21. Pembunuh Bayaran

801 37 0
                                    

Ranu berdiri menatap keluar jendela dengan gamam. Tangan kirinya memegang sebuah kertas sementara tangan yang lain dimasukan ke dalam saku celana.

Ia berada dalam ruang khusus tamu rumah sakit itu. Setelah membaca lembar kertas dari Jay, guratan kebimbangan terpatri jelas di wajah tampannya.

"Setelah mengetahui itu, apakah kau akan berubah pikiran?" suara berat laki-laki di hadapannya memecahkan keheningan.

"Aku tidak akan membatalkan proyek Arch Tower hanya karena hal kecil seperti ini." 

"Fakta bahwa perempuan itu dibesarkan oleh Imran di panti asuhan sepertinya membuatmu ragu untuk merebut tanah itu."

Ranu melarikan matanya lurus ke depan melihat pemandangan dari lantai atas rumah sakit. Genderang kebimbangan terhadap sesuatu yang mantap dipersiapkan memberisik dalam lubuknya.

"Kudengar ada yang ingin membunuhnya, kau sudah dapatkan info tentang itu?" Ranu mengalihkan topik.

Jay mengangguk kemudian memberikan sebuah map coklat berisikan identitas tentang seorang pria.

"Aku telah memeriksa cctv di sekitar tempat tinggalnya dan tempat-tempat yang sering dia kunjungi. Ada seorang pria tua yang terlihat sering mengikuti Raline. Aku curiga dia orang yang kau maksud jadi aku memeriksa identitasnya."

Ranu membuka amplop besar berukuran coklat tersebut. Rautnya mengguratkan keterkejutan saat melihat lampiran foto seorang pria tua berumur kisaran lima puluh tahun.

"Pembunuh bayaran?" gumamnya mengeja runtutan huruf.

"Aku juga terkejut saat mengetahuinya. Loma adalah pembunuh ulung yang terkenal sadis dan bersih dalam melaksanakan 'tugasnya'. Dia menjadi buronan selama bertahun-tahun sampai saat ini. Aku bertanya-tanya apa yang membuat perempuan itu berurusan dengannya."Terang Jay.

Loma bukan pembunuh bayaran biasa, seseorang pasti menyewanya untuk ini. Ranu membatin

"Tapi, kenapa kau jadi peduli? Kau tidak biasanya seperti ini."

Heran, Semenjak kepulangan Ranu dari hutan membawa perempuan itu, sikapnya berubah. Jay dapat melihat dengan gamblang betapa cemasnya Ranu ketika melihat Raline tiba-tiba pingsan tadi. apakah majikannya yang tak punya hati itu telah jatuh cinta? Mana bisa?

"Aku... Aku pikir seharusnya aku mulai memerhatikan pegawaiku. Keamanan mereka harus aku perhatikan." Dalih Ranu.

Jay berdecih "Keamanan apanya? Dia bahkan membiarkanku di terkam oleh peliharaan anehnya di hutan. Sadis." gumamnya lirih.

"Aku bisa mendengarnya."

Jay menghela kasar "Jujur saja, kau terlihat sangat khawatir dengan Raline. Apa ada sesuatu diantara kalian?"

"Tidak ada."

Entahlah apa Ranu yakin dengan jawabannya. Dia masih belum mengenali perasaan yang baru-baru ini muncul dan terasa asing. Hatinya selalu menjadi tenang dan damai ketika melihat Raline tak peduli seberapa rancunya dia saat itu.

Seperti saat ini, dari balik jendela kaca lantai lima, dia memandang penuh arti pada sosok wanita yang tengah terduduk di bangku taman yang sepi.

"Ayolah... aku mengenalmu sejak kecil. Menjadi peduli pada orang lain bukan tabiatmu. Aku bertanya padamu sebagai seorang teman, bukan seorang sekretaris dari Ranustra Zander penguasa hampir tujuh puluh persen saham properti di negara ini. So, bisa tidak kamu berkata jujur padaku? Aku cukup pandai masalah perempuan, loh."Jay menaik turunkan alisnya.

Alih-alih meladeni Jay, Ranu lebih memilih untuk memerhatikan setiap gerak gerik perempuan yang duduk sendiri di taman rumah sakit. Dahinya berkerut ketika melihat seorang pemuda menghampiri Raline.

If Something Happens I Love YouWhere stories live. Discover now