

"Desi menghilang, Bu. Setelah Abel juga giliran kelas saya. Jadi gak masalah kalau kita jadi pasangan. Ibu ngomong aja ke panitia langsung" sahut Erik, membuat Abel senyum-senyum sendiri.

"Oke, Ibu langsung laporan. Kalian berdua sana cepetan tampil" ucap Bu Lastri, lalu bergegas menghampiri panitia.

Erik menatap Abel yang tampak malu. Lalu  memberikan lengannya agar Abel mengaitkan tangan mungilnya disana.

"Ayo" ucapnya Erik singkat.

"Iya, Rik" sahut Abel, lalu mengaitkan tangannya ke lengan Erik.

Semua mata terpana, sekaligus bingung dengan pasangan dua kelas berbeda ini. Tapi MC segera memberitahu dan semua bersorak melihat keserasian mereka. Rifky dan Aldi datang, mereka memotret banyak-banyak dari berbagai sisi. Abel tersenyum bahagia, bahkan Erik si wajah datar dapat tersenyum dengan menawan.

"What! Gimana bisa cewek pendek itu bersanding sama Erik!" Salsa syok ketika melihat pasangan itu melenggang di karpet merah.

"Waw, cepet juga tuh cewek taklukin Erik. Lah elo, dari sekian lama bahkan gak bisa dapetin nomer WAnya. Memalukan" cibir Flow, lalu berlalu pergi.

"Eh, Flow, sinting lo ya!" ketus Salsa sambil berusaha mengejar Flow yang pergi menjauh. Sampai Salsa mampu meraih punggung Flow dan membalikkan badannya menghadap dirinya.

"Apaan sih. Udah deh, lo itu gak guna. Bikin malu gue. Katanya cewek paling populer, tapi ditolak terus sama Erik. Malu-maluin tau gak!" maki Flow.

"Kok lo kaya gini sih. Sadar Flow, gue teman lo"

"Gue gak level temanan sama cewek gagal kek lo. Mending sama Abel yang sederhana, tapi dia berkualitas mampu menarik perhatian Erik" sahut Flow judes, lalu pergi meninggalkan Salsa yang tampak kecewa. Salsa menoleh pada Sinta di sampinganya. "Lo juga mau tinggalin gue?" tanya Salsa cemas.

"Menurut lo? Lo cuma jadiin gue tameng kalau lagi berantem sama orang. Gue ikut Flow" sahut Sinta, lalu pergi meninggalkan Salsa yang sekuaf tenaga menahan emosinya.


***

Erik dan Abel dinobatkan menjadi pemenang peragaan Kartini dan Kartono di sekolahnya. Teman-teman mereka bersorak senang. Erik dan Abel berdiri di depan semua orang dengan senyuman yang bangga.

TSUNDERE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang