Kedatangan Kevin

71 11 7
                                    

Sosok cowok dengan perawakan tinggi, kulit tan, dan rambut sedikit pirang, berjalan di koridor SMA Garuda bersama dengan wanita paruh baya cantik di sampingnya. Cowok itu tersenyum sok keren ketika para cewek menatap kagum dirinya. Berlawanan dari arah mereka berjalan, Erik bersama kedua temannya berjalan beriringan. Pandangan Erik bertemu dengan mata cowok itu. Sebuah seringaian kecil tampil dari bibir cowok itu.

"Halo Adek Erik. Kayaknya kita bakal ketemu setiap hari juga disini. Gak mau ucapin selamat datang gitu?" ucap cowok itu yang ternyata adalah Kevin.

"Ck, anggap aja lo gak kenal gua" sahut Erik datar, lalu berjalan melewati mereka diiringi oleh Rifky dan Aldi yang masih sempat mengolok Kevin dengan komuk mereka.

"Dasar batu hidup" umpat Kevin terkekeh sebentar.

"Ayo, Kevin. Mamah udah gak punya banyak waktu buat temani kamu ke kantor kepala sekolah" ajak Wiwit menarik tangan Kevin agar melanjutkan perjalanan mereka menuju kantor kepala sekolah.

Erik dan kedua temannya memasuki kantin. Terlihat kantin sudah ramai oleh para siswa dan siswi. Bahkan tidak ada lagi meja yang kosong untuk mereka.

"Yah, penuh deh. Gegera elo nih, Al. Kenapa juga pake modus ke cewek segala tadi. Jadi gak kebagian tempatkan kita" ujar Rify menyalahkan Aldi.

"Ya kenapa juga kalian pake tungguin gue tadi. Kan bisa duluan terus cari tempat duduk dulu" sahut Aldi tak mau kalah.

Dari meja ujung, Abel melihat sosok Erik yang tengah berdiri di ambang pintu kantin bersama kedua temannya.

"BATU! SINI!" panggil Abel sambil melambaikan tangannya. Dewi yang melihat kelakuan Abel hanya menghela pasrah.

"Eh, di panggil si Mungil tuh" celetuk Rifky mencolek tangan Erik.

"Disana juga ada kursi kosong. Pas ada tiga kursi kosong. Kesana ayok!" ujar Aldi seraya menarik tangan Erik dan Rifky.

Abel tersenyum senang kala Erik pasrah saja di tarik oleh Aldi menuju mejanya.

"Sini, Batu. Duduk di sebelah gue" ujar Abel membersihkan kursi kosong di sampingnya dengan tisu. Aldi langsung mendorong Erik agar duduk disana.

"Makasih loh sudah tawarin kita duduk.  Kalau enggak, mungkin kami makan berdiri" ucap Aldi cengengesan memandang Dewi.

"Gue mau pesan makanan nih, kalian mau titip?" tanya Rifky bangkit dari kursinya.

"Gue nasi pecel. Ayamnya dua, pahanya. Sama es teh manis jangan banyak gulanya" sahut Aldi.

"Nasi goreng" ucap Erik singkat.

"Oke deh. Pesanan di terima" Rifky segera berjalan menerobos kerumunan cewek yang lagi mengantri.

"AWAS KENA! AWAS KENA" seru Rifky sambil teru maju ke barisan paling depan.

Erik tampak melamun, hal itu menjadi pusat perhatian Abel. Abel menusuk bakso di mangkuknya dengan garpu lalu mengarahkannya ke mulut Erik.

"Aaa" intruksi Abel.

"Apaan sih lo. Gak mau" elak Erik menjauhkan tangan Abel.

"Sekali aja, Erik. Aaa"

"Gak mau, kerdil. Jangan maksa!" ketus Erik.

"Harus mau. Sekali aja, Batu. Mau yah, Aaa" Abel yang terus memaksa Erik tanpa menyerah, akhirnya Erik menerima juga. Abel tersenyum senang.

"Gitu dong. Ih, pipinya tembem. Imut banget. Ehehe" ucap Abel seraya menusuk pipi Erik dengan jari telunjuknya.

"Ck, jangan, Kerdil!" decak Erik penuh penekaan.

"Cie, lagi uwu-uwuan di samping para jomblo. Untung ada Dewi yang temenin gue" celetuk Aldi, Dewi yang fokus menikmati nasi gorengnya bergidik geli.

Rifky datang membawa makanan mereka di bantu oleh seorang siswi yang memegang napan milik Rifky.

"Makasih ya, Cewek. Kamu baik banget. Semoga dapat pahala" ucap Rifky cengengesan.

"Mana Es teh gue?" tanya Aldi.

"Bentar. Tangan gue cuma dua. Tuh minuman kalian masih di sana" sahut Rifky lalu kembali untuk mengambil minuman mereka.

Seorang cowok batu saja memasuki kantin. Sontak mengundang perhatian para pengunjung kantin. Terlebih lagi para cewek yang memang terpesona dengan kegagahan cowok itu. Dialah Kevin. Kevin tersenyum miring, menampilkan lesung pipinya kala melihat meja ujung yang di huni oleh Abel dan kawan-kawan. Kevin segera menuju kesana.

"Halo, semua. Gue boleh gabung gak?" sapa Kevin.

Erik yang sedang menikmati makanannya, sontak membulatkan mata mendengar suara seseorang dari arah belakangnya.

"Kak Kevin? Kakak sekolah disini juga?" tanya Abel setelah mengingat wajah Kevin.

"Iya, Bel. Aku sengaja pindah kesini biar dekat sama gebetan" sahut Kevin sekilas melirik ke arah Erik yang sok tidak perduli.

"Kak Kevin punya gebetan disini? Siapa?" tanya Abel. Rupanya ia tidak tahu maksud kedatangan Kevin di sekolah itu adalah karena dirinya.

"Nanti kamu bakal tahu sendiri. Boleh gabung 'kan? Aku belum makan" sahut Kevin tersenyum manis.

"Gak muat! Gak ada kursi" sahut Rifky tak tahu muka. Ia berbicara seolah-olah hanya menyindir saja. Aldi dan Rifky memang sudah tahu tentang Kevin dari Erik.

"Di kursi aku aja, Kak. Aku sudah selesai makan" ujar Abel seraya berdiri dari kursinya.

"Eh, jangan Bel. Biar aku makan nanti aja" ujar Kevin menolak.

Suara kursi dimundurkan, Erik bangkit dari duduknya. Makanannya masih bersisa, bahkan masih banyak.

"Gue selesai. Gue duluan" ucap Erik datar lalu meninggalkan mereka begitu saja. Bahkan Rifky dan Aldi melongo menyaksikan sikap temannya.

"Bagus deh, kamu duduk aja lagi, Bel. Kita makan bareng" ujar Kevin menempati kursi yang Erik sempat duduki.

"Tapi Erik..." Abel menoleh ke belakang dengan perasaan tak enak.

"Udah. Dia emang kayak gitu orangnya. Sensitif banget sama aku. Mungkin dia juga sudah kenyang" ujar Kevin membujuk Abel.

Abel akhirnya duduk kembali, walau ia sangat ragu. Entah mengapa sesuatu yang mengganjal menyapa hatinya ketika melihat Erik pergi tanpa sebab.

"Oh, iya Bel. Makanan paling enak disini apa? Aku mau makan yang kamu pesan" tanya Kevin.

"Bakso enak, Kak" sahut Abel.

"Semua makanan disini enak. Mana tahu kalau belum di coba. Modus kok gitu" sindir Rifky. Kevin berusaha menahan gejolak kesalnya di hadapan Abel.

"Entah kenapa es batu di minuman gue cepat banget mencair. Mungkin ada hawa terlalu panas disini" sambung Aldi ikut melempar sindirannya.

"Yaudah deh. Cabut aja, kuy. Suasana udah gak kondusif. Makanan mendadak gak enak kayak hati gue lihat sahabat orok pergi begitu saja" ujar Rifky seraya berdiri.

"Bel, Dewi, kami duluan ya. Mau nyusul sobat kami yang terluka dulu" pamit Aldi.

"Tuh makanan Erik lo abisin aja, Bel. Sebagai wujud kebucinan elu ke Erik" ucap Rifky sebelum benar-benar meninggalkan kantin bersama Aldi.

Abel cemberut, ia melirik makanan Erik yang masih banyak. Abel tersenyum dan meraihnya.

"Bucin siapa beraksi" lalu Abel melahap makanan itu. Kevin berdecih pelan.

"Kamu kalau mau makan lagi, biar aku pesanin. Jangan makan yang bekas" tegur Kevin secara halus.

"Bekas yang tersayang itu lebih enak" sahut Abel tanpa beban.





-Bersambung-

TSUNDERE [COMPLETED]Where stories live. Discover now