Harapan Tak Bertuan

19 8 0
                                    

Jangan salahkan bila mulutku membisu, karena kadang ada hal yang tak harus dikatakan, tapi harus dimengerti lebih dahulu.

"Hai, Del."

Adel mengerjap. Bayangan senyum manis yang biasa hadir di wajah tampan itu memudar, tergantikan dengan sosok pemilik raut tegas dan senyum miring yang biasa terpampang.

Dia Guntur, bukan Bintang.

"Maaf kalau kamu kecewa karena aku bukan Bintang," cetus Guntur menyeringai kecil. Ia pun duduk di kursi samping ranjang, menatap Adel lurus-lurus." Mama kamu belum tahu kita putus? Dia ngabarin aku buat jagain kamu. Kamu kenapa dirawat, Del?"

Kontak mata terputus saat Adel mengalihkan pandangan. Entah apa yang terbesit di hatinya. Ia kecewa tapi lega bersamaan mengetahui Guntur yang datang.

"Aku bisa jaga diri aku sendiri. Sekarang kamu pulang aja," balas Adel.

Seolah ada yang menutup telinganya, Guntur mengabaikan. "Mau sampai kapan kamu keras kepala, Del? Aku udah nyoba buat nggak peduli sama kamu makanya aku nggak pernah gangguin kamu lagi. Tapi, apa? Saat mama kamu nelpon, aku tetep panik dan buru-buru ke sini."

Guntur gamit sebelah tangan Adel. Ia tangkup jemari mungil yang nampak mengurus dari hari ke hari. Jemari yang dulu biasa mengisi celah jemarinya.

Ade sengat yang menjalar ketika dingin tangan itu menyentuh kulit Adel. Adel memejam mata rapat-rapat. Berusaha menepis rasa yang berkecamuk di dada. Adel rindu sensasi aneh setiap cowok ini menggenggamnya, tapi tak semudah itu mengembalikan tawa saat luka masih menganga. Adel pun menariknya yang kemudian tertahan. Guntur enggan melepasnya.

"Pacar aku Kak Bintang, Tur. Aku nggak mau kamu lukain dia lagi."

Guntur mendelik tak percaya. Bisa-bisanya Adel menyebut nama orang itu sekarang. "Kamu cuma terobsesi sama dia, Del. Emang aku nggak tahu tiap hari dia jalan sama siapa?"

Adel meneguk. Bintang hanya pulang bersama Rasi. Tapi Bintang sudah berkata tak ada hubungan yang spesial. Apa yang ingin dikata Guntur? Tatapan tajam pun terlempar pada Guntur yang sok tahu.

"Sama Andharasi. Dia pacaran sama Rasi. Udah banyak juga yang bilang gitu. Kamu cuma pura-pura, 'kan pacaran sama anak santunan mama kamu itu?" terka Guntur yakin.

Adel tak percaya. Terhela napas kasar. Kembali ia tarik tangan yang masih ditahan Guntur.

"Lepasin tangan aku," pekik Adel yang tak dihirau.

"Kamu hanya tertarik sesaat sama dia, Del. Aku tahu kamu masih punya rasa, tapi kamu terlalu takut untuk terluka pada orang yang sama. Maafin aku. Aku bakal berusaha buat jaga hati kamu."

Adel mendecih, "Aku bisa nerima kata-kata itu sebelum kamu selingkuh. Sekarang kata-kata itu udah nggak ada maknanya, Guntur."

Guntur mendesah. Dia tak pernah mengira bisa sejatuh ini pada satu perempuan, tapi mengingat hubungan ini hancur berkat ulahnya, Guntur semakin ingin mempertahankan Adel, memperbaiki kesalahannya.

"Del, just close your past and let me in, please."

"You took your way. I took my way. Kita nggak akan pernah ketemu di persimpangan yang sama, Guntur."

{{}}

Massa mengerumuni tempat itu. Kernyitan linu dan prihatin jadi satu dengan riuh tanya yang keluar dari bibir. Cairan merah terjejak di atas aspal. Onderdil kendaraan bermotor berserakan. Pun, satu jiwa yang sekarat melengkapi ngerinya pemandangan.

"Masih anak sekolah, 'kan?"

"Miris banget padahal ganteng."

"Hei, kamu!"

Swimmer RollsWhere stories live. Discover now