26. Adik untuk Bagas

639 32 0
                                    



Selamat membaca....
Votenya jangan ketinggalan, yaa




Sementara itu, di suatu tempat dimana banyak terdapat orang dengan gangguan jiwa, para karyawan tengah kalang kabut mencari keberadaan pasien 'VIP' yang hilang sejak semalam. Mereka terheran bukan main sebab pasien itu jelas-jelas terpasung baik tangan maupun kakinya. Bagaimana dia bisa kabur menjadi pertanyaan tersulit saat ini.

Gavin berdiri di dalam ruangan menatap ganas bekas pasungan seorang wanita. Tangannya terkepal kuat, kobaran amarah terpancar jelas dari manik matanya.

"M-ma-maaf Tuan, Kami masih belum menemukannya." Ucap lirih seorang laki-laki paruh baya berkumis tebal.

"Apa sebenarnya yang dilakukan sampah seperti kalian?" desis Gavin.

BUGH

Bogeman keras membuat laki-laki berkumis tebal itu tersungkur. Amarah Gavin sudah memuncak, dia meluapkannya dengan memukuli laki-laki itu bak kesurupan.

"SIALAN!" umpatnya.

BUGH

BUGH

Dokter dan perawat yang ada disana tampak berusaha menghentikan Gavin melakukan aksinya. Beberapa diantara membicarakan tentang betapa gilanya Gavin saat memukuli laki-laki itu.

***

Ada banyak hal yang Ranustra Zander tidak sukai. Bukan membenci sih, lebih tepatnya jengkel dan risih. Dan salah satunya adalah berbelanja di supermarket. Ia yakin sesuatu dalam dirinya sudah meledak sedari tadi jika Raline tidak berada di sampingnya.

Mereka bertiga kini berada dalam pusat perbelanjaan terbesar di Ibukota. Setelah makan siang, Raline mengajak Ranu berbelanja sebab kebutuhan sehari-hari sudah hampir habis.

Ranu awalnya menolak, tapi bukan Raline namanya jika tak bisa membujuk laki-laki itu. Perempuan itu kekeh akan pergi walau tanpa Ranu, membuat laki-laki itu tak punya pilihan lain. kalau Bagas sudah jelas, dia tidak bisa ditinggal sendirian di penthouse besar itu.

"Sayur sudah... susu sudah.. bumbu sudah... hmm tinggal apa ya?" gumam Raline mencoba mengingat-ngingat bahan apa lagi yang kurang. Saat pertama kali dia masuk dapur laki-laki itu, suasana hampa langsung dirasanya. 

"Hei, apa perlu beli sebanyak ini?" tanya Ranu dibelakang. Dia terlihat mendorong troli yang sudah penuh dengan sayur dan bahan makanan lainnya. Ekspresi kesal dan jengkel dipilihnya untuk ditampakkan.

Raline acuh tak acuh pada ocehan Ranu. Sedari tadi, pria itu terus saja mengeluh dan merengek untuk pergi.

"Raline, aku bisa menyuruh orangku untuk berbelanja semua barang yang kau butuhkan. Kita tidak perlu ribet-ribet masuk kesini segala. Jika kau mau aku akan membeli supermarket ini untukmu, hm?" lolong Ranu.

Dia merasa gusar, supermarket bukanlah tempat yang aman. Walaupun dia telah memasang penjagaan ketat di luar supermarket, hatinya tetap saja tidak tenang. Loma bisa datang sewaktu-waktu dan mengejar Raline seperti yang terjadi di rumah sakit. Pria tua itu lihai menyamar dan sangat manipulatif.

"Apa kamu tidak pernah berbelanja?" tanya Raline, menatap Ranu penuh keheranan.

"Pertanyaan macam apa itu? Aku suka berbelanja. Sangat. Tapi bukan belanja seperti ini,"

Alis Raline mengerut.

"Aku suka belanja jet pribadi, helikopter, beberapa gedung dan.... ah ya, kemarin aku baru membeli sebuah pulau, mau kesana?"lanjut laki-laki itu penuh angkuh.

If Something Happens I Love YouWhere stories live. Discover now