Cowok Batu

132 11 2
                                    

Erik perlahan membuka matanya. Sayup-sayup ia melihat wajah seorang cewek begitu dekat dengan wajahnya. Saking dekatnya membuat Erik tersentak kaget ketika wajah itu benar-benar sangat tampak terlihat olehnya.

"Ngapain lo?" ketus Erik seraya bangun dari rebahannya.

"Gue khawatir sama lo, Batu. Lo udah tau sakit malah ngeyel gak mau di ajak ke UKS. Giliran udah pingsan, siapa yang repot?" omel Abel seraya mengambilkan segelas air putih.

"Yang nyuruh lo repot siapa?" ketusnya lagi.

"Diam lo, Batu. Nih minum, lo pasti dehidrasi deh karena kena sinar matahari yang menyilaukan tadi" Abel menyodorkan segelas air putih ke mulut Erik. Tapi Erik menempisnya.

"Gue gak haus!" sahut Erik lalu beranjak dari kasur.

"E-eh, mau kemana lo? Lo gak boleh main pergi gitu aja dong. Nanti pingsan lagi ERIK!" cerocosan Abel benar-benar dihiraukan oleh Erik. Pria itu lantas pergi dari UKS tanpa dosa.

"Dasar Batu! Gak tau terimakasih! Untung ada cewek kayak gue yang perhatian sama dia!" gerutu Abel turut meninggalkan UKS.

Erik berjalan menuju kantin, dari meja ujung Rifky melambaikan tangannya. Lantas Erik berjalan ke arah mereka.

"Udah segeran lo? Tadi kami mau jagain lo juga di UKS. Tapi malah di usir sama si mungil" celoteh Rifky.

"Cewek itu?"

"Iya, Rik. Si Abel, kayaknya dia suka deh sama lo. Kelihatan banget berusaha PDKT" sahut Aldi.

"Gue gak minat sama cewek model gituan. Rusuh sama petakilan banget orangnya" sahut Erik sambil menyeruput jus jeruk milik Rifky.

"Jangan asal ngomong lu, Rik. Ingat! Benci sama cinta itu bedanya tipis kayak selembar tisu. Boleh jadi elo nanti yang kejar dia" celoteh Rifky.

"Gak mau dan gak akan pernah. Udah ah, lo berdua ngomongin tuh cewek kerdil mulu. Bahas yang lain kek" ucap Erik di sambil cengiran penuh arti dari Aldi dan Rifky.

***

Abel berbaring di kasurnya dengan posisi tengkurap sambil mengakses internet di laptopnya.

"Susah juga ya dekatin tuh cowok batu. Kak Rangga aja gak se-akut itu loh tsunderenya. Mana orangnya ketus banget. Gak pandang gue apa yang imut dan menggemaskan" gerutu Abel.

"Tapi tuh cowok pasti ada kelemahannya. Gak mungkin dia gak lumer karena cinta. Berarti gue harus buat dia jatuh cinta. Iya, harus banget" Abel mengepal tangannya member semangat untuk dirinya.

Erik memasukkan mobilnya ke garasi. Saat hendak masuk ke dalam rumah, ia mendengar suara tak asing baginya. Lekas Erik masuk langsung menuju sumber suara. Di ruang tamu, tampak seorang pria paruh baya duduk bersama Wiwit. Juga ada Kevin yang tengah mengobrol bersama mereka berdua.

"Keluar dari rumah gue!" sarkas Erik menatap dingin pria yang duduk di samping Ibunya tersebut.

Wiwt geram, ia berdiri dari sofa.

"Erik! Jaga ucapan kamu. Kamu gak boleh usir tamu sembarangan. Dimana sopan santun kamu?" ketus Wiwit sengit.

"Pria ini yang gak sopan, Mah. Dia bertamu malam-malam di rumah perempuan yang sudah berkeluarga. Bahkan dengan gak tahu malu kalian bermesraan disini. Sementara Papah sendirian di Apartemen!"

"Cukup Erik! Kamu tuh cuma anak kecil yang gak tahu apa-apa tentang perasaan orang dewasa. Seharusnya kamu ngerti kenapa Papah kamu pergi dari rumah. Itu karena keegoisan Papah kamu sendiri!

Erik tak menyahut lagi. Melawan Wiwit berbicara itu tak akan ada akhirnya.

"Keluar dari rumah saya sekarang, Tuan David" ucap Erik dingin penuh penekaan.

Pria yang bernama David itu tersenyum  meremehkan. Dia berdiri dengan angkuh lalu mendekat ke arah Wiwit

"Aku pulang dulu, Sayang. Kita bertemu lagi besok" ujarnya seraya memeluk Wiwit.

Sontak saja Erik marah lalu menarik David dari Wiwit. Sebuah pukulan mendarat di wajah pria itu.

"Keluar lo!" teriak Erik.

"Erik!" teriak Wiwit marah.

David tersenyum sinis sambil mengusap darah di bibirnya.

"Dia masih kecil. Ini bukan apa-apa" ucap David lalu berlalu pergi.

"Erik! Kenapa kamu masih kayak gini, hah? Mamah sudah gak bisa lagi sama Papah kamu. Kamu gak bisa paksain hubungan kayak gini"

"Kalau begitu, cari tempat selingkuh yang jauh dari penglihatan Erik. Karena Erik gak akan pernah sudi melihat perselingkuhan Mamah dengan pria manapun!" ketus Erik lalu pergi menuju kamarnya.

Kevin yang sedari tadi santai menyaksikan drama yang sering terjadi itu, hanya tersenyum sinis lalu mendekati Wiwit.

"Tenang aja, Mah. Kita akan terbebas dari perilaku anak itu kalau sudah berhasil merebut semua aset milik Papah dari tangan dia" ucap Kevin tersenyum sambil memegangi pundak Wiwit.

"Kamu benar, Kevin. Mamah sudah gak tahan sama perilaku anak itu"

Usai perkara itu, mereka bertiga makan malam bersama. Kejadian seperti tadi memang bukan pertama kalinya terjadi. Semenjak Hendra dan Wiwit bertengkar, Hendra memutuskan tinggal di Apartemen untuk sementara waktu. Semenjak itu juga Wiwit berani membawa pria bernama David itu ke rumah. Erik tidak tahu menahu apa alasan yang membuat Ayahnya tidak mau menceraikan Wiwit. Padahal Wiwit hanyalah Ibu tiri Erik semenjak Ibu kandung Erik meninggal saat umur Erik masih 9 tahun.

"Erik, Mamah tahu kamu marah. Tapi kamu harus sadar diri juga. Kamu harus mengerti, kalau hubungan sudah tidak di landasi perasaan cinta itu hanyalah sebuah hal sia-sia. Mamah juga sebenarnya gak mau selingkuh saat masih berstatus jadi Istri Papah kamu, tapi itu salah Papahmu sendiri yang tidak mau menceraikan Mamah" ujar Wiwit di sela makan mereka. Erik mengunyah makanannya dengan emosi. Entah mengapa ia ingin marah, namun sulit membenci orang yang sudah ia anggap Ibu kandung sendiri.

"Pilihan Mamah cuma dua. Kembali sama Papah atau cerai sama Papah" sahut Erik datar. Erik menaruh garpu dan sendok cukup keras sebelum meninggalkan meja makan.

Wiwit menghela napas menahan geram di hatinya.

"Kenapa kita gak pakai cara praktis aja sih, Mah? Kita bisa bikin tuh orang lenyap dan dengan mudah semua jadi milik kita" ujar Kevin.

"Itu terlalu beresiko, Kevin. Kamu tahu sendiri 'kan kalau anak itu sangat cerdik dan hati-hati. Sudah berapa kali kita melakukan percobaan itu, tapi malah kita yang hampir tertangkap"

"Jadi hanya karena itu Mamah nyerah? Mah, sepandai-pandainya dia jaga diri, pasti bakal lengah juga. Kita harus bergerak cepat sebelum Nenek tahu masalah Mamah dan Papah. Kevin cuma takut Nenek mengambil alih perusahaan dari tangan Erik untuk di kelola" ucap Kevin mencoba menyakinkan Ibunya.

"Kamu benar, Kevin. Kita harus bertindak secepatnya. Tugas kamu buat dia lengah dengan masalah apapun. Dan sisanya Mamah yang akan susun rencananya" sahut Wiwit menyeringai.








-Bersambung-

TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now