5-Sesak-

391 182 255
                                    

Jingga mencuci pakaian yang di suruh wanita paruh baya itu.

Ia mencuci dengan cara manual, menggunakan sikat. Tapi kenapa ia tak menggunakan mesin cuci? Toh sekarang zaman sudah modern bukan?

Karna wanita paruh baya itu tak memperbolehkan Jingga mencuci menggunakan mesin cuci, kejam sekali ia.

Lalu gunanya mesin cuci di rumah megah itu apa kalau tak di gunakan?

Srek

Srek

Srek

Srek

Srek

"Awhhh" rintih Jingga

"Dada ku kenapa sesak.."

Prang!

Jingga langsung menoleh ke sumber suara.

"A.. A.." gugup Jingga.

"Lo kenapa taro sepeda di halaman?! Taro di garasi bodoh! Jangan di halaman!" bentak Amor yang masih mengenakan seragam putih abu abu dengan rok selututnya.

Jingga menunduk, lalu berucap "Kan kamu yang suruh kalau aku harus taro sepeda di halaman"

"Lah? Jadi lo nyalahin gue gitu?! Karna lo Jo jadi curiga!" sentak Amor.

Plak

Amor menampar Jingga keras. Jingga langsung memegang pipinya.

"BESOK BESOK LO TARO SEPEDA DI GARASI! GUE GAK MAU CALON PACAR GUE CURIGA!" omel Amor lalu meninggalkan Jingga.

"Hiks.. Hiks.." tangis Jingga kembali pecah.

"Mamah.." isaknya sambil menghapus linangan air mata.

***

"Mah! Si Jingga tuh! Masa taro sepeda di halaman" teriak Amor ke arah Mamahnya yang tadi menyuruh Jingga untuk mencuci.

"Ya kan emang biasanya dia naro sepeda di halaman, sayang" sahut Mamahnya yang tengah membaca majalah kecantikkan.

"Ya aku tau! Tapi calon pacar aku curiga Mah! Tadi dia anterin aku pulang, terus dia ngeliat sepeda Jingga. Dia udah nebak kalau sepeda itu punya Jingga, tapi aku ngeles" jelas Amor.

Wanita paruh baya itu mendongak ke arah anaknya "Kurang ajar si Jingga! Nanti kalau anak kesayangan Mamah gagal pacaran sama gebetannya gimana?!" pungkas Mamahnya.

"Itu maksud aku, aku kan malu satu rumah sama si Jingga!" pekik perempuan itu.

"Papah pulang.."

"Sttt!! Papah pulang, kamu jangan berisik. Jangan sampe keceplosan! Ngerti gak? Mamah mau nyuci dulu, nanti ketauan Papah" perintah Mamahnya yang bernama Amelia.

***

Amor salim kepada Papahnya, "Tumben Pah pulang cepet" cicit Amor.

"Iya dong.. Emang nya gak boleh?" ledek Papahnya sambil merenggangkan dasinya.

"Boleh dong.. Aku ganti baju dulu ya Pah" tutur Amor lalu berlari.

"Kamu sama Jingga udah bayar study tour kan?" langkah Amor terhenti.

"U.. Udah Pah"

"Kalo gue si udah, Jingga mah bodo amat. Yang penting uang study tour dia udah gue abisin sama Nasya Lala, intinya biar si cupu gak bisa ikut" batin Amor lalu tersenyum jahat.

"Oke"

***

"Awas! Saya mau nyuci! Sekarang kamu ke kamar, biar Papah gak tau!" suruh Amel, Jingga mengangguk.

"Ya udah sana, cepat!"

"I.. Iya Mah"

"Jangan panggil sama Mamah! Panggil saya Tante!" pekik Amel.

"Jingga.. Jingga.. Kamu kemana nak?" panggil Papahnya, Alex.

"Si tua bangka nyariin kamu tuh, cepat kesana!"

Jingga langsung meninggalkan Amelia yang bersiap siap melakukan dramanya.

"Pah" panggil Jingga.

"Eh princess Papah" titah Alex sambil mengelus Jingga lembut.

"Kamu abis dari mana? Kok baju sama celana kamu basah?" tanya Alex yang melihat keadaan puterinya dari ujung kaki sampai ujung kepala, ia takut puterinya kenapa kenapa.

"Tadi aku abis siram tanaman Pah" bohong Jingga.

"Lho? Kan ada Bibi, ada Mamah juga. Kenapa harus kamu?" tanya Alex.

"Jingga lagi pengen siram tanaman Pah, ingat Bunda" Jingga menunduk.

"Sttt.. Bunda udah tenang sayang" tukas Alex menenangkan Jingga.

"Sekolahnya gimana? Tadi kamu udah bayar study tour kan?" tanya Alex lagi.

"Sekolah aku? Seru seru aja kok Pah," bohong Jingga lagi.

"Bagus deh. Kalau ada anak anak yang macam macam ke kamu bilang ke Papah, biar Papah DO dari sekolah" runtut Papahnya yang terlihat kejam, sebab ia seperti ini karna menyanyangi putrinya.

"Gak gitu juga Pah" Jingga tertawa kecil.

"Bayar study tour udah kan?" tanya Alex.

"U.. Udah kok Pah, tadi sama Amor"

"Amor emang baik ya, dia cocok jadi pengganti Kakak mu. Papah ke bawah dulu" lirih Alex lalu mengusap pucuk kepala Jingga lembut, Jingga mengangguk kemudian tersenyum, namun senyumannya itu hanya di pancarkan ketika ia bersama Papahnya saja.

Di belakang Papahnya.. Akan memudar.

•••

Next?

I'M TRASH Where stories live. Discover now