[bullying, broken home & cinta segitiga]
Bagi mereka aku sampah, bagi dirimu aku Berlian. Tuhan adil, ia menyisakan tiga manusia yang amat menyayangiku, namun tidak dengan mereka.
"Kenapa kamu gak jauhin aku kayak yang lain? Kenapa kamu gak ikut nin...
"Maaf, gue gak bisa jagain lo. Yang diomong Leo kalo gue gak bisa jagain Perempuan kayaknya emang bener deh," tutur Jo merasa bersalah.
"Jelas-jelas gue ada disamping lo, tapi bisa-bisanya gue gak sadar kalo lo mimisan. Sementara Leo? Dia jauh lebih peka dari pada gue." sambungnya.
"Kamu bisa jagain aku kok. Kamu juga suka nolong aku. Aku gak pernah lupa sama apa yang kamu lakuin Jo.." tutur Jingga. Jo terenyuh akan ucapan yang dilontarkan Jingga kepadanya.
"Lo bisa aja hehe," sahutnya.
"Idihhh ngapain tuh mereka berduaan gitu??" geram Amor yang melihat Jo serta Jingga dibalik semak-semak agar tidak ketahuan.
"Pake acara senyum-senyum segala lagi." cela Lala.
"Mending kita balik aja yuk, takut ditinggal." ajak Nasya.
"Ya udah deh, kali ini si Jingga aman." sinis Amor mengerlingkan bola matanya.
"AMOR, NASYA, LALA!" pekik Bara, ketua kelas di kelas mereka.
"CEPET KESINI! MAU DITINGGAL??" lanjutnya.
"Iya-iya, ini juga mau kesana." sahut Amor, kemudian mereka bertiga menghampiri Bara.
***
Kini siswa-siswi SMA Victory High School tengah dalam perjalanan menuju hotel yang mereka tempati.
Sampainya di hotel, mereka semua membersihkan tubuhnya dari debu serta kotoran yang menempel akibat naik Jeep Lava Tour tadi.
Setelah itu, tepat pukul 20.00 malam siswa-siswi SMA Victory High School diminta untuk ke ruang makan, karena waktu makan malam sudah tiba.
Tok tok tok
"Jinggaaa!! Main yuk!" panggil Leo.
Ceklek
Pintu kamar Jingga terbuka, Leo menatap Jingga lekat. Ia terpukau dengan Jingga.
KAWAII!!
"Sungguh ciptaan Tuhan maha indah," batin Leo.
Memakai piyama, rambut yang dibiarkan terurai, membuat Leo menjadi salah tingkah tidak jelas.
"Ayo ke ruang makan bareng," ajak Leo.
"Ayo," sahut Jingga, kemudian menutup pintu.
Mereka jalan beriringan bersama, bak sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Namun, sayangnya Jingga dan Leo hanya sebatas teman. Sepertinya.
"Leo," panggil Jingga.
"Iya?"
"Kamu gak bareng temen-temen kamu aja?" tanyanya.
"Nggak, gua maunya bareng lo aja," sahutnya kemudian tertawa.
"Makasih L-E-O," tukas Jingga.
Leo memencet tombol elevator untuk menuju lantai 2 agar lebih cepat sampai ke ruang makan.
Bukannya tidak mau turun lewat tangga, hanya saja ia takut Jingga lelah. Karena, lumayan jauh dari lantai 4 turun ke lantai 2. Bisa-bisa gempor batin Leo.
"Makasih karena apa Jinggaaa?" tukas Leo.
"Karena kamu selalu temenin aku, jadinya aku gak kesepian deh," ucap Jingga lalu tersenyum.
Leo menelan salivanya, ia selalu terpesona dengan senyum manis dari Jingga.
"Yaelah, santai aja kali.. Gue juga gak ngerasa dibebani atau apa kok," tutur Leo, kemudian menepuk kepala Jingga bak seperti seorang Ayah dan anaknya.
"Gue janji gak bakal biarin lo kesepian," imbuh Leo.
"Are you serious?"
"Haha serius Jingga, lo pikir seorang Leonardo Guenavista gak bisa serius? Wahh.. Jangan-jangan, dimata lo gue gak pernah serius ya??" ledek Leo.
"I'm serious, I promise." sambung Leo, kemudian ia mengajak Jingga untuk membentuk simpul janji menggunakan jari kelingking.
"I trust you."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
