Kencan Buta

138 30 29
                                    

Kehilangan terbesar dalam hidup bukanlah mati melainkan apa yang mati dalam jiwa ketika masih hidup.

Di hadapan gadis itu berdiri pintu kaca. Aroma kopi menguar, menggelitik hidung. Beberapa kali dia menggeser tubuhnya membiarkan orang lain keluar masuk Starbucks. Dia hanya perlu melakukan hal yang sama; membuka pintu, duduk di salah satu kursi, lalu menyeduh kopinya, tapi ... dia tidak bisa! Tidak karena dia tidak akan sendiri di sana. Ada orang yang sedang menunggunya. Orang tidak dikenal yang berani mengajukan diri sebagai partner kencan butanya.

Ya, Rasi akan kencan buta, tapi dia menyesali keputusannya setelah dua puluh menit hanya berdiam diri di depan pintu masuk Starbucks.

"Gue batalin aja, deh!"

Kompak, sepasang mata dari Vanya dan Seril seketika membulat. Sudah bersabar menunggu Rasi untuk menemui cowok yang sudah menunggu di dalam, Rasi malah ingin membatalkan janji seenaknya.

Seril menggeleng keras, membuat rambut keriting tipisnya berayun cepat. Telunjuknya menari-nari di depan wajah Rasi.

"No no no! Lo harus coba dulu, Rasi sayang," bujuknya.

Vanya mengangguk. Panas cukup terik dan kipas lipat yang dia ayunkan sedari tadi tak cukup berhasil mendinginkan tubuhnya. Mata kecilnya pun menyipit pada Rasi.

"Lo nggak mau, 'kan gue sama Seril jadi ikan asin di sini?" keluh Vanya yang Seril angguki. "Kencan buta ini demi diri lo juga, Rasi. Ayolah, coba dulu. Sekaliii aja. Ya ya ya?"

Rasi mendesah panjang. Masih besar keinginannya untuk menolak, tapi akhirnya Rasi menyerah karena tatapan memohon dari Vanya dan Seril yang tak kunjung luntur. Demi dua sahabatnya, Rasi membuka pintu kafe. Demi dua sahabat, yang memikirkan Rasi sejauh ini.

Sudah tiga bulan sejak air yang dia cinta berubah jadi neraka. Sejak air yang biasa Rasi bagi suka dan duka berubah jadi musuh yang mampu mencekiknya hanya dengan memandangnya. Sudah tiga bulan lamanya, Rasi tidak pernah kembali lagi ke kolam renang. Kolam yang sangat ia rindukan. Kolam yang kini tampak mengerikan.

Segala upaya telah Rasi coba untuk memupus ketakutannya. Mencoba mengalihkan pikiran dengan memperbanyak kegiatan, mencoba berpikir positif bahwa tidak ada sosok yang melarangnya untuk melompat ke kolam renang, bahkan mencoba mengatur napas ketika kakinya menjejaki tepian kolam renang. Namun nihil, tak ada satupun upaya yang berhasil. Ketakutan Rasi justru kian menjadi.

Dan di sinilah Rasi. Duduk berhadapan dengan cowok yang seketika mengulurkan tangan untuk berjabatan. Memaksakan senyum saat Rasi malas berurusan dengan Kaum Adam.

"Nama aku Kevan dari SMA Garuda."

"Oh, gue Andharasi Lowita. Panggil aja Rasi."

Kevan manggut-manggut tanpa melepas senyum manisnya. Dan Rasi terpaksa mengikuti permainan cowok itu. Rasi balas tersenyum dan terkekeh hambar tiap Kevan melempar pertanyaan.

Karena menurut hasil riset Vanya dari drama-drama korea, orang yang trauma bisa sembuh karena jatuh cinta. Tentu saja kemungkinan gagal sangat besar, tapi sangat layak Rasi coba.

{{}}

"BINTAAANG!"

Nama Bintang diseru, tapi kakinya semakin bergerak maju. Kalau dia berhenti, bisa-bisa dia harus membersihkan kolam renang sepanjang 50 meter itu sendiri. Hih, Bintang mana sudi.

Sembari menyeka peluh yang bercucuran di kening, Bintang lempar sembarang pel yang terbawa dari gedung olahraga ketika dia berhasil keluar dari sekolah. Harusnya dia takkan tertangkap karena sudah sejauh ini. Kecuali, bila pembina klub itu memang gila sampai menyusulnya.

Swimmer RollsOù les histoires vivent. Découvrez maintenant