15th Rule: Use Your Feeling

3.9K 485 130
                                    

jadi kemarin2 ada yang nanya gimana menentukan alur supaya ngga terlalu cepat maupun ngga terlalu lambat.(Btw feel free to ask, perhaps i could answer& write it down. but don't ask me about fanfic, i'm not good in that field :p) menurutku begini; kalo tidak pinter memainkan alur cerita kalian bisa jadi meninggalkan entah itu plot hole besar yang membuat pembaca bertanya-tanya dan sebel dan atau membuat pembaca bosan dan meninggalkan ceritamu begitu saja.

hmm sampah ga kalo saya bilang gunakan perasaanmu? karena yang tahu cerita kamu secara keseluruhan adalah kamu sendiri. Entah gimana dalam proses menulis kamu, tapi kalo aku pribadi dalam cerita ada kerangka besarnya: awal, tengah dan endingnya (malah kadang cuma ada awal dan endingnya aja). Belum detail tentu saja, seiring menulis aku kembangin sendiri. jadi gimana sok?

Yap, balik lagi ke saranku yang dulu-dulu: habis menulis jangan langsung posting, baca ulang. kamu harus bisa memposisikan diri sebagai pembaca. Apakah pembaca akan terhibur membaca cerita kamu? Apakah pembaca merasakan thrill yang kamu sampaikan? Apakah pembaca merasakan adanya tanda tanya besar setelah membaca cerita kamu; bukannya tanda tanya karena rasa penasaran melainkan bingung akan cerita yang punya plot hole segede bagong. Kalo bahkan kamu sendiri belum puas dengan apa yang kamu tulis dan kamu baca berarti ada yang salah dengan ceritamu. Entah itu alur, atau setting atau apa, tapi mungkin alur mengambil peran besar dalam hal ini. Ehem, Baiklah,mari kita coba per poin.


1. tunjukkan point of interest nya

Menurutku (menurutku ya) cerita itu membosankan ketika ada dialog-dialog atau deskripsi yang ga perlu. Misalnya adegan sarapan yang diperinci. Misal si anu (seneng banget ngasi nama anu) mau pergi sekolah. dia sarapan nasi goreng yang disediakan oleh pembantunya, masaknya pake chicken nugget dan sosis goreng serta telor ceplok. dia sarapan sama emaknya yang nanyaiin tugas sekolah udah beres dikerjaiin atau belom dan si anu bilang sudah lalu mereka makan dalam sunyi lalu anu pergi ke sekolah naik angkot dan di angkot biasa-biasa saja lalala. haruskah diceritakan? jujur aku nulisnya aja bosan.

Apa intensi kamu menceritakan si anu yang sarapan? kalo sarapannya biasa-biasa aja menurutku ga usah diceritaiin, tapi kalo kamu bertujuan menceritakan bagaimana brutalnya keluarga si anu di pagi hari sok weh. Misal lagi nih misal.

emak si anu teriak-teriak dari dapur, "ANU CEPET SINI BANTUIN EMAK BERESIN MEJA, NASI GORENG UDAH SIAP" si anu lari-lari dari lantai dua, menuju dapur bukannya beresin meja ia malah ngambil centong nasi dan melahap satu sendok penuh nasi goreng ke mulutnya langsung dari wajan. "GA BISA MAK ANU TELAT, GURUNYA GILA KALO TELAT BISA2 ANU DIBUNUH!" emaknya mukul kepala si anu malah marah-marah karena si anu makan langsung dari wajan.

gitu lho, brutal. tunjukkan hal-hal yang catchy atau penting yang menyadarkan pembaca seperti, 'oh si anu tuh orangnya gila juga ya'. Ayolah, kamu menulis fiksi karena hidupmu tidak seindah apa yang kamu bayangkan 'kan? *pelarian* masa menulis hal-hal boring yang sudah kamu alami sehari-hari...misalnya yaa ahaha


2. Gunakan check-point dalam ceritamu

Seperti yang aku sudah bilang sebelumnya kalo aku pribadi punya rancangan kasar bagaimana awal-tengah-akhir sebuah cerita. Dan ceritamu menjadi kompleks ketika menuju tengahnya di mana selalu ada check pointnya. Kita ambil contoh paling mudah alur genre fantasi yang paling umum di mana awalnya adalah seorang anak petani yang mendadak jadi hero, tengahnya adalah quest mendapatkan sebuah artefak untuk melawan bos jahat dan endingnya adalah ya peaceful world.

Ngga mungkin kan si hero tiba-tiba mendapatkan si artefaknya dari ibu peri, meskipun dari ibu peri pasti ada banyak hal yang harus dilakukan dulu. Misalnya lagi nih dari game dragon age origin (sori bagi yang ngga main), kita harus menyatukan segala ras dan prajurit untuk melawan archdemon. Terus apakah kita Cuma nulis surat dan dikirim terus mereka bilang "oke dengan senang hati saya akan bantu, dude!" ? Ya ngga dong, hidup tidak mudah bung. Hidup ada pahitnya. Struggle, proses. Pahamlah ya.

Biar ngga boring dan alurnya ngga terlalu cepat, bikin konflik untuk menuju check point itu. Sebelum check point ada check point lagi, ada check point lagi, ada check point lagi. Diperinci, bikin mind-mapping.


3. Pakai element of surprise

Ini penting biar pembaca ga bosan. Element of surprise mungkin bisa semacam plot twist tapi banyak banget (?) misal nih game of thrones. Pas kita kira Robb stark bakal nikah bahagia taunya dibunuh atau aku kira Arya bakalan jalan terus sama si Hound taunya ngga (padahal itu bukan kejutan). Atau mungkin dalam One Piece di mana Ace mati (sumpah aku nangis bagian itu). Mungkin Oda-sensei udah merencanakannya sejak dulu tapi dia mencari momen yang pas yaitu pas perang gede-gedean itu. Anjis eta keren pisan #oot.

Element of surprise muncul ketika kita sebagai penulis berpikir berbeda dengan para pembaca pada umumnya. Mudahnya hidup-mati atau kalo dalam ceritaku (entahlah ini masuk element of surprise ato ngga) ketika Raka malah noleh ke belakang di Huva Atma. Awalnya aku ga maksud untuk meninggalkan raka di sana, tapi aku pikir "biarlah raka merana sedikit HAHAHA". Aku sendiri belajar banyak perkara element of surprise ketika main game bioware entah itu DA atau Mass Effect ketika setiap pilihan dalam gamenya memberikan efek dan cerita yang beda pula (meskipun ga signifikan).

Jadilah sedikit tega dengan tokoh-tokoh yang kamu ciptakan. George R.R. Martin aja tega ngebunuh orang sebanyak itu ko....Selain itu berpikirlah secara pararel, terbuka dengan pilihan-pilihan yang bisa kamu berikan. Kalo temennya si anu mati gimana, gimana kalo ternyata si artefaknya adalah apa, gimana kalo pacarnya si anu sebenernya adalah sepupunya, gimana kalo begini begitu begini begitu. btw plot twist sama elemet of surprise sama ga ya haha, teuing ah pusing


4. Permainkan hati pembaca

Yah, mumpung pembaca bukanlah cewek atau cowok yang lagi kita PDKT-in kayanya gapapa. Iya ga sih ahaha(?) Lagi-lagi aku harus katakan, ceritamu kamu yang buat. Kapan kamu menunjukkan kejutan-kejutan itu dan tahu momen yang pas ya kamu sendiri. Kamu mau bawa pembaca ke mana? Kamu bisa dengan sesuka hati mainkan perasaan pembaca. Kok saya terkesan jahat, tapi ya emang bener kan. Kamu yang menulis cerita, kamu yang mengendalikan total cerita ini.

Bikin yang total, yang maksimal. Well, ngga harus dari membunuh karakter atau apa tapi coba mainkan kata-kata. Benaaar kata-kata. Kalo kita nonton pelem pasti ada kan kata-kata yang bikin terharu. Misalnya nih seorang ayah kepada anak, "Ngga papa, asalkan kamu bisa makan hari ini." Tapi teh yang ngomong adalah korban perang dan setting cerita kamu adalah perang. M i s a l n y a. atau ketika adegan cinta-cintaan, bikin yang manis, manis sekalian...misalnya lagi kita ambil film mad max. adegan si war boys nya aduh lupa namanya siapa yang nyium pipi ceweknya. You see, padahal mereka ngga ada kata-kata i love you ato apalah tapi udah aja langsung cium pipi, buat aku sih itu manis. Haha. Gitu deh. Ciptakan suasana yang bisa menimbulkan emosi dari para pembaca: marah, sedih, gemes etc etc.


Place yourself as a reader

Write the important stuff first, get to the point

Struggling is important, make conflicts!

Think of the alternative, make choices

Play the word, make a river full of emotion





Writing Ideas And StuffWhere stories live. Discover now