21. BERTEDUH

1.7K 278 40
                                    

Keterkejutan dan teriakan Aira teredam dalam telapak tangan Tombak yang membekap erat mulutnya. Belum usai di sana, degup jantung Aira seolah dipaksa bekerja berkali lipat lebih kencang saat mendengar rentetan suara peluru yang mengenai sofa di samping tubuhnya.

Satu tangan Tombak mengisyaratkan Aira untuk diam ketika perempuan itu berontak ketakutan. "Hadap ke sofa, tutup telinga kamu!" bisik Tombak nyaris tanpa suara.

Saat Tombak hendak menjauh, Aira menahan lengannya seraya menggeleng ketakutan.

"Tunggu dan diam di sini!" Kali ini Tombak menambahkan ekspresi penuh perintah untuk membuat Aira menurutinya. Alhasil, Aira meringkuk menghadap sofa seraya menutup kedua telinganya kuat-kuat.

Tombak berjalan jongkok dengan cepat menuju dinding yang menjadi titik buta jendela dapur. Tangannya menggenggam serpihan kaca yang ia ambil sebelum berdiri, sedangkan kedua matanya mengawasi arah jendela dan sofa secara bergantian. Tak dapat ia pungkiri, kekhawatirannya terhadap Aira mengambil lebih dari setengah konsentrasinya. Bagaimanapun caranya, Tombak tak akan membiarkan orang yang mengganggu sore indahnya, mengetahui keberadaan Aira.

Suara langkah boots yang mendekat menajamkan pendengaran Tombak. Instingnya memperkirakan, hanya satu orang yang kini berjalan mendekat. Dalam sekali lemparan kuat, Tombak berhasil menancapkan serpihan kaca di tangan pria misterius berpakaian serba hitam yang baru saja menginjak area dapur. Sebelum lawannya bergerak di luar kendali menembak sekitar, Tombak melesat maju untuk menghadapkan senjata laras panjang yang terlapisi peredam itu ke langit-langit rumah. Hanya tiga kali tembakan, Tombak berhasil melayangkan tinjuan kuat hingga lawannya tersungkur.

Dengan cepat Tombak membalik senjata api laras panjang di tangannya, lalu menghantamkan gagang senjata tersebut tepat ke arah wajah lawannya berkali-kali. Merasa tak puas, Tombak memilih untuk menumbangkan pria berbadan besar di bawahnya dengan pukulan bertubi-tubi dari tangannya sendiri. Kemarahannya mulai tak terkontrol, pikiran untuk menghabisi lawannya pun melintas kuat di benak Tombak.

Nafas Tombak mulai tersengal saat pria yang ia injak dengan lututnya itu tak menunjukkan gerakan dan perlawanan sama sekali. Hampir seluruh wajah pria yang sudah tak sadarkan diri itu terlumuri darah, namun amarah Tombak masih juga belum mereda. Dengan sedikit limbung Tombak berdiri, lalu meraih senjata laras panjang lagi. Tombak mengarahkan ujung pistol tepat ke kepala lawannya. Dari jarak sedekat ini, bisa jadi kepala lawannya akan hancur dalam sekali tarikan pelatuk.

Isakan samar Aira menyadarkan Tombak seketika. Hasrat membunuhnya pun surut tak bersisa, digantikan dengan kekhawatiran yang membuncah akan keadaan istrinya. Dengan mempertahankan logika yang tersisa, Tombak membidik ujung kulit kedua kaki dan kedua tangan lawannya. Darah pun seketika mengalir dari keempat sisi tubuh pria serba hitam yang kini mengerang lemah di lantai itu.

Tombak lalu menghampiri Aira yang masih meringkuk gemetar menghadap kaki sofa. Pria itu mengelap darah di tangannya ke punggung kaos putih yang ia kenakan, sebelum menyentuh pundak sang istri.

Aira hampir saja berteriak saat membuka mata. Kelegaan terpancar jelas dari wajahnya yang sudah nampak pucat. "Tombaaaaak," panggilnya seraya menitikan air mata.

"Ssshhh." Tombak mendudukkan Aira dan mendekapnya. "Sudah selesai."

"Ak-ak-aku... aku kira kamu ter-ter tertem-" Nafas Aira semakin tersengal hingga membuatnya kesulitan berbicara.

"Aku nggak apa-apa. Jangan khawatir."

"Ak-aku takuuuuuut," lirih Aira pilu.

Pelukan Tombak mengerat. "Maaf, ya? Maaf," bisiknya.

Tombak membiarkan Aira menuntaskan tangisnya. Gemetar di tubuh perempuan itu belum juga reda walau menit telah berlalu begitu saja. Seraya mengawasi gerak-gerik lawannya yang tengah merintih lemah, Tombak terus mengusap punggung sang istri agar segera tenang dan bisa pergi secepatnya dari sini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BERTEDUHWhere stories live. Discover now