Taruhan Hati

29 11 0
                                    

Jatuh cinta itu sederhana. Cukup dengan memandangmu lebih lama dari biasanya.

"Siap pulang?"

Bintang duduk di sepeda lantas melepas jaketnya. Sodoran jaket Bintang pun Rasi terima. Tanpa membantah, dia langsung duduk di jok penumpang dan menutupi kakinya. Melihat itu, rasa hangat menjalar di dada Bintang. Senyum bahagia Bintang pun terkulum. Rasi udah mulai jinak, batinnya.

Bintang sudah kelabakan memikirkan bagaimana jika Rasi marah karena kejadian tempo hari, tapi ayunan singkat kepala gadis itu ketika Bintang menjemputnya di kelas menceluskan hati Bintang. Duri kekhawatiran tercabut tanpa bekas luka, mengukir cengiran bodoh yang tak mampu Bintang tahan. Di balik punggung gadis itu, tentunya.

"Lo mau jalan-jalan bentar?" tawar Bintang, "Lagi cerah banget hari ini."

Rasi refleks mendongak. Lantas memicing ketika cahaya yang tersaring gumulan kapas di langit menerpa wajahnya. Bintang benar. Panas mentari tak terasa terik. Waktu yang asyik untuk menikmati hari.

"Ke mana?"

Sedetik Rasi bertanya, detik itu pula Bintang memutar kepalanya. Mata almond itu membulat sempurna. Bila Rasi punya indra pendengaran yang tajam, dia pasti mendengar degup jantung Bintang yang bertalu-talu dari dalam.

"BENERAN MAU?!" heboh Bintang, kelepasan. Sejenak Bintang lupa harus bersikap keren.

Rasi mendecih geli, "Gue tanya ke mana bukan berarti gue mau."

Warna wajah Bintang yang menyala pun pudar seketika. Bibirnya mendesis sebal. "Lo tertarik nanya 'ke mana' itu berarti lo mau, 'kan?"

"Eh-eh, itu Kak Bintang bukan, sih?!"

"Ya iyalah. Bahkan dari menara monas gue tahu yang mana Kak Bintang!"

"Ah, lebay, lo!" rutuk yang satu lagi. "Terus siapa ceweknya?"

"Nggak keliatan mukanya. Yang jelas itu cewek ganjen pake boncengan segala lagi!"

"Yuk, ah ke sana. Penasaran gue."

Menelusup ke indra pendengaran suara dua perempuan disusul derapan langkah kaki. Rasi mendesis sebal dan sebelah tangannya refleks terangkat kemudian. Pergi dari sekolah adalah hal yang utama sekarang.

"Iya, lah anggap aja gue mau. Udah buruan keluar dulu dari sekolah! Ada fans elo tuh. Gue males jadi bahan gunjingan mereka!"

Bintang mengangguk malas sembari melajukan ontelnya. "Okey. Tapi itu bukan tanda lo cemburu, 'kan?" tudingnya, menyeringai jahil.

Rasi mengernyit tak suka. "Apa?"

Mereka pun melintasi gerbang sekolah. Meninggalkan dua perempuan, yang terlambat menyusul, dengan desisan sebal di bibir. Rasa penasarannya terpaksa harus mereka telan kembali.

Seraya melaju, Bintang berdeham. Menginterupsi Rasi yang fokus pada jalanan agar beralih pada dirinya.

"Jujur aja lagi kalau lo cemburu. Gue emang pantes banget kok buat dicemburuin," celoteh Bintang tak peduli reaksi Rasi yang sontak menutup mulut mau muntah.

"Dih, ngapain juga gue cemburu sama mereka. Justru gue kasian kenapa mereka bisa-bisanya suka sama elo," tukas Rasi benar-benar merasa janggal.

Bintang terbahak. Tak berminat menyimpan perkataan itu dalam hati. "Nih, gue kasih tahu, ya. Pertama, karena gue ganteng."

Rasi putar bola mata.

"Kedua, gue ganteng, Rasi."

Rasi mengernyit jijik.

Swimmer RollsWhere stories live. Discover now