Demi Nomor HP

82 12 15
                                    

Abel masih kekuh ingin mendapatkan nomor ponsel Erik. Bahkan ia mengikuti Erik masuk ke dalam kelas. Mengabaikan atensi penghuni kelas yang menatap aneh dirinya. Abel duduk di samping bangku Erik yang kebetulan tidak ada orangnya.

"Bisa gak usah ganggu gue gak?" tanya Erik mendelik.

"Gak bisa. Ayolah nomor Hp dulu. Nanti gue bakal keluar deh kalau sudah di kasih. Yah, please ! Batu ganteng" Abel menangkup kedua tangannya di depan wajahnya.

"Gak akan" sahut Erik acuh sambil mengeluarkan buku pelajaran dalam tasnya.

"Gini deh, gue bakal lakuin apa aja yang lo suruh. Asalkan lo kasih gue nomor Hp lo. Gimana?" Abel mencoba bernegoisasi dengan Erik.

Erik menyandarkan punggungnya di kursi. Ia menatap Abel dengan wajah datarnya, sedangkan Abel senantiasa menunjukkan senyuman pepsodent miliknya.

"Lo jangan keluar sampai Pak Helmi datang"

Seketika senyuman Abel pudar. Bukan apa, ucapan Erik barusan benar-benar hal nekat yang harus ia lakukan. Tampak Abel gundah sesaat, namun tekad di hatinya untuk PDKT dengan Erik benar-benar sudah mantap.

"Oke. Gue setuju. Asal setelah itu lo harus bagi nomot Hp lo. Awas aja kalau ingkar janji. Gue bakal pajang muka lo di akun sosial media sampai viral"

Beberapa menit kemudian kelas sudah penuh dengan murid kelas Xl IPA - 1. Bahkan pemilik bangku yang di duduki Abel sudah datang. Abel pun memilih berdiri di samping Erik tanpa memperdikan ocehan dan pandangan orang lain.

"Hai, Mungil. Kamu kenapa berdiri disitu? Sebentar lagi Bapak Beruang akan masuk" sapa Rifky.

"Balik gih ke kelas. Soal nomot Hp Erik, nanti Aa Aldi kasih deh" ujar Aldi menambahkan. Mereka duduk di belakang Erik sejajar ke belakang.

"Diam deh, Di. Biarin Kerdil ini keras kepala" tegur Erik. Abel hanya berdecih sewot.

Pak Helmi memasuki kelas. Semua murid berdiri memberikan ucapan salam. Hingga saat Pak Helmi ingin duduk di kursinya, tampak Abel mencuri atensinya.

"Kamu! Kenapa kamu disini? Kamu Abel murid kelas Xl IPA - 2 'kan?"

"Ehehe. Benar, Pak. Saya Abel Sheila Puri" sahut Abel menunjukkan cengirannya.

"Mau apa kamu disini? Salah kelas?" tanya Pak Helmi dengan raut seriusnya.

"Enggak kok, Pak. Cuma pengin aja. Ehehe" sungguh, Abel bingung harus menyahut apa. Sedangkan Erik tampak raut wajah sedikit khawatir.

"Kamu mau membolos? Kenapa gak masuk kelas kamu?"

"A...anu, Pak. Apa yah"

"Baru pindah sekolah disini aja kamu sudah berani bertingkah. Dimana sikap siswi teladan kamu?" tegas Pak Helmi, Abel menunduk sambil cemberut." Sekarang kamu pergi ke lapangan. Hormat di depan bendera sampai jam mengajar saya selesai"

"Yah, 2 jam dong, Pak? Sebentar aja dong, yah! Jangan lama-lama, Pak" ucap Abel memohon.

"Kerjakan sekarang Abel! Cepat!"

Setelah berdecih sebal, Abel berjalan keluar kelas dengan bibir manyun. Cewek mungil itu berjalan menghentakkan kaki menuju tiang bendere.

"Gara-gara si Batu nih, gue kena hukuman 'kan. Mana cuaca lumayan panas gini lagi. Tersakiti deh kulit putih gue" dumel Abel lalu berdiri di depan tiang bendera.

"Nih kalau gue pingsan bakal kayak di tipi-tipi gak ya?. Si cowok yang gue suka datang terus angkat gue ke UKS. Asik euy!" cengir Abel membayangkan membuatnya merasa geli.

Sedangkan Erik, ia tampak gelisah sepanjang jam pelajaran di mulai. Pikirannya masih terdominasi oleh Abel  yang di hukum karena ulahnya. Akhirnya dengan segala pertimbagan, Erik mengangkat tangannya. Pak Helmi menoleh lalu menunjuk Erik.

"Iya, kamu Erik. Ada yang ingin ditanyakan?"

"Bukan, Pak. Saya mau izin ke toilet" ujar Erik membuat alasan.

"Oh, silakan"

Erik bernapas lega, ia melangkahkan kakinya menuju arah pintu dan keluar dari sana.

"Aldi, lo mencium bau-bau kekhawatiran gak sih dari si Erik?" bisik  Rifky pada Aldi yang ada di belakangnya. Aldi memajukan wajahnya untuk membalas ucapan Rifky.

"Ho'oh. Gue cuma cium tuh bau. Ehehe, kawan kita sudah mulai terhanyut deh, Rif"

Erik berjalan di koridor sekolah sambil memperhatikan Abel yang masih setia berdiri di depan tiang bendera. Cuaca pagi mulai panas, walau tidak menyengat seperti siang hari, tetap saja mambuat Abel berkeringat gerah.

Tuh cewek kerdil oke aja 'kan.

Abel merasakan sesuatu, ia merasa ada yang memperhatikannya. Lantas Abel berpaling ke arah belakang, tampak Erik berjalan pelan di koridor sambil memperhatikan dirinya. Tapi dengan cepat arah pandang Erik beralih ketika menyadari Abel melihatnya.

Eh, itu 'kan si Batu. Ngapain dia perhatikan gue gitu banget?. Apa jangan-jangan dia khawatir sama gue kalau gue sampai kenapa-kenapa. Oke fix, gue mau jalanin misi ftv dulu. Pura-pura pingsan oke nih.

Bruk

Tubuh mungil Abel tergeletak di bawah tiang bendera. Erik yang mendengar suara rubuhnya Abel, lantas menatap terkejut Abel yang tidak sadarkan diri. Erik segera berlari ke lapangan menuju tempat dimana Abel pingsan. Tanpa membuang waktu, Erik mengangkat tubuh mungil Abel ke dalam pangkuannya. Erik bergegas membawa Abel menuju UKS.

Abel bersorak dalam hati. Semuanya berjalan sesuai dengan ekspektasinya. Bahkan adegan seperti di TV itu benar-benar ia rasakan.

Ehehe. Lumayan di gendong orang ganteng seantero. Pasti gue nih cewek pertama yang ada di gendongan nih cowok batu. Pasti.

Mereka sampai di UKS. Erik segera merebahkan tubuh Abel di kasur yang ada di ruangan itu. Tidak ada satupun yang menjaga UKS saat itu.

"Duh..nih cewek kerdil nyusahin banget sih!" keluh Erik frustasi. Ia bingung harus berbuat apa.

Bangsul. Gue sakit gini masih di hina cewek kerdil. Dasar batu betangkup!

Erik mencari minyak kayu putih di kotak P3K. Ia membalurkan sedikit di pelipis Abel, juga membaui minyak kayu putih tersebut di hidung Abel.

"Cewek kerdil! Cepetan bangun"

Tapi Abel masih mempertahankan aktingnya. Sebenarnya Abel juga merasa penat dan sedikit pusing. Akhirnya Abel memutuskan untuk tidur sejenak. Melupakan decakan khawatir dari Erik yang memintanya bangun.

"Ck, nih cewek pingsan apa mati suri sih"

Erik mengelurakan ponselnya. Ia mengirimkan pesan pada Aldi agar mengizinkan pada Pak Helmi kalau ia sedang berada di UKS karena sakit perut.

Kurang lebih 1 jam lebih berlalu, bahkan waktu istirahat terbuang percuma. Erik juga ikut tertidur dengan berbantalkan lengannya sendiri. Abel mulai membuka matanya. Ia terkejut mendapati Erik yang tertidur dengan damai.

"Eh cowok batu! Bangun woy!" seru Abel sambil menepuk-nepuk pundak Erik. Cowok itu terbangun, lantas memfokuskan pandangannya.

"Lo sudah bangun?"

"Menurut lo?"

Erik berdiri dari kursi. "Lain kali kalau mau berbuat sesuatu itu kudu mikir dulu. Jangan termakan oleh ambisi doang. Jadi gini 'kan hasilnya. Makanya jangan repotin orang. Jadi telat makan 'kan gue. Mana jam istirahat tinggal 5 menit" dumel Erik lalu berjalan menuju pintu UKS meninggalkan Abel yang masih cemberut di atas kasur.

"Emang tuh cowok tsundere banget. Tadi aja khawatir banget sama gue. Lah sudah gue bangun malah ngomel gak jelas" gerutu Abel, lalu turun dari kasur segera meninggalkan UKS.








-Bersambung-




TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now