[bullying, broken home & cinta segitiga]
Bagi mereka aku sampah, bagi dirimu aku Berlian. Tuhan adil, ia menyisakan tiga manusia yang amat menyayangiku, namun tidak dengan mereka.
"Kenapa kamu gak jauhin aku kayak yang lain? Kenapa kamu gak ikut nin...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
•••
"Gue gregetan banget deh sama Laurice, sok banget kecantikan!" gerutu Amor yang tengah duduk di kursi panjang di pinggir lapangan.
"Tetep cantikan lo kok, dia kalah jauh Mor..." puji Lala.
"Hahaha! Bisa aja lo!" sahut Amor sambil merangkul Lala.
"Ngomong-ngomong... Jo juga semakin hari semakin nempel aja sama Jingga, apa lagi sekarang Jo duduk di depan Jingga, jadi sering ngobrol deh mereka," kompor Nasya.
"Iya anjir, Nas... Gue kesel banget deh sama si cupu, dia pake pelet apa sih? Sampe-sampe Jo sama Leo ngedeketin dia tanpa harus berjuang mati-matian kayak gue," greget Amor.
"Kampret emang! Gue gak habis pikir sumpah. Jingga kan gak modis, gak gaul juga, cuma menang pinter doang untuk apa anjir?" cerocos Lala.
Pritttt!Pritttt!
Suara pluit guru olahraga mulai terdengar nyaring di telinga. Siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan X IPA 4 langsung berkumpul di lapangan.
"Lapangan sebelah kanan untuk kelas XI, lapangan sebelah kiri untuk kelas X. Baris yang rapih, perwakilan anak memberi bola basket untuk 1 orang 1 basket. Kemudian mulai latihan dribbling," perintah guru olahraga tersebut, Pak Fajar.
"Kelas XI Jo, kelas X Leo," lanjutnya.
"Oke Pak!" sahut Leo.
Kemudian Jo dan Leo mengambil box basket, lalu memberikan masing-masing anak 1 basket.
"Kak Jo sama Leo kok mirip ya?"
"Iya ya, mirip banget!"
"Leo sama Jo gak ada bedanya,"
"Kayak Adik Kakak gak sih?"
"Eh Jo, lo kok mirip Leo sih?"
"Sama-sama ganteng ihhhh,"
"Jangan-jangan Kak Jo sama Leo saudaraan?"
Leo merasa risih mendengar kakak kelasnya beserta teman sekelasnya yang mengomentari dirinya yang mirip dengan Jo.
