23. Yang Disembunyikan

562 28 0
                                    




Dalam ruang rawat inap berukuran 5x5 itu, dua pasang mata tengah saling adu tatap. Sudah sepuluh menit sejak kedatangan Raline, Ares masih menatapnya penuh arti. Mereka berdua duduk bersebrangan mengapit sebuah bangsal yang di atasnya terbaring seorang laki-laki tua.

"Mau sampai kapan kalian begini?" suara lembut seorang laki-laki tua memecah keheningan.

"Jika ada masalah, selesaikan dengan baik. Jangan saling diam dan menatap seperti itu."

hening. tak ada jawaban.....

Pria itu menghela napasnya "Raline.. Abah tahu kamu marah. Abah minta maaf, Abah tidak bermaksud mengabaikanmu. Abah hanya tidak ingin kamu khawatir sama Bagas, ndu."

"Untuk apa Abah minta maaf sama dia?" Ares menatap sarkas Raline.

"Ini semua salah Abah. Abah yang menyuruh Farhan untuk tidak memberi tahumu." Imran berusaha menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.

Raline menoleh, menatap pria tua yang setengah berbaring di bangsal "Abah sepertinya sudah mendingan. Aku pamit dulu."

Imran mengernyit "Mau kemana kamu, ndu? Baru sebentar Abah liat kamu, kamu sudah pergi lagi?"

Wanita itu tampak acuh tak acuh membuat Ares geram.

"Apa kau sudah tidak punya sopan santun? Abah bertanya padamu." Sinis Ares.

"Bekerja." Jawabnya asal.

"Bekerja apa? Dimana?" tanya Imran.

"Bekerja apa saja itu urusanku!" ketus Raline. wanita itu hendak pergi namun tangannya dicekal Ares.

Ares menatapnya tajam. Rahangnya mengeras.

"Setelah ku perhatikan sejak kau kembali, sikapmu menjadi aneh. Apa yang terjadi padamu? Apa karena laki-laki itu?"

Dia belum pernah melihat Raline ketus pada orang tua. Raline yang dia kenal selalu tersenyum lembut dan ramah pada semua orang, apalagi pada Imran. Semarah apapun pada Imran, Raline tak pernah mengabaikan ataupun bersikap ketus padanya.

"Apa yang terjadi padaku itu juga bukan urusanmu!" balas Raline

"... Dan lagi, dia ngga ada hubungannya dengan masalah ini." lanjutnya.

Ares mendengus "Ngga ada katamu? Apa kamu tahu siapa dia yang sebenarnya?"

Sementara dua orang tengah beradu tatapan tajam, seorang pria tua di atas bangsal justru mengerutkan dahi. "Siapa yang kalian maksud?"

Ares menarik napas sembari mengangkat alisnya "Zander..."

"laki-laki brengsek itu telah mencuci otak Raline. Itu sebabnya dia berkelakuan kasar."

"Jaga bicaramu Ares! Dia—"

"Apa yang kau tahu tentang dia hah?" potong Ares.

"Apa kau tahu dia adalah orang yang ingin merebut tanah panti? Dia adalah pembunuh Bahrudin, AYAH BAGAS!" Ares mengatur napas.

"Dan dia, pasti telah melakukan hal yang sama pada Bagas." Napas Ares tersengal-sengal. Laki-laki itu telah dikuasai oleh radang di hatinya.

Wanita berbaju putih itu mengernyit, menatap asing ucapan Ares.

"Aku tidak yakin kau mengetahui tentang ini." Ares tersenyum miring.

"Kamu bohong, kan?" gumam Raline

"Ares! Tenangkan dirimu!" Imran berusaha menenangkan Ares yang termakan amarahnya.

Laki-laki itu tersenyum miring
"Kau bisa tanyakan sendiri."

If Something Happens I Love YouWhere stories live. Discover now