51. Meragu dalam Sendu

393 25 0
                                    

Hunian kelas atas yang berdiri di puncak gedung termewah seantero kota itu masih terlihat berantakan dan kacau sama seperti terakhir kali Sang Pemilik meninggalkannya. Sengaja tak menyuruh para orang berstatus pegawai untuk membereskan sebab kondisi yang tertata rapih wangi dan bersih akan mengingatkannya pada sosok wanita.

Wanita yang telah tega membuatnya merasa seperti pecundang. Wanita yang membuat relung hatinya terobrak abrik oleh badai ganas rasa sesal.

Dia, laki-laki yang menatap datar seluruh isi rumah yang sudah dia hancurkan sendiri. dalam kepalanya mulai terbayang seorang wanita cantik berambut tergerai dengan begitu indah tengah membereskan rumah.

"Ranu, Apa yang kamu lihat? Cepat bereskan rumahmu sendiri. Kamu tidak bisa terus menyuruh orang lain untuk melakukannya." Ucap wanita itu tersungut-sungut dengan vacum cleaner di tangannya.

Ranu mengulum senyum. Ia menanggalkan jaket bomber hitamnya lalu mulai membersihkan seluruh penjuru penthouse.

Dengan begitu telaten, untuk pertama kalinya dia melakukan pekerjaan rumah. Ditemani ilusi sosok wanita cantik, Ranu begitu bersemangat membersihkan pecahan beling dan membenarkan posisi sofa. Ia juga sudah memesan kaca jendela baru karena yang lama telah remuk oleh kepalan tangannya sendiri.

Setelah ruang tamu selesai, Ranu beralih ke ruang tengah dimana dia biasanya berdebat dengan wanita pemilik wajah penuh kasih namun sangat garang bila marah. Tak heran mengapa Ranu selalu mengalah jika berdebat dengannya.

"Ranu, kubilang jangan merokok terlalu banyak. Satu bungkus harusnya cukup untuk satu bulan. Kenapa kamu satu bungkus habis tiga harii?!"

"Apa kau bercanda? Satu bungkus benda ini tidak akan membunuhku."

"Hei apa kamu tidak melihat berita? Ada pecandu rokok yang mati dalam kecelakaan mobil. Sebelum kecelakaan dia menghabiskan satu bungkus rokok dalam satu hari."

"Dia mati karena mobilnya tertabrak truk oleng lalu jatuh ke jurang, Raline. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan rokok."

"Aku tidak peduli dia jatuh ke jurang atau samudra sekalipun. Merokok tetap tidak baik. Kamu harus menguranginya. Jika tidak,saat kamu mati nanti aku akan menaburi makammu dengan puntung rokok daripada kembang tujuh rupa."

"Yaudah oke, oke nih aku buang"

Ranu tersenyum hambar mengingat salah satu perdebatan mereka. Raline begitu keras melarangnya merokok dan mengkonsumis zat adiktif lainnya. Dia begitu peduli dengan Ranu.

Sayang, Ranu melupakan itu semua di suatu hari saat dia benar-benar kecewa dengan Raline. bukan. Lebih tepatnya sengaja dibuat kecewa oleh wanita itu. Jika saja dihari itu dia tetap kekeh membawa Raline pulang, pasti saat ini Ranu sudah menikahinya dan mereka bisa hidup layaknya keluarga bahagia.

Kenapa Ranu begitu bodoh percaya dengan kebohongan dan sandiwara itu? Jika dia benar mencintai Raline harusnya dia tidak akan peduli seberapa besar wanita itu menyakitinya bukan?

Seketika Ranu dihadang keraguan pada dirinya sendiri. Kalimat Ares beberapa waktu terngiang di kepalanya.

Apa mungkin selama ini Ranu hanya terobsesi pada Raline sebagaimana yang Ares katakan?

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang