Fatamorgana

25 10 1
                                    

Sejak kupuja senja, kutahu hal terburuk mencintai adalah ditinggalkan. Namun senja juga mengajarkan, hal terhebat mencintai adalah mengikhlaskan.

Tak adil bagi Bintang saat ia selalu mendengar keluh kesah orang lain, tapi di saat ia butuh untuk didengar, semua orang pergi meninggalkannya.

Bintang adalah buku menyedihkan di balik sampul yang menarik. Cerahnya warna dan ornamen sukses menipu semua mata. Takkan ada yang mengira lembaran kisah apa yang susah payah ia sembunyikan. Tak ada luka yang ia paparkan. Tak ada perih yang ingin ia bagi. Ia biarkan tersembunyi di bab buku rahasia. Di mana hanya dirinya sendiri yang boleh membacanya.

Seiring langkah yang dilalui, ia sadar betapa menyesakkan menyimpan ini seorang diri. Keluarga tak dapat lagi jadi tempat bernaung. Ia larikan diri dan menjatuhkan harapan pada satu gadis. Gadis yang mampu membuat hatinya berdesir, mengalihkan segala pikiran, bahkan menepis rasa sesak hanya dengan melihat senyumannya.

Tanpa sadar, tali hampir putus yang ia bawa dari rumah, ia ikat pada lengan gadis itu.

Melewati hari bersama, gadis itu perlahan-lahan membalikkan tiap lembaran buku Bintang. Lembar yang membawa gadis itu pada bab tersembunyi. Bab yang akhirnya Bintang izinkan hanya boleh dibaca oleh gadis itu.

Bodoh. Ia telah menyimpan harapan pada orang yang salah. Klu yang bertebaran bukan pertanda gadis itu peduli padanya. Dihempas jauh, gadis itu pergi saat Bintang bertopang pada dirinya.

Mungkin, cuma mati agar semua orang mampu mengerti.

Layaknya bintang di angkasa yang kehilangan inti heliumnya. Bintang memasuki tahap akhir kehancuran. Energi dari suhu inti bintang memanas, menyelimuti, lalu meledakkan dirinya sekaligus. Ia biarkan serpihan yang menyebar jadi petunjuk yang akan mengantarkan orang-orang pada bab tersembunyi miliknya.

Tali itu putus. Harapan hidupnya pupus.

{{}}

Rasi menggeleng keras pada semesta. Bumi yang ia pijak tak lagi bermakna. Ia benar-benar orang yang tak berguna. Kembalikan kepercayaan Rasi pada dunia, cukup hidupkan dia juga senyumannya.

"Ras? Lo kenapa? Cepet bilang ke gue. Lo kenapa nangis gini?"

"Bi-bintang, Ril! Bintang ... di danau. Bintang--"

Napas Rasi tercekat. Duduk di depan ruang UGD, tangannya gemetaran memegang ponsel. Seluruh tubuh Rasi basah. Jantungnya berdegup kencang. Sekencang harapan yang bergelut di dalam kepalanya.

"Ras? Rasi posisi lo di mana sekarang. Gue ke sana, ya. Tenangin diri lo."

"Rumah Sakit Harapan."

Menunggu puluhan menit, Seril menghambur memeluk Rasi yang menangis sesenggukan. Diikuti Vanya, Bagas dan Keno yang sengaja Seril hubungi malam ini.

"Rasi!" seru Vanya sembari berlutut di hadapan gadis itu.

"Ras, Si Bintang kenapa?!" seloroh Keno tak santai.

"Iya, Ras. Gue buru-buru ke sini karena ditelepon sama Seril," sambung Bagas saat jantungnya berdegup.

Seril pun merangkul Rasi, mengelus bahu gadis itu yang tampak syok berat. "Tenang, Ras. Ceritain pelan-pelan. Kak Bintang kenapa?" tanyanya berusaha meredam emosi walau di dalam kepalanya, sama kalang kabutnya dengan Rasi.

Rasi kacau. Napasnya sesenggukan selagi ia berucap, "Bi-bintang, Ril. Bintang tenggelam. Bintang nyebur sendiri ke danau. Dia udah aneh sejak gue ketemu sama dia," tukasnya.

Semua mata terperangah. Meyakinkan pendengarannya berulang kali, namun hasilnya tetap sama. Semua pun sepakat bertanya, apa ini percobaan bunuh diri?

"Apa?" sahut Seril membulatkan mata.

Swimmer RollsWhere stories live. Discover now