Bab 20

898 120 12
                                    

Inseminasi dilakukan setelah melalui serangkaian tes kesehatan. Inggrita menggelontorkan banyak dana untuk mengambil bibit dari anaknya yang sakit lalu mempersiapkan indung telur Audi agar matang. Semua dilakukannya untuk memenuhi obsesinya sendiri, keturunannya tak boleh Cuma berhenti di Kenant, anak cucunya lah yang yang akan mewarisi perusahaan Brawijaya. Untuk Bryan maaf saja, untuk beberapa tahun ke depan mungkin pria itu akan dilanda rasa frustasi karena keturunannya yang tak kunjung hadir.

“Mamah berencana mempercepat pernikahanmu dengan Monika.”

“Tidak perlu terburu-buru,” jawab Bryan acuh lalu memilih mengerjakan pekerjaannya kembali.

“Kau akan terurus begitu menikah dan lebih konsentrasi ke perusahaan. Monika bisa berperan sebagai istri, mengurus rumah sekaligus menjadi wakilmu jika mendapatkan undangan perkumpulan atau pesta sosial.”

“Mamah bisa melakukannya,” Mendengar sanggahan dari Bryan, Inggrita tak mau putus asa. Semakin cepat Bryan menikah maka semakin aman posisi perusahaan sekaligus posisinya.

“Mamah sudah tua. Kadang kalau kumpul-kumpul, mamah udah gak up to date masalah perkembangan jaman. Monika lebih berwawasan.” Masalah itu Bryan ragu sebab Monika memiliki otak seukuran tikus jika bicara masalah bisnis dan membesar seperti paus ketika membicarakan tentang Fashion. Bryan tak menampik jika istri modern dan menjadi kiblat fashion bisa membantunya banyak. Masalah kebodohan Monika dalam bidang lain bisa mendatangkan keuntungan baginya.

“Monika yang harus belajar banyak dari mamah. Bryan butuh istri sebagai simbol, Monika masuk kriteria itu tapi kadang Bryan juga butuh istri untuk bertukar pikiran , Monika jauh dari harapan.”

Inggrita setuju dengan Bryan, sambil menyesap tehnya ia punya pemikiran lain. Kemandulan Monika akan ia manfaatkan. “Mamah jadi melakukan inseminasi itu?”

“Darimana kamu tahu?” meski terkejut, Inggrita harus bersikap tenang.

“Mamah mengeluarkan uang yang cukup banyak, untuk proyek mulia mamah itu.” Sialan memang bahkan keuangannya selalu Bryan awasi.

“Mamah sadar jika waktu Kenant tidak akan lama. Mamah ingin mengenangnya dalam wujud seorang anak. Inseminasi itu legal, Audi kan istrinya.”

Bryan memang menatap pekerjaannya namun ia yakin telinga putra keduanya itu menajam. “Mamah sangat menyayangi Kenant ya?”

“Kalian mamah beri kasih sayang dan perhatian yang sama. Maaf kalau kamu sering mengalah, kamu tahu kan keadaan kakakmu yang begitu. Dia tidak seperti kebanyakan orang. Sekarang ditambah lagi dia sakit.”

Bryan paham, tinggal sebentar lagi ia butuh bersabar. Tinggal menunggu kenant tidak ada di muka bumi ini maka kasih sayang mamahnya dan Audi hanya mutlak miliknya. Masalah inseminasi itu, tingkat kegagalannya lebih besar dari tingkat keberhasilannya kan.

 🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Inseminasi tahap pertama sudah dilakukan. Tinggal menunggu berhasil atau tidaknya. Audi menarik nafas panjang, setelah dari tumah sakit. Ia mengunjungi restoran, tempat Raya mencari nafkah. Kawannya itu terlihat sibuk, mondar-mandir dengan beberapa pesanan.

“Tante Didi..” Raja, putra Raya ada di depannya sedang mengerjakan tugas sekolah. Anak ini cepat sekali besar. Walau Raja hadir karena sebuah kesalahan namun lambat laun Raya menganggap putranya berkah. Audi tersenyum sambil mengelus perutnya. Akan ada anak Kenant yang ia miliki dan memanggilnya mamah.

“Iya?”

“Kemarin raja diajak lihat ikan di seaword. Raja suka jalan-jalan tapi sama mommy sama daddy.” Pikiran Audi terlempar ke arah lain. Apa Kenant sanggup hidup lama untuk melihat anaknya, pikiran buruknya membuat Audi takut. Bagaimana jika anak ini lahir tapi tak ada Kenant di sisinya. 

“Belum. Daddy sibuk.”

Walau Kemal bukan ayah kandung Raja namun pria itu dapat mengisi hati anak Raya ini. Apakah ada suatu masa di mana anaknya akan mendapat pengganti Kenant. Bayangan Bryan sempat terlintas namun kemudian Audi tersenyum pahit, mana mungkin Bryan mempunyai cinta untuk seorang anak. Anak mereka dulu saja tak Bryan akui tapi kan Bryan paman dari anak ini. Apa pria itu tak bisa memberikannya rasa sayang. Bagaimana itu mungkin terjadi, Bryan nanti akan punya anak sendiri dengan Monika.

“Di, kamu mau makan Apa?”

“Gak usah repot-repot aku masih kenyang.”

“Maaf aku sibuk jadi gak sempet menemanimu ngobrol.”

Audi meraih tangan sahabatnya, menepuknya pelan. Ia maklum, Raya butuh mendapatkan uang banyak untuk menafkahi sang putra semata wayang.

“Aku yang tidak tahu diri. Main di saat makan siang.”

Keduanya sudah bersahabat dari kecil, sayang di saat mereka sama-sama kesusahan mereka harus tinggal terpisah negara. Tak bisa berbagi suka dan duka namun keduanya banyak belajar bahwa kadang memecahkan masalah itu dimulai dari perjuangan diri sendiri. Mereka bisa berbagi cerita walau jarak membentang dengan kemajuan teknologi. 

🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊

Akan up seminggu sekali.

Kalau mau cepet ada di KBM

Jangan lupa vote dan komentarnya ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komentarnya ya

my idiot boysWhere stories live. Discover now