5. AKU AKAN TETAP DI SINI

2.6K 535 31
                                    

Tombak menghentikan mobilnya di depan rumah Andrea saat matahari baru saja tenggelam. Tanpa ragu pria itu turun dan memeriksa sekelilingnya. Lengang, khas pemukiman menengah pada umumnya. Tak ada aktifitas mencurigakan lain karena memang tak ada siapa pun yang terlihat di sepanjang gang tersebut. Tombak lalu berjalan menuju gerbang, dan menemukan benda besi itu terkunci dari dalam.

"Aira?" sapanya pertama kali saat menelepon sang istri. "Aku di depan."

Tak perlu menunggu waktu lama, Aira muncul membawa kunci dan membukakan gerbang untuk suaminya.

"Biar aku kunci, kamu masuk ke dalam saja."

Lagi-lagi Aira menurut dan menunggu suaminya di dalam ruang tamu. Saat Tombak membuka pintu, Andrea datang dengan sedikit tergopoh menemui pria itu.

"Bang?"

Tombak menatap Andrea. "Apa yang terjadi, Ndre?"

Andrea menggeleng. "Bang Gembul cuma nyuruh aku untuk stay di rumah tanpa kasih penjelasan."

Perasaan tidak enak melintas begitu saja di benak Tombak. Pada saat yang sama, ia menatap kedua mata Aira yang terlihat bingung menghadapi situasi ini semua.

"Ya udah kita tunggu Gembul dulu," ucap Tombak sebagai penutup perbincangan singkat di ruang tamu.

.

.

Tak kurang dari satu jam kemudian, Gembul tiba di kediaman Andrea. Dari jendela ruang tamu, Tombak memperhatikan mantan rekan bertugasnya itu tengah membuka gerbang dengan terburu.

"Boy." sapa Gembul saat Tombak membuka pintu. "Untung lo di sini."

"Apa yang terjadi, Mbul?" tanya Tombak tanpa basa-basi.

Gembul tak segera menjawab, melainkan lebih dulu menunggu dua perempuan yang tengah berjalan mendekatinya.

"Ada apa, Bang?" Giliran Andrea yang tak ingin berbasa-basi dengannya. "Apa terjadi sesuatu yang buruk?"

"Lebih dari buruk, Ndre."

Andrea melotot dan melangkahkan kakinya maju. "Apa, Bang? Ada apa? Apa yang terjadi?"

Gembul menghela napas dalam-dalam. Kedua matanya memandang Tombak sejenak, lalu beralih menatap Aira.

Aira tentu sedikit terkejut. Ia yang tak tahu-menahu apa pun tentang urusan ketiga orang di hadapannya sejak awal, memilih untuk memandang satu-satunya orang yang bisa ia mintai bantuan.

"Um..." gumam Tombak seraya membalas tatapan istrinya. "Aira... kami bertiga mau ngobrol sebentar."

"Oh... iya. S-silakan. Silakan." Reaksi Aira terlalu cepat hingga membuatnya sedikit gagap. "Nggak apa-apa. Aku bisa tunggu kalian di dapur. Silakan mengobrol."

"Sorry, Aira." Kali ini Gembul yang berucap.

Aira hanya menggeleng, memberi isyarat bahwa tak masalah baginya untuk memberi mereka kesempatan berbicara. Sepanjang langkah Aira menuju dapur, Tombak hanya terdiam memandang punggung perempuan itu.

"Keadaan mendadak menjadi sama sekali tak terduga." Gembul membuka percakapan seraya duduk di salah satu sisi sofa. "Mulai saat ini lo harus bisa lebih waspada dan jaga diri, Ndre."

"Sebenarnya apa yang terjadi sih, Bang?" Andrea yang duduk di samping Gembul mulai gemas.

Gembul menarik napas sebelum berbicara. "Beberapa anggota di daerah dilaporkan meninggal karena serangan misterius."

Tombak mengerutkan keningnya, sedangkan Andrea sedikit membuka mulutnya.

"Dan yang lebih buruk..." Gembul menoleh Andrea. "Subuh tadi kediaman Bos diserang, Ndre."

BERTEDUHWhere stories live. Discover now