33. Kissed

830 34 0
                                    

Bruggh! 

Seorang pria berperawakan gempal dengan baju usang terjerembab ke lantai kasar berbahan semen setelah dilempar dengan kasar oleh Jay. Diantara preman yang dibunuh sebelumnya, mungkin ini yang berbadan paling besar.

"Dia salah satu komplotan preman-preman yang kau bunuh. Saat kejadian, seperti dugaanmu, dia berhasil melarikan diri sebelum kau sempat menembak kepalanya," terang Jay.

Di gudang tempat Ranu biasa menyekap para korbannya, pria itu terlihat ketakutan. Ia menunduk dan tak sekalipun berani mengangkat kepalanya. Yang mampu dia lihat hanya ujung sepatu yang mengkilat diantara ruang redup itu. 

"Katakan, siapa yang membayarmu?" tanya Ranu, suaranya seperti mengandung nyawa mematikan. 

"Tidak mau menjawab? Baiklah."

Ketika suara pelatuk yang ditarik terdengar, barulah preman itu membuka mulut. "Ampuni saya, Tuan. Ampuni saya... saya benar-benar tidak tahu, saat itu markas kami tiba-tiba mendapat kiriman uang satu kardus beserta surat yang didalamnya perintah untuk menggilir seorang perempuan yang ada di foto. Tidak ada yang  tahu siapa pengirimnya, dia sangat berhati-hati dan mengawasi kami dari jauh," ucap preman itu. 

"Kenapa kau menerimanya?" tanya Ranu lagi dengan nada yang tidak berubah. 

Preman itu terlihat menyesali perbuatannya, "S-saya tidak punya pilihan lain, Tuan. Kami tergiur dengan uang itu." 

"Begitu ya," sahut Ranu, nadanya berubah ketika bertanya "Lalu apa kau... menikmatinya?

"A-ampun, Tuan! Sungguh saya tidak tahu wanita itu ternyata kekasih Tuan. Jika saya tahu, saya tidak akan menyentuhnya. Sungguh saya menyesal—" 

"Apa yang kau bicarakan? Aku bertanya apa kau menikmati uang yang kau dapat dengan menggilir kekasihku," potong Ranu tajam. "Kenapa kau menjawab seolah-olah kau lebih tergiur untuk menggilir kekasihku daripada uang yang diberikan?" 

Preman itu meneguk ludahnya. Keringat dingin menetes di ujung pelipisnya manakala merasakan benda berpermukaan dingin menyentuh kulit. 

"Jika saja orang itu tidak memberimu uang, bajingan sepertimu pasti akan tetap menggilir kekasihku karena kau menikmatinya," Ranu menggeram. 

"Ampun Tuan sungguh! Demi Tuhan saya—"

Dor! 

Perkataannya terhenti bersamaan dengan usianya. 

"Temui saja Tuhanmu di neraka, brengsek!" Ranu mengeratkan genggamannya pada pistol lalu kembali menghujani tubuh besar yang sudah tidak bernyawa itu dengan timah-timah panas. 

Jay yang melihat Tuannya kembali hilang kendali pun panik, "Ranu cukup! Dia sudah tidak bernyawa lagi!" 

Ranu bergemeretak, matanya merah tak berniat akan berhenti. "Dia orangnya. Dia yang melakukan itu pada Raline,"

Dor! Dor! Dor! 

"Hentikan Ranu! Bukankah tadi kau berjanji pada Raline tidak akan pergi lama? Kau harus kembali, Raline menunggumu," 

Seperti mantra sihir, ketiika menyebut nama Raline, Ranu langung berhenti. Dia membuang napas kasar lantas memasukan kembali pistolnya ke dalam saku dan melenggang pergi. 

"Aihh, aku harus sering sering menyebut nama Raline untuk mengontrol bajingan itu," Jay mendesah lega. Setelah menghubungi anak buahnya untuk membereskan mayat preman, dia menyusul Ranu yang telah berjalan jauh di depannya.


*** 

Dua hari setelah Raline hampir bunuh diri di rumah sakit, Ranu memutuskan untuk memindahkan perawatan Raline ke penthousenya. Bukan tanpa alasan, keputusan ini diambil karena mempertimbangkan mental Raline yang belum stabil ketika laki-laki selain dirinya. Dan dirumah sakit itu sebagian besar dokternya adalah laki-laki, belum lagi perawat dan pasien lain di sana.

If Something Happens I Love YouWhere stories live. Discover now