Part 19 | Janji Orion dan Canis Major

1K 184 92
                                    

A THING CALLED US | PART 19

"Aku ingin mencintaimu.
Lebih banyak dari debar.
Lebih besar dari sabar.
Lebih lama dari selamanya."
─ Aksaratua

[ KEENAN ]

Gue meletakkan botol obat dan segelas air minum di atas meja nakas, buru-buru meraih ponsel gue yang berkedip berulang kali, menandakan ada pesan bertubi-tubi yang masuk. Begitu gue mengusap layar, ternyata grup chat Bukan Kepompong sedang ramai.

Hana
| Gaes, ke mall yuk?
| Kareokean atau main timezone gitu

Keana
| Lo sehat? Ini udah hampir jam sebelas malam bege

Hana
| Oh iya. Yaudah, ke perosotan di taman aja gimana?
| Kangen, deh. Lo inget gak waktu sd lo pernah kecepirit terus nangis di perosotan?

Tawa gue menyembur baca balon chat Hana.

Keana
| Iya, inget. Besoknya gue terkenal di sekolah karena lo cerita ke semua orang

Ardika
| Awkoakwokkaokw
| Gara-gara itu gue jadi terjebak sama lo semua, kampret!

Keana
| Lo ngeledek gue mulu sih, kenal aja ngga. Jadi gue lempar meja kan, mampus lo!

Gue ingat sewaktu kecil dulu, Keana perempuan yang luar biasa tomboy, dia bahkan lebih laki dari gue. Dia pernah berantem sama sekumpulan anak cowok dari komplek sebelah karena salah satu anak cowok itu sengaja menempelkan permen karet bekas ke rambut Hana, dan jelas aja Hana nangis. Kalau gue pikir-pikir, ngapain aja gue waktu itu dan malah ngebiarin Keana yang berantem sama anak-anak cowok?

Selama SD, kejadian serupa sering terulang, Keana hampir jadi musuh semua anak laki-laki di sekolah. Gue gak tahu ini sebuah keberuntungan atau kesialan buat Ardika, nyatanya dia jadi terjebak di sini juga karena ditimpuk meja sama Keana.

Gue tersenyum mengingat kenangan itu.

Lagi pada ngapain? Bukannya tidur |

Hana
| Ken! Hayu gaes ih kita keluar! Kita berburu kuntiiii
| Mengaspal jalan, membersihkan Ciliwung
| Bermain tic-tac-toe, minum coklat panas

Ardika
| Ogah, mending gue berselancar di kasur
| Lagian lo kenapa, sih? Malam-malam gini random banget

Hana
| Gak tau hehe, lagi pengen aja...

Lama berteman sama Hana, gue langsung tahu kalau ada yang salah bahkan cuma dari ketikannya.

Keana
| Mending lo tidur gih
| Banyak bacot ntar disumputin kolong wewe

Hana
| Yaudah, ya maap kalo ganggu :(

Gue membuang napas, bangkit dari posisi tidur lalu menelepon Hana. Suaranya yang bindeng kemudian muncul sebelum dering pertama telepon berakhir, bikin gue semakin yakin ada yang gak beres.

"Halo, Ken?" sapanya. Di seberang sana, gue bisa dengar klakson mobil dan bisingnya jalanan, kontras sama suasana kamar gue yang benar-benar hening.

"Lo di mana? Mau gue temenin?"

"Kalau gue minta temenin lo keberatan gak?"

Gue mendengus, sejak kapan dia jadi merasa memberatkan gue? Padahal daridulu itu udah jadi perangainya. "Ya nggaklah, Na. Lo di mana?" Gue mengulang sembari menarik sembarang jaket yang menggantung di hanger, lalu mengambil kunci mobil dan menuruni anak tangga.

A Thing Called UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang