Fourteen

5.5K 454 39
                                    

Audi datang ke rumah ketika petang. Kenan yang biasanya duduk di depan rumah menunggunya kini tak terlihat gaung girangnya. Padahal Audi membawakannya kue coklat leleh yang enak jika di gigit pelan. Kemana anak itu, apa suaminya sedang bermain ke rumah besar.

"Syukurlah non datang. Den Kenan badannya panas." Tak menunggu lagi, Audi langsung menuju kamar Kenan untuk memeriksa keadaan suaminya. Tapi di sana sudah ada Inggrita yang sedang mengompres dahi Kenan.

"Mah maaf, aku baru pulang."

"Gak apa-apa. Lagi pula mamah udah panggil dokter tadi. Mamah tahu kamu sibuk kuliah."

Audi bergerak, mengambil duduk di sisi kanan ranjang Kenan. Nafas suaminya agak teratur, tangan kanannya sudah tak panas. Pria yang berusia 23 tahun itu kini tidur dengan damai. Audi terkadang lupa jika ia punya tanggung jawab lain. Dia bukan lagi perempuan bebas yang bergerak ke sana-sini. Di rumah ada yang menunggunya pulang. Memang Kenan tak mirip suami tapi malah seperti anak balitanya.

"Mamah minta kamu lebih perhatian ke Kenan. Anak itu sangat mengharapkan kehadiran kamu. Yah anggap dia anak-anak yang butuh teman."

Audi meneguk ludah, rasa bersalah menggerogoti hatinya. Bagaimana dia bisa mengesampingkan Kenan ketika lelaki itu harusnya jadi prioritasnya. "Baik mah. Audi besok akan lebih perhatian sama Kenan."

"Mamah pegang kata-kata kamu. Tapi ingat kuliah kamu juga penting."

"Ya mamah."

Inggrita beranjak pergi. Dia memang sengaja menikahkan Kenan dengan Audi. Kenan memang cacat otak dan mental namun Audi bak kuda hitam di kemudian hari yang bisa Inggrita gunakan untuk menjadi wakil Kenan di perusahaan keluarga Brawijaya. Belum lagi masa lalu gadis itu dengan putra keduanya yang bisa ia gunakan untuk membuat Bryan tak berkutik.

Inggrita tahu kalau Audi dulu adalah mantan pacar Bryan. Gadis itu juga pernah hamil dan keguguran. Ah putra keduanya memang tak lebih bajingan daripada Almarhum suaminya. Tapi memang benar kata pepatah, orang yang berasal dari lumpur pasti mainnya tak jauh dari kubangan.

Sedang Audi malah merebahkan diri di samping Kenan sambil memeluk suaminya itu. Ia menyayangi Kenan, layaknya seorang adik menyayangi kakaknya. Masalah perasaan cintanya , itu sepenuhnya urusan Audi dan sialnya Bryan masih mendominasi. "Maafkan aku Ken, maaf..."

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Diaz Bertunangan dengan seorang Salma Hamdan. Ibarat kata cantik iya, pintar juga, glamor yes, kaya jelas namun tetap saja ada yang kurang. Apa Diaz yang tak tahu diri atau dia yang kebanyakan menuntut ini itu. Ketika melihat seorang gadis yang cantiknya ala kadarnya serta rajinnya minta ampun. Ia malah berpaling.

Berpaling bukan dalam arti selingkuh. Namun diam-diam Diaz selalu memandangi wajah gadis itu ketika menjemur pakaian. Coba saja pakaian Diaz yang di cuciin pasti ia seneng tengah mati.

"Lihat apa sih Yaz?" tanya Monika yang niat hati ke kamar sang kakak ingin meminjam charger, eh malah memergoki Diaz sedang mencuri pandang lewat jendela kamar lantai atas.

"Kepo loe. Pergi sono!!"

"Ya ampun. Orang kerja di liatin. Loe naksir? Ck saingan loe berat, tukang sayur mamah." Monika tahu yang di lihat Diaz setiap hari adalah si Zizi. Tukang cuci baju tetangga mereka. "Lagian anak kemarin sore loe taksir Yas!!"

"Dia imut, mukanya kecil. Apa-apanya pasti kecil juga!!" Monika langsung mentloyor kepala kakaknya yang isinya pikiran kotor semua.

"Selma aja gak cukup. Sampai loe ngelirik cewek miskin itu. Ck.. ck... selera loe rendah banget!!" Di ledek seperti itu, Diaz tak tersinggung. Ia mengibaskan tangan bermaksud mengusir sang adik.

"Ini yang di namakan cinta dalam diam." Monika yang kesal dengan bualan Diaz. Melempar bantal ke arah muka sang kakak. Muka tengil, playboy kayak begitu mana mungkin tahu cinta itu apaan!!

"Kualat loe ama abang gak hormat."

🍏🍏🍏🍏🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Safitri mencoba meneggakan tubuh ketika datang ke kelas kuliah hari ini. Perbuatan Thomas jelas menimbulkan trauma dan rasa takut. Tapi sekarang ia punya teman untuk berbagi kisah menyedihkan. Audi Memang gadis yang baik. Buktinya ia masih saja mau menerima Safitri yang kotor dan juga hina sebagai sahabat.

Terlalu lama jalan menunduk, ia sampai tak menyadari jika hampir menabrak dada bidang seseorang. "Astaga!!"
Ketika mendongak, Safitri melihat Bryan berdiri di hadapannya.

"Lo ituh kalau jalan liat-liat!!"

"Maaf.."

Tapi ketika Safitri mencoba mengambil jalan lain dari sisi kiri Bryan. Tangan pemuda itu merentang menghalangi. Ia sudah takut dan memejamkan mata erat-erat. Salahkan dirinya yang terlalu lemah dan gampang ditindas. "Ada yang mau gue kasih ke lo!!"

"Hah?" Safitri terkejut, ketika Bryan memberinya sebuah tas ransel usang. Tas ransel yang kemarin sempat tertinggal ketika Thomas menyerangnya di ruko. Tas ransel berharganya, karena di sana ada ponsel, dompet dan buku catatan kuliah serta nomer pelanggan laundry.

"Ini tas lo!!" Masih dalam suasana terkejut. Safitri menerima tas bewarna coklat tua itu dengan mulut terbuka

"Kenapa tasnya...?"

"Thomas nyuruh gue kasih ini ke lo." Jawaban dari Bryan benar-benar singkat. Pemuda itu berlalu ketika tugasnya telah selesai. Sebenarnya Thomas tak tahu jika Bryan mengambil tas Safitri secara diam-diam. Kasihan juga melihat isi tasnya yang berupa surat-surat penting. Padahal Thomas sendiri punya rencana lain. Putra bungsu keluarga Thompson itu akan menjerat gadis itu ketika meminta dompet dan tasnya nanti. Bryan tak mau jika kegilaan sahabatnya berlanjut jauh. Mereka terlalu berharga dan tinggi derajatnya jika bersanding perempuan dari kalangan bawah.

"Safi!!"

"Ya?" Audi datang dari arah depan. Mengerutkan dahi ketika melihat siluet tubuh Bryan dari belakang.

"Itu tadi Bryan kan? Dia ngapain? Gangguin lo." Safitri menggeleng pelan.

"Dia ngasih tas sama dompet aku."

Syukurlah dua benda penting itu tak hilang atau disandera Thomas. "Tumben anak itu baik."

Safitri tak mau berpikir buruk ketika seseorang sudah berbuah baik kepadanya. "Udah Di, kita ke kelas."

"Eh tunggu, gue mau telepon Diaz dulu supaya jagain laundry."

Tapi sayangnya yang di hubungi Audi malah tengah asyik menatap seorang perempuan di balik jemuran. Hingga telepon dari Audi tak ia hiraukan. Mungkin seperti ini rasanya jadi Thomas. Ah tentu Diaz dan juga Thomas berbeda. Thomas itu penghancur, kalau dia kan cuma pengagum rahasia.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Setelah ini ada begitu banyak cerita tentang Dias. Dan cerita ini akan lompat ke enam tahun kemudian, menyesuaikan dengan Raja milik Raya.

Pasti ada yang nanyak, kenapa gak up cerita baru aja sih? Karena akungak mau pikiranku bercabang, bikin cerita banyak. Mungkin ke depannya akan aku bikin satu cerita tapi benar-benar aku matengin.

Jangan lupa vote dan komentarnya.

my idiot boysWhere stories live. Discover now