43. COLD ROOM

398 21 0
                                    

"Kau tidak bisa menikahinya Gavin. Dia itu...."

"—Mmmm"

Kalimat Megan terputus sebab Gavin mencengkram mulutnya kuat-kuat.

"Sudah aku bilang aku tidak butuh ijin darimu! Mulutmu yang begitu menjijikan ini harus dihukum."

 Gavin mengeratkan giginya.

Kepala Megan menggeleng kuat. Beberapa hari ini dia merasa lega sebab Gavin tidak menyiksanya lagi seperti biasanya. Tapi sepertinya, kelegaan itu tidak berlangsung lama. Megan tahu betul apa yang Gavin sebut 'dihukum'.

Tubuhnya tersentak saat di tarik paksa oleh Gavin menuju lantai dua. Megan meronta-ronta namun Gavin tampak tidak tergoyah.

Ia sangat tahu kemana tujuan Gavin membawanya. Sebuah ruangan di lantai dua rumah ini tempat Gavin biasa menyiksa semua wanita yang masuk dalam hidupnya.

Brugh

Megan tersungkur di atas lantai marmer bewarna coklat.

"Tidak, Gavin. lepaskan aku! aku berjanji tidak akan melarangmu lagi. Gavin, tolong kasihani Mommymu ini." Megan memohon dengan mata yang mulai basah.

"Mommy?" Gavin mendengus.

"Ibu macam apa yang tega memasung anaknya yang masih berusia tiga tahun, Hah?!" bentak Gavin membuat wanita itu meringkuk.

"Apa kau tahu bagaimana rasanya dipasung selama bertahun-tahun? Ah, sepertinya aku harus memasungmu lagi agar kau tahu rasanya." 

"Jangan! Jangan lakukan itu lagi! Hukum aku dengan hal lain saja, kumohon."

Gavin mengangkat ujung bibirnya. sembari duduk menyilangkan kaki di atas sofa empuk bewarna biru, Gavin menyoroti seorang wanita yang terkulai lemas di atas lantai memasang wajah berharap dan memohon.

"Kalau begitu bernyanyilah,"

Kepala Megan terangkat. "Apa maksudmu?"

"Nyanyikan aku lagu itu. Lagu yang membuatmu terkenal. Sangaaaatt terkenal hingga kau malu punya anak gila sepertiku."

Megan tertegun. Kini ia mengerti kenapa Gavin berlaku buruk padanya. ia telah menjadi seburuk-seburuknya ibu dan manusia pada anaknya.

Siapa anak yang tidak kecewa dan menjadi gila saat ibunya sengaja memasung anak itu karena dianggap mengotori nama baik keluarga? Bahkan usianya belum genap tiga tahun.

Megan terlalu terhipnotis oleh popularitasnya sebagai seorang penyanyi seriosa. Ia bahkan tidak mengakui anaknya yang mengalami gangguan mental sejak kecil.

"Jika kau keberatan—" ujar Gavin terpotong gelengan kuat kepala Megan.

"Baiklah aku akan bernyanyi."

Megan menghirup napas dalam-dalam sembari mengingat bait-bait lagu klasik yang pernah dia nyanyikan di sebuah kontes akbar miliknya dulu.

"Tunggu! Siapa yang menyuruhmu bernyanyi disini?"

Dahi Megan berkerut.

"Aku ingin kau menyanyi disana."

 Manik hitam Megan mengikuti jari telunjuk Gavin. Seketika matanya terbelalak.

Telunjuk Gavin tepat mengarah pada sebuah benda besar berbentuk kubus. Hawa dingin menyeruak ketika Gavin memencet remote dan pintu ruangan kecil itu terbuka. Dari luar, siapapun bisa melihat bahwa box es itu dipenuhi uap udara dingin karena dindingnya terbuat dari kaca.

Benda tersebut adalah cold room. Orang biasa menggunakan itu untuk menyimpan bahan makanan beku. Dan yang istimewa adalah Gavin bukan orang biasa. Dia menggunakan benda kotak itu untuk menyiksa para wanita.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang