50. Last Favor

453 26 0
                                    

Everyone is always saying that the best trope is 'right person, wrong time'. But I think its 'right person, not enough time.'

Ranu, I'm sorry...

Aku selalu takut tak akan sempat meminta maaf kepadamu tentang hari itu.

It hurts you, right? Me too.

Tak ada satu kata pun yang aku katakan dengan jujur. Aku berusaha keras melawan batinku sendiri.

Kenapa rasanya sangat sakit saat kamu mengatakan hal-hal buruk padaku? Padahal itu yang aku inginkan agar kamu menjauh dan membenciku. Aku hanya tidak menyangka rasanya akan sesakit ini sampai aku pikir mati jauh lebih baik.

I said I was fine, but I never said it didn't hurt.

Tatapan kamu yang menjadi dingin dan tajam saat melihatku membuat aku seperti orang asing bagimu. Saat itu aku berpikir bahwa kamu benar-benar sudah melupakanku. Sepertinya aku berhasil membuatmu membenciku, ya? Maaf, aku benar benar manusia yang buruk.

Jika kamu membaca surat ini, berarti sesuatu yang buruk telah menimpaku, ya kan?. Tidak apa jika kamu membenciku. Tapi, aku merasa harus minta maaf padamu dulu sebelum aku benar-benar mati.

Oh ya, kamu pernah bertanya apa artimu bagiku, kan? You're my everything, Ranu. I love you so bad until I dare not to say it. Aku sangat menyayangimu karena itu aku tidak mau kamu terluka.

I have to hurt you first before that guy kills you as you are trying to protect me. So, please forgive me.

Ranu, can you do my last favor?

Hidup dengan benar dan layak. Bukankah itu cita-citamu dulu? Aku akan sangat senang jika kamu bisa meraihnya. Walaupun aku mungkin tidak ada di sampingmu saat itu terjadi.

And last, I wanna say thank you for everything we've been through. You do make me feel like the most special woman ever.

Ranu, if something happens, no matter what, I will always love you...

Raline.

Tes

Tes

Laki-laki itu menggigit bibir bawahnya menahan sedu tiada tara saat matanya bergerak mengikuti rangkaian kalimat indah namun sangat menyanyat relung hati. Selembar kertas dimana di atasnya terdapat bekas tarian pena tinta hitam yang memuat perasaan seorang wanita.

Ranu menatap kertas usang itu nanar. Lalu dalam sekejap, tangannya mengepal membuat surat itu mengusut hingga menjadi bola kertas kecil.

"Maaf Raline. aku tidak bisa mengabulkan keinginan terakhirmu. Kamu harus bangun dan menemaniku hidup bersama." Ucapnya menatap dari balik kaca ruang ICU pada seorang wanita yang terbaring lemah.

If Something Happens I Love YouWhere stories live. Discover now