Kartini dan Kartono

57 8 1
                                    

Erik hanya diam di dandani oleh kedua sahabatnya, Rifky dan Aldi. Erik sebenarnya tak berniat berpatisipasi, namun ketika mendengar nama Abel, ia akhirnya menyetujui bujuk rayu kedua sahabatnya itu. Erik mengenakan baju batik, celana hitam, dan kopiah hitam.

"Nah, sudah jadi" decak Rifky.

"Emang gue apaan sudah jadi," komentar Erik yang menatap datar cermin di depannya.

"Pokoknha gue yakin elu bakal menang. Nah sekarang, mending lu lekas ke aula aja langsung kumpul bersama konstestan lainnya. Biar gue sama Rifky yang urus rencana penculikan Kartini dan Kartono di kelas sebelah. Biar lo bersanding sama Yayang Kerdil kesayangannya" ujar Aldi tersenyum bangga.

"Gak usah banyak ngemeng, udah sana pergi!" sahut Erik, lalu beranjak dari duduknya hendak keluar kelas.

"Ciee yang gak sabar. Wkwkw, si Erik jadi cowok tsundere banget. Perkara bilang seneng di sandingkan sama Abel aja susah banget" celetuk Rifky.

"Itu tugas kita, Ky. Setelah ini, kita bakal buat Erik hapus kata tsundere dalam kamusnya. Biar tuh anak gak jomblo lagi dan tuh muka ada lekukannya. Gak datar terus kayak jalan tol"

"Gue dukung, Di. Let's go ke rencana selanjutnya" sahut Rifky.


Sekarang Rifky dan Aldi berada di depan kelas Abel sambil membawa sepucuk surat. Mereka menggunakan masker untuk menutup wajahnya.

"Di, gimana nih cara kasih suratnya? Apa langsung ke orangnya?" bisik Rifky pada Aldi yang ada di belakangnya.

"Jangan, dodol. Ntar ketahuan, kita tunggu si Cupu aja keluar. Noh, dia jalan ke arah sini" ucap Aldi sambil mengintip di jendela.

Siswa cupu itu keluar kelas, Rifky dengan sigap menahan tangannya. Sepucuk surat itu Aldi serahkan pada siswa itu yang masih melongo. Tanpa berkata apapun, mereka berdua pergi meninggalkan siswa itu.

"Surat buat Bubu ya ini. Tapi kok cowok kasih surat ke Bubu?" cengo siswa yang bernama Bubu itu. "Eh, ini buat Harto ternyata. Berarti dua orang tadi suruh kasihkan ke Harto, bukan buat Bubu" monolognya lalu masuk ke dalam kelas kembali.

Bubu mendekati Harto yang sudah siap dengan kostum Kartononya.

"Ha-Harto. Ini ada surat dari orang buat kamu" ucap Bubu menyerahkan amplop surat itu. Harto menatap amplop itu heran, lalu meraihnya.

"Buat gue? Dari siapa?" tanya Harto. Sedangkan Bubu hanya menggeleng. Harto berpikir sebentar sambil menatap Bubu curiga.

"Tadi lo dapat surat ini dari mana? Kayak apa orang yang ngasih?"

"Dua orang pakai masker wajah. Bubu gak kenal. Udah ya, Bubu mau makan dulu" ucap si Cupu itu berlalu. Harto segera membuka amplop surat itu. Harto berdecih melihat tulisan cacing di kertas itu.

Gudang-penting-urgent bet. Kalau enggak, lo bakal kena azab malam ini.

Harto mengeryit bingung, namun pada akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar kelas.

***

Sementara itu, Desi sudah cantik dengan pakaian khas Kartini. Ia tak henti-hentinya becermin, apalagi ia sangat senang bahwa Erik akan menjadi pasangannya.

Rifky dan Aldi masuk ke kelas. Mereka berdua mendekati Desi. Sebelumnya mereka berdua saling dorong untuk berbicara lebih dahulu, namun Desi menegurnya.

"Tinggal ngomong susah amat sih. Kalian mau apa?" tanya Desi tanpa mengalihkan pandangannya pada cermin.

"Ehehe. Gini Des, maaf banget nih ya. Sebenarnya kami mau menyampaikan sesuatu" ucap Rifky.

"Apaan? Jangan buat gue parno deh kalian" ujar Desi cemas.

"Si Erik kagak mau jadi Kartono. Dia malah kabur, katanya sih dia malu" ucap Aldi. Cowok di sampingnya mengangguk setuju.

"Kok gitu? Katanya dia bersedia tadi malam. Tadi gue juga lihat dia pake kostum kok"

"Ya maka dari itu gue dan Aldi juga bingung. Katanya dia nervous banget. Baru pertema kalinya dia jadi model kek gini" ujar Rifky." Ho'oh, padahalkan acaranya bentar lagi dimulai tuh" sambung Aldi yang diangguki oleh Rifky.

"Terus gimana dong? Masa gue gak ada pasangannya. Bujuk dia dong, ah" resah Desi. Membuat Aldi dan Rifky tertawa dalam hati.

"Kami udah capek bujuk dia. Mending lo samperin Erik deh. Dia ngumpet di gudang biar gak ada yang bisa nemuin dia. Kali aja kalau cewek cantik kayak lo yang bujuk, dia mau tuh" celoteh Aldi panjang lebar.

"Aldi bisa aja deh. Ya udah gue mau samperin Erik dulu. Semoga dia mau deh, gue gak mau jadi model jomblo" ucap Desi lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Semangat Desi" ujar Rifky.

"Alhamdulillah, akhirnya masalah selesai juga. Tinggal kita kunci mereka dalam gudang. Ehehe" ujar Aldi tersenyum menyeringai.

Disisi lain, Harto memasuki gudang sambil menelisik ruangan penuh barang tak terpakai itu. Harto terus masuk ke dalam untuk memastikan apa yang ada disana.

"Halo! Ada orang gak? Gue dapat surat di suruh kesini!" ucap Harto, namun tak ada jawaban apapun.

Suara derap kali terdengar oleh Harto, ia langsung bersembunyi di balik tumpukan meja dan kursi lusuh. Harto terus mengintip ke arah pintu. Tak lama muncul Desi dengan pakaian Kartininya.

Itukan Desi, ngapain dia kesini? Atau jangan-jangan dia lagi yang kirimin gue surat itu. Apa Desi mau ngomong sesuatu sama gue. Wahh, sesuai dugaan gue selama ini. Kalau Desi emang beneran suka sama gue dari dulu. Berarti cinta gue gak sepihak dong.

Desi menelisik ruangan itu, berjalan ke sudut ruangan untuk mencari seseorang yang menjadi tujuannya.

"Ekhem" derheman itu membuat Desi sontak berbalik dengan ceria." Erik?" ucapnya menghadap Harto.

"Kok Erik? Ini gue Harto" ucap Harto bingung.

"Kok elu sih yang ada disini. Erik mana? Lo yang umpetin kan?" tuduh Desi.

"Yaelah Des, pake ngeles segala. Bilang aja lo emang yang kasih gue surat buat datang kesini. Terus lo pake pura-pura gak tahu supaya kejadiannya kek alami gitu" celoteh Harto tersenyum.

"Heh, Hartono Julino! Jadi cowok jangan kegeeran. Gue kesini buat ketemu sama Erik. Dia gak mau jadi Kartono gue, makanya dia sembunyi disini" jelas Desi. Hartono terdiam sejenak, ia mencoba meresapi apa yang Desi katakan.

"Jadi, lo bukan yang ngirim surat ke gue?"

"Ya bukanlah. Kurang kerjaan banget surat-suratan. Kelas gue sama kelas lo itu sebelahan, gak usah lebay deh" cerocos Desi bersedekap.

"Tapi sejak gue masuk ke gudang ini, gak ada tuh Erik di dalam. Gue aja bingung saat gue masuk cuma sepi kayak gini. Eh, tiba-tiba lo masuk gitu aja"

"Jadi?...maksud lo kita kena tipu gitu?" tanya Desi menyakinkan.

"Ya...mungkin" sahut Harto ragu.

Brak

Harto dan Desi terkejut menoleh ke arah pintu. Mereka panik ketika ada yang mengunci mereka dari luar. Desi dan Harto berlari menuju pintu dan menggedor sekuat tenaga.

"Woy buka! Jangan pengecut lo!" teriak Harto.

"Heh dua cumi! Awas lo ya ngerjain gue! Gue bakal aduin ke BK!" teriak Desi.








-Bersambung-

TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now