2. JANGAN TERULANG LAGI

3.7K 639 36
                                    

Menginap di daerah dingin seperti ini, rasa-rasanya begitu kuat menahan keinginan Andrea untuk tetap berada di dalam selimut. Selain mengantuk, ia terlalu takut dengan udara dingin yang biasanya menyerang orang yang terbangun di malam hari. Namun sayang, desakan kebutuhan untuk ke kamar mandi mau tak mau memaksa perempuan yang baru tidur sekitar dua jam yang lalu itu harus membuka mata di tengah kantuknya.

Saat keluar kamar dengan memeluk erat sweaternya, Andrea memperhatikan sejenak Gembul yang tertidur tanpa selimut karena benda tebal itu terjatuh begitu saja di lantai. Mengesampingkan hal tersebut, Andrea memilih untik menuntaskan kebutuhannya terlebih dahulu.

.

Gembul masih dalam posisi yang sama saat Andrea berjalan kembali ke kamar. Pria itu pasti kedinginan, jika dilihat dari posisi tubuhnya yang tidur meringkuk. Walau sering bercekcok, melihat Gembul seperti ini tentu mengusik Andrea. Perempuan berambut pendek itu pun mendekat dan menyelimuti Gembul lagi.

Gerakan Gembul yang cepat benar-benar tak terbaca oleh Andrea. Pria itu menghentikan tangan Andrea dengan keras, dan bangun begitu saja dari tidurnya. Kedua mata kecilnya yang tampak merah, menatap tajam Andrea yang terkejut karena perbuatannya.

Gembul menghela napas berat menyadari siapa orang yang berada di hadapannya. "Astaga, Ndre... gue kirain siapa."

Andrea menarik tangannya dengan kasar. "Lo kenapa sih, Bang? Ngagetin tau nggak!"

Tak ada jawaban dari Gembul. Pria itu mengusap-usap dada seraya mengatur napasnya.

"Selimut lo jatuh, mau gue ambilin."

Gembul mengangguk seraya mengambil selimutnya. "Pantes dingin banget."

Bibir Andrea terbuka tanpa suara. Pemikiran menawari Gembul untuk tidur satu kamar dengannya, tiba-tiba terlintas begitu saja sebelum ia menolaknya sendiri.

Lo gila, Ndre! Mikir apa sih lo?

"Lo nggak lanjut tidur?"

Andrea mengangguk seraya menghela napas. Tanpa berkata apa-apa, ia berjalan masuk ke dalam kamar tanpa menoleh Gembul lagi.

***

Gembul menatap antusias mangkuk besar berisi sup ayam hangat yang Aira letakkan di tengah meja. Aroma kaldu yang kuat pun langsung menyapa indera penciumannya.

"Hm... sedep bener dah!"

Aira hanya tersenyum simpul sebelum kembali berjalan menuju dapur. Sedangkan Tombak mengawasi tingkah laku Gembul yang duduk di hadapannya.

"Menu makan malam nanti apa kira-kira, Ra?"

"Um... belum kepikiran sih, Mas," sahut Aira dari dapur. "Ayam bakar mungkin. Mau?"

"Mau dooooong! Besok boleh nggak sarapannya menu sambal goreng ken-" Perkataan Gembul terpotong karena lemparan butiran nasi yang tepat mengenai pipinya.

"Lo kira warung pakai request segala?" tanya Tombak seraya memasang tampang wajah super datarnya.

Gembul hanya bisa menatap Tombak tak percaya.

"Yuk makan." Aira meletakkan irisan jeruk nipis di samping mangkuk sup sebelum duduk di samping Tombak. "Andrea ada alergi makanan nggak?"

Andrea menggeleng. "Aman, Kak."

"Lo bukannya waktu SMA pernah alergi kacang ya, Ndre?" tanya Gembul.

"Udah sembuh kali."

Aira dan Tombak saling menatap sesaat, sedangkan Gembul memilih meneruskan makannya setelah mendapati tanggapan jutek Andrea.

BERTEDUHWhere stories live. Discover now